Resesi Ekonomi AS di Depan Mata, Investor Harus Apa?

Syahrizal Sidik
14 Juni 2022, 14:07
Resesi Ekonomi AS di Depan Mata, Investor Harus Apa?
ANTARA FOTO/Galih Pradipta/wsj.
Karyawan melintas di dekat layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta.

Gejolak di bursa saham masih akan terus berlanjut di tahun ini. Amerika Serikat dan Inggris menjadi negara yang terancam mengalami resesi ekonomi karena tingkat inflasi yang tinggi.

Investor saat ini sedang mencermati potensi resesi seiring terjadinya inversi imbal hasil (yield) tipis terjadi antara obligasi pemerintah AS tenor lima tahun 3,03% dengan tenor 10 tahun sebesar 3,02%. Hal ini menunjukkan, investor lebih meminati obligasi jangka panjang daripada jangka pendek dan mengindikasikan adanya potensi risiko dalam waktu dekat.

Selain itu, pelaku pasar mengkhawatirkan sejumlah bank sentral dunia akan mengerek tinggi suku bunga acuan untuk meredam gejolak inflasi. Hal ini akan turut menjadi sentimen negatif yang menekan bursa saham global, termasuk di Tanah Air. Di Istana Negara, Presiden Joko Widodo turut memperkuat hal itu. Presiden mewanti-wanti, setidaknya ada 60 negara yang akan mengalami kejatuhan ekonomi.

Lantas, bagaimana strategi investasi yang harus dilakukan oleh investor dalam menghadapi resesi ekonomi tersebut?

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta menilai, sentimen kenaikan suku bunga The Fed yang akan diputuskan Rabu besok, menjadi faktor yang dapat menekan IHSG.

"Besar kemungkinan Fed Fund Rate akan  dinaikkan menjadi 1,25%-1,5% pada Rapat FOMC 15 Juni pekan depan dari saat ini 0,75%-1%," terangnya.

Meski begitu, ada harapan, IHSG di tahun ini akan melaju di level psikologis 7.600 seiring dengan prospek ekonomi global yang masih akan membaik ke depannya.

Mirae menyarankan pada Juni ini agar investor melakukan transaksi saham (trading) secara selektif, khususnya pada sektor keuangan, energi, dan industri.

Sementara itu, Direktur Panin Asset Management, Rudiyanto menuturkan sentimen resesi ekonomi AS di sisi lain akan turut berimbas positif bagi pasar obligasi dan reksa dana pendapatan tetap seiring dengan naiknya suku bunga.

"Untuk saham, berhubung yang resesi adalah AS dan bukan Indonesia, kemungkinan hanya menjadi sentimen negatif sementara," ungkapnya kepada Katadata.co.id.

Menurutnya, saat ini, kinerja saham tetap tergantung pada laporan keuangan emiten di pasar modal yang diproyeksikan akan melanjutkan tren yang positif di kuartal kedua tahun ini.

Sampai dengan Senin kemarin (14/6), IHSG berada di level 6.995,44 atau menguat 6,29% sejak awal tahun ini. Kinerja IHSG menjadi yang terbaik di kawasan Asia Tenggara saat mayoritas bursa saham lainnya mencatatkan imbal hasil negatif seperti Bursa Malaysia (-6,63%), Bursa Filipina (-9,20%), Bursa Vietnam (-18,10%), dan Bursa Thailand (-3,22%).

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...