Harga Saham Emiten Farmasi & Tambang Melesat, IHSG Ditutup Naik 1,03%
Indeks harga saham gabungan pada perdagangan hari ini, Rabu (5/8) ditutup naik 1,03% ke posisi 5.127,05. IHSG melanjutkan tren kenaikan meski BPS merilis data produk domestik bruto kuartal II 2020 yang terkontraksi sebesar 5,32% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kenaikan harga saham tertinggi terjadi pada dua emiten BUMN di sektor farmasi, yakni PT Kimia Farma Tbk dan PT Indofarma Tbk. Harga saham KAEF melonjak masing-masing 25% menjadi masing-masing Rp 2.850 per saham.
Sementara secara sektoral, kenaikan tertinggi terjadi pada saham-saham sektor tambang yang meningkat hingga 2,98%. Kenaikan harga saham antara lain terjadi pada PT Vale Indonesia Tbk atau INCO yang meroket 5,85% menjadi Rp 3,620. Lalu, harga saham Merdeka Copper Gold Tbk atau MDKA melesat 6,91% menjadi Rp 1,935 dan PT Aneka Tambang Tbk menanjak 6,38% menjadi Rp 750.
Selain itu, harga saham PT Adaro Energy Tbk juga naik 1,45 ke level Rp 1,050 dan PT Bukit Asam Tbk atau PTBA naik 1,49% ke level 2,040.
Saham-saham di sektor infrastruktur juga ditutup meningkat sebesar 2,25%. Harga Saham PT PP Tbk atau PPP meroket 5,62% menjadi Rp 940, PT Jasa Marga Tbk atau JSMR naik ,95% ke level Rp 4,210, dan PT Wijaya Karya atau WIKAN menanjak 2,75% ke level Rp 1,120 per saham.
Tercatat total l 10,3 miliar unit saham diperdagangkan pada hari ini dengan nilai transaksi mencapai Rp 9,3 triliun. Sebanyak 241 saham ditutup naik, 173 saham melemah, dan 161 saham stagnan.
Meski IHSG berakhir di zona hijau, asing mencatatkan jual bersih si seluruh pasar sebesar Rp 435,8 miliar. Asing paling banyak melepas saham PT Bank Mandiri Tbk Rp 110,9 miliar, PT HM Sampoerna Tbk Rp 58,2 miliar, dan PT Pakuwan Jati Tbk Rp 54,4 miliar.
Kinerja IHSG selaras dengan mayoritas bursa saham di Asia yang bergerak di zona hijau. Indeks Saham Shanghai menanjak 0,17%, Hang Seng 0,62%, Strait Times 0,79%.
Tiga indeks saham utama Wall Street pada malam kemarin juga ditutup di zona hijau. Dow Jones Index naik 0,62%, S&P 500 0,36%, dan Nasdaq Composite 0,35%.
Analis Binaartha Sekuritas. M Nafan Aji Gusta Utama mengatakan kenaikkan indeks saham tersebut dipengaruhi data eksternal yang positif. “Kenaikan IHSG lebih ke sentimen meningkatnya kinerja PMI Manufaktur Indonesia, Tiongkok, negara-negara Eropa, dan bahkan Amerika Serikat,” kata Nafan, kepada Katadata.co.id.
Sentimen positif lainnya yakni perkembangan penelitian atau uji coba klinis vaksin Covid-19 di berbagai negara. Selain itu, terdapat beragam program stimulus yang tengah disiapkan negara-negara Uni Eropa dan Amerika Serikat. “Faktor global yang paling berpengaruh,” ujarnya.
Sementara itu, Analis CSA Research Institute, Reza Priyambada, mengatakan rilis pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terkontraksi sebesar -5,3% sudah diantisipasi oleh para pelaku pasar. Hal ini tercermin dari naiknya IHSG, walaupun sebelum pengumuman indeks sempat masuk ke zona merah.
“Ini kan sudah diantisipasi. Pengamat dan bahkan Menkeu juga mengatakan bahwa PDB kuartal II akan mengalami kontraksi. Tinggal seberapa persen kontraksi tersebut,” katanya kepada Katadata.co.id, Rabu (5/8).
BPS sebelumnya mencatat produk domestik bruto Indonesia pada kuartal II 2020 terkontraksi 5,32% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kontraksi pertama sejak 1999.