Bursa Wall Street Menguat, IHSG Finis di Zona Hijau ke Level 7.037
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya berakhir di zona hijau dengan penguatan sebesar 0,16% ke level 7.037,56 pada perdagangan awal pekan ini, Senin (30/5) setelah bergerak variatif. Data perdagangan menunjukkan, hari ini nilai transaksi mencapai Rp 15,45 triliun melalui frekuensi 1,48 juta kali dengan transaksi 23,18 miliar saham.
Kenaikan ini turut mengerek nilai kapitalisasi pasar IHSG menjadi Rp 9.306,96 triliun dari posisi penutupan perdagangan pekan lalu di level Rp 9.258 triliun. Terdapat 315 saham bergerak menguat, 214 saham melemah dan 170 saham lainnya bergerak stagnan.
Investor asing hari ini memborong saham-saham bernilai kapitalisasi pasar besar seperti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 477,1 miliar, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 793,7 miliar, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp 304,1 milir.
Selanjutnya, saham PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) senilai Rp 118,3 miliar, PT Charoen Phokphand Indonesia Tbk (CPIN) Rp 78,7 miliar dan PT Astra International Tbk (ASII) Rp 266,8 miliar.
Penguatan IHSG senada dengan mayoritas bursa saham di kawasan Asia. Indeks Nikkei, Tokyo menguat 2,19%, indeks Hang Seng, Hong Kong juga naik 2,06%. Kemudian, indeks Shanghai Composite dan indeks Straits Times, Singapura menguat masing-masing sebesar 0,41% dan 0,16%.
Pengamat pasar saham MNC Asset Management Edwin Sebayang menilai, pergerakan IHSG di awal pekan ini ditopang oleh menguatnya bursa saham Wall Sreet. Indeks Dow Jones, akhir pekan lalu menguat 1,76%, Indeks S&P 500 juga naik 2,47%. Sedangkan, bursa Nasdaq terangkat 3,33%.
"Indeks saham berbasis saham teknologi naik lebih tajam sebesar 3,33%," ungkap Edwin Sebayang, Senin (30/5).
Selain itu, katalis positif di bursa saham juga datang dari turunnya imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun akibat sedikit tertolong data Indeks Core Personal Expenditure Price bulan April 2022 tumbuh 4.9%, menurun dari data Maret dilevel 5.2%.
Di sisi lain, kenaikan IHSG di awal pekan ini ditopang oleh kenaikan sejumlah harga komoditas seperti batu bara 1,20%, harga minyak dunia 0,86% dan nikel yang naik 4,8% dan menguatnya kurs Rupiah.