Rumor IFC Masuk jadi Investor Baru, Ini Penjelasan Bank KB Bukopin
Emiten bank, PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP), merespons perihal kabar masuknya Internasional Finance Corporation (IFC) sebagai pemegang saham baru perusahaan.
Sebagaimana kabar yang mengemuka, IFC disebut akan masuk ke BBKP melalui skema pembelian 17% saham milik STIC Eugene selaku salah satu investor Bank KB Bukopin.
IFC merupakan lembaga keuangan internasional yang terafiliasi Bank Dunia dengan tujuan membantu pembiayaan pembangunan negara-negara anggota yang belum maju melalui pemberian pinjaman dan atau penyertaan pada sektor swasta.
Merespons hal ini, Vice President Director Bank KB Bukopin, Robby Mondong, mengatakan, Bank KB Bukopin selalu terbuka terhadap segala bentuk peluang bisnis yang dapat dioptimalkan dan dapat memberikan nilai tambah dengan memperhatikan strategi yang sebelumnya telah disusun perseroan.
"Kami belum menerima pemberitahuan resmi dari pihak IFC mengenai rencana pembelian saham BBKP," kata Robby, dalam penjelasannya di keterbukaan informasi bursa, Kamis (14/9).
Robby menambahkan, perusahaan akan menyampaikan informasi kepada publik terkait rencana aksi korporasi yang akan dilakukan. Adapun, saat ini, perusahaan dalam proses perbaikan kinerja.
Bank yang sahamnya dikendalikan oleh KB Financial Group melalui KB Kookmin Bank asal Korea Selatan ini terus mengembangkan bisnis-bisnis yang sudah kami miliki di segmen retail, SME dan wholesale.
Pada kesempatan terpisah, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menuturkan saat ini memiliki kinerja yang terjaga. OJK juga mendukung bila Bukopin memperkuat aspek permodalan.
"Pada prinsipnya OJK selalu mendorong dan menjaga perbaikan kinerja bank Bukopin secara berkelanjutan termasuk upaya penguatan permodalan," kata Dian, dalam keterangan tertulisnya, dikutip Minggu (10/9).
Tercatat, pada Juni ini, menyalurkan kredit dan pembiayaan bersih Rp 43,9 triliun dengan penghimpunan dana pihak ketiga Rp 48,8 triliun.
Namun, pada enam bulan pertama ini, perusahaan yang sahamnya dikendalikan Kookmin Bank asal Korea Selatan ini masih membukukan kerugian Rp 2,88 triliun, berkurang 13,2% dibanding tahun sebelumnya Rp 3,32 triliun. Sedangkan, total aset perusahaan mencapai Rp 87,51 triliun.