IHSG Diprediksi Menguat, Saham Sektor Energi dan Tambang Jadi Pilihan

Lavinda
Oleh Lavinda
25 Februari 2022, 15:57
Saham
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/rwa.
Petugas membersihkan lantai di depan layar indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (3/1/2022).

Di tengah ramainya invasi Rusia ke Ukraina, pelaku pasar optimistis dampak perang akan sementara dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih dapat menguat karena ditopang makroekonomi yang kuat.

Lionel Priyadi, Macro Equity Strategist PT Samuel Sekuritas Indonesia, menilai saham industri energi khususnya tambang batu bara, produsen minyak sawit mentah (CPO), produsen emas, dan saham-saham unggulan (blue chips) dapat menjadi pilihan saat ini.

"Pelaku pasar masih optimistis terhadap IHSG karena data makroekonomi, khususnya data pertumbuhan GDP kuartal IV/2022 dan arus dana investor asing ke pasar saham yang masih besar," ujar Lionel kepada Katadata.co.id, Jumat (25/2).

Khusus untuk saham blue chips, Lionel mengatakan beberapa contoh saham yang dapat dikoleksi adalah BBTN, BBNI, BBRI, dan TLKM untuk jangka menengah. Bahkan lanjutnya, saham-saham pilihan tersebut dapat disimpan hingga menjelang keputusan suku bunga AS atau Fed Rate diumumkan.

Data GDP kuartal terakhir 2021 menunjukkan angka 5% YoY yang di atas konsensus 4,8% YoY. Di sisi lain, investor asing membukukan total beli bersih (net inflow) US$ 1,1 miliar sejak awal bulan ini (MTD).

Namun, dia menuturkan saat ini pelaku pasar masih berhati-hati terhadap posisi IHSG yang valuasinya termasuk tinggi dibanding pasar saham Asia lain. Data pasar menunjukkan valuasi harga saham per laba (PER) 23,44x. Sebagai pembanding, PER pasar saham Filipina 22,98x, Malaysia 15,71x, Singapura 18,97x, Thailand 13,19x, dan India 23,47x.

Ke depannya, Lionel mengatakan pelaku pasar berekspektasi valuasi rasio harga saham per laba (PER) IHSG akan turun ke 16,27 x seiring dengan musim rilis data laporan keuangan kuartal IV/2022 yang masih berjalan.

"Tetap waspada terhadap performa IHSG yang sudah melebihi performa MSCI Emerging Market."

Selain itu, Lionel mengatakan pelaku pasar juga perlu memperhatikan obligasi Indonesia yang semakin menarik karena selisih (gap) rate of return Indeks Obligasi Pemerintah (ICBI) melebar terhadap pasar obligasi negara berkembang.

Rate of return ICBI saat ini semakin melebar terhadap Indeks Obligasi Negara Berkembang (EMBI) menjadi 23,5% pada 23 Februari dari sebelumnya 21,9% pada 18 Februari.

Dari sisi analisis teknikal, M. Alfatih, Senior Technical Analyst Samuel Sekuritas, menilai koreksi IHSG yang terjadi kemarin tidak bertahan lama karena indeks masih berada di dalam pola tren kenaikan (uptrend).

"IHSG masih dapat menguat hingga 7.000 dalam jangka pendek," ujarnya.

Dia mengatakan ketika terkoreksi kemarin, IHSG masih bertahan di support pada level 6.800-6.750.

Dalam jangka menengah, dari total emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di bursa (top 50 market cap), 63% bobot masih memiliki pola uptrend, sedangkan akibat penurunan kemarin bobot hanya berkurang 0,8%.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...