Sreeya Sewu Rights Issue 500 Juta Saham untuk Modal Kerja
Perusahaan unggas produsen makanan siap saji Bellfoods, PT Sreeya Sewu Indonesia Tbk (SIPD) berencana akan melaksanakan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau rights issue.
Melalui keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) Selasa (25/10), Sreeya Sewu akan menerbitkan sekitar 500 juta saham baru seri C dengan nominal Rp 1.000 per saham.
Sreeya Sewu berencana menggunakan seluruh dana hasil rights issue untuk pengembangan usaha, baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun, harga pelaksanaan dan jumlah final saham baru yang diterbitkan akan diumumkan dalam prospektus.
Manajemen Sreeya Sewu berharap, pelaksanaan aksi korporasi rights issue ini dapat berpengaruh positif kepada perusahaan. Seperti memperkuat struktur permodalan serta mendukung kegiatan usaha.
“Rights issue diharapkan dapat berpengaruh positif terhadap kondisi keuangan konsolidasian perseroan yaitu antara lain memperkuat struktur permodalan serta mendukung kegiatan usaha," tulis manajemen Sreeya Sewu dalam keterbukaan informasi, dikutip Selasa (25/10/2022).
Selain itu, manajemen SIPD mengharapkan, penambahan modal ini akan mendukung kinerja perseroan dan entitas anak perusahaan serta memberikan imbal hasil nilai investasi bagi seluruh pemegang saham.
Para pemegang saham yang tidak melaksanakan HMETD-nya akan terkena dilusi kepemilikan maksimum sebesar 27,19% dari kepemilikan saham setelah rights issue. Sreeya Sewu rencananya akan menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 30 November 2022 untuk meminta persetujuan para pemegang saham untuk pelaksanaan aksi korporasi ini.
Melansir laporan keuangan perusahaan per 30 Juni 2022, arus kas bersih yang perusahaan yang digunakan untuk operasi sebesar Rp 160,05 miliar atau turun dari periode yang sama tahun lalu, yakni sebesar Rp 164,77 miliar.
Sedangkan, untuk arus kas bersih yang digunakan untuk investasi perusahaan mencatatkan Rp 45,2 miliar atau lebih besar dari periode yang sama tahun lalu sekitar Rp 38,2 miliar. Perusahaan tercatat mengantongi penjualan Rp 2,83 triliun dengan kerugian bersih Rp 67,86 miliar.