10 Saham Emiten Baru Anjlok Usai IPO, Mirae Ungkap Faktor Penyebabnya

Nur Hana Putri Nabila
12 September 2023, 20:08
Karyawan berjalan di depan layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (17/5/2023). IHSG BEI pada sehari sebelum hari libur nasional Kenaikan Isa Almasih ditutup melemah 13,45 p
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.
Karyawan berjalan di depan layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (17/5/2023). IHSG BEI pada sehari sebelum hari libur nasional Kenaikan Isa Almasih ditutup melemah 13,45 poin atau 0,20 persen ke posisi 6.663,11seiring pelemahan bursa saham di kawasan Asia dan global.

Sejumlah saham yang baru saja mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun ini cenderung terus mengalami tren penurunan. Analis menilai, kejatuhan harga saham ini disebabkan karena kinerja hampir semua sektor di bursa mengalami koreksi.

Menyebut sejumlah emiten, PT Multitrend Indo Tbk (BABY), perusahaan penyedia perlengkapan bayi dengan merek Mothercare ini melantai di bursa pada Kamis pekan lalu (7/9) sahamnya terus mencatatkan penurunan. Baru tiga hari debut di bursa, saham BABY sudah jatuh 9,88%.

Kemudian, saham PT Multisarana Intan Eduka Tbk (MSIE), yang melantai di pasar saham pada 10 Agustus 2023 lalu, sahamnya juga jatuh di bawah Rp 50. Tepatnya ke level Rp 41 per saham dari harga penawaran umum Rp 100 per saham. Sehingga, dalam sebulan terakhir, sahamnya sudah jatuh 43,84%.

Tidak hanya itu, perusahaan yang bergerak di bisnis pengembang properti dan real estate, PT Graha Mitra Asia Tbk (RELF), sahamnya terus mengalami tekanan. Secara kumulatif, dalam 9 hari perdagangan beruntun pada September, saham RELF sudah anjlok 86,46% ke level Rp 89 per saham. Perusahaan yang melantai di BEI pada 22 Juni 2023 ini menawarkan harga IPO Rp 90 per saham.

Head of Research Team & Strategist Mirae Asset Sekuritas, Robertus Yanuar Hardy menuturkan pelemahan kinerja secara sektoral cukup merata. Terlebih, saham sektor konsumer sempat mengalami tekanan pasca berakhirnya periode Lebaran. 

Berdasarkan data BEI, sampai dengan penutupan perdagangan Selasa (12/9) ini misalnya, indeks yang menaungi sektor teknologi di bursa mengalami koreksi terdalam 13,42% sejak awal tahun atau year to date. Kemudian, sektor energi jatuh 8,26%. Sektor kesehatan melemah 4,35%, dan sektor finansial melemah 1,36%.

Namun, terdapat beberapa sektor yang mencatatkan kinerja positif, seperti saham di sektor infrastruktur yang naik 5,80%, saham properti dan real estate.

Robertus menjelaskan, beberapa saham yang baru listing di bursa, biasanya pada hari kedua dan ketiga cenderung mengalami kenaikan.”Jadi hal itu bisa menjadi daya tarik. Pergerakan naik-turun salah satunya di pasar IPO," kata Robertus, dalam acara Mirae Asset Media Day, Selasa (12/9) di Jakarta.

Mirae Asset menyebut, masih terdapat sejumlah sektor yang masih akan tumbuh hingga akhir tahun. Terutama didominasi oleh saham di sektor telekomunikasi dan otomotif.

Kinerja sektor ini, jika melihat data bursa juga mencatatkan pertumbuhan 5,80% untuk sektor infrastruktur yang membawahi emiten sektor telekomunikasi. Sedangkan, saham sektor transportasi sudah mencatat kenaikan 10,05% dan barang konsumen non primer juga naik 5,71%.

Pada kesempatan terpisah, President Director Aldiracita Sekuritas Indonesia yang juga Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) Rudy Utomo pernah mengatakan, penurunan harga saham perusahaan setelah IPO salah satu sebabnya karena investor yang masih berinvestasi jangka pendek.

"Ini yang perlu edukasi untuk pada investor-investor retail bahwa 'ini investasi', jangan trading," kata Rudy, kepada wartawan, Kamis (27/7) lalu.

Halaman:
Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...