Frekuensi Transaksi Saham BEI Tertinggi di ASEAN
Bursa Efek Indonesia menyatakan kinerja bursa saham domestik di kawasan Asian masih menorehkan kinerja positif di tengah tantangan global.
Hal ini terlihat dari indikator laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menembus level 7.000 pada tahun ini dan mencatatkan nilai tertinggi sepanjang masa di level 7.276 pada 21 April 2022 yang lalu.
"Di tengah tantangan global saat ini, investor masih optimis dengan pasar modal Indonesia," kata Direktur Utama BEI Iman Rachman, dalam keterangan resminya, Kamis (14/7).
Dari sisi imbal hasil, kinerja IHSG di kawasan Asia Tenggara berada di posisi 0,90% ketika bursa saham lainnya mengalami tekanan, seperti di Bursa Malaysia melemah 9,88% Bursa Filipina jatuh 12,18%, Bursa Thailand dan Vietnam juga terkoreksi sebesar 6,69% dan 21,65%. Sementara itu, Bursa Singapura melemah 0,10%.
Dari sisi aktivitas perdagangan, rata-rata nilai transaksi hingga awal bulan Juli 2022 mencapai Rp15,8 triliun, dan rata-rata volume transaksi per hari telah mencapai 23,4 juta saham. Peningkatan juga terjadi pada frekuensi transaksi harian, yaitu sebesar 13,2 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu mencapai 1,4 juta kali dan BEI menempati posisi pertama di ASEAN dalam hal ini.
Sampai dengan 8 Juli 2022, BEI telah berhasil menorehkan pencatatan efek baru yang terdiri dari 25 pencatatan efek saham, 3 obligasi baru, dan 1 ETF baru.
Sementara itu, jumlah investor telah mengalami peningkatan 22 persen menjadi 9,1 juta investor untuk total investor saham, obligasi, dan reksa dana berdasarkan Single Investor Identification (SID). Khusus untuk investor saham, peningkatan telah terjadi sebesar 16 persen menjadi 4 juta investor saham.
Iman menambahkan, dalam perjalanan BEI selama 30 tahun terakhir sejak privatisasi telah berkontribusi memajukan perekonomian dan pasar modal Indonesia. Antara lain, otomasi perdagangan dilakukan melalui implementasi Jakarta Automated Trading System (JATS) pada 22 Mei 1995, dan penerapan Remote Trading di pasar modal pada 28 Maret 2002.
Kemudian pada 30 November 2007, Bursa Efek Surabaya (BES) resmi bergabung dengan BEJ menjadi BEI. Pada tahun 2009, BEI meluncurkan sistem perdagangan baru, yaitu JATS Next Generation (Next-G).
Selanjutnya, pada tahun 2015, BEI meluncurkan Extensible Business Reporting Language (XBRL) dan mulai melakukan sosialisasi Kampanye Yuk Nabung Saham. BEI juga telah melakukan Margin Trading Regulation Easing pada tahun 2017 dan Implementasi Penyelesaian Transaksi T+3 ke T+2 pada tahun 2018.
Selain itu, BEI bergabung dengan United Nations Sustainable Stock Exchange initiative, menambah papan baru perdagangan yaitu Papan Akselerasi, meluncurkan Indeks IDX Value30 dan IDX Growth30, serta merelaksasi perdagangan Exchange-Traded Fund (ETF).
BEI bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Self-Regulatory Organization (SRO) serta didukung oleh stakeholders, telah meluncurkan serangkaian inisiatif strategis pada tahun 2021. Dimulai dari Klasifikasi Industri Baru (IDX-IC), peluncuran Whistle Blowing System (WBS), enhancement Sistem Penyelenggaraan Pasar Alternatif (SPPA), peluncuran Daftar Efek dalam Pemantauan Khusus (Notasi Khusus “X”), hingga Penutupan Kode Broker dan Penyesuaian Mekanisme Perdagangan bersifat Ekuitas.
Selama paruh pertama tahun 2022, BEI juga telah meluncurkan Notasi Khusus baru “N” untuk penanda perusahaan dengan multiple voting shares pada 31 Januari 2022, dan penutupan Kode Domisili yang efektif pada 27 Juni 2022.