Jajaran Emiten EBT Penghasil Kapasitas Listrik Terbesar di Indonesia

Lona Olavia
25 September 2023, 13:13
Jajaran Emiten EBT Penghasil Kapasitas Listrik Terbesar di Indonesia
ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww.
Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (9/9/2022).

Jelang pembentukan bursa karbon pada Selasa (26/9) pagi oleh Presiden Jokowi, saham-saham yang bergerak di sektor energi baru terbarukan (EBT) makin naik daun. Apalagi hal ini sejalan dengan rencana pemerintah untuk meningkatkan bauran EBT mencapai 75% terhadap listrik jangka Panjang. Hal itu demi menekan dampak negatif energi fosil.

Di Bursa Efek Indonesia (BEI) ada beberapa perusahaan tercatat alias emiten yang mampu menghasilkan kapasitas listrik terbesar. Alhasil saham-saham ini bakal bisa terkerek tinggi harga sahamnya di masa mendatang. 

Teranyar sektor EBT akan turut diramaikan dengan kehadiran PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) milik taipan Prajogo Pangestu. Bahkan beberapa harga saham EBT lainnya ikut tersengat dari sentimen ini. Contohnya seperti saham PT Pertamina Geothermal Tbk (PGEO) yang sempat tertingginya atau all time high di level Rp 1.535 per saham.

Namun tak hanya dua saham itu, dikutip dari Emtrade, Senin (25/9) masih ada beberapa saham EBT yang menghasilkan kapasitas listrik terbesar. Berikut daftar emitennya:

PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC)

Medco melalui anak usahanya PT Medco Power Indonesia memiliki kapasitas kontrak bruto yang tersedia mencapai sekitar 3.100 MW dan tersebar di 18 lokasi berbeda di seluruh Indonesia. 

Medco Power memiliki rencana untuk meningkatkan kapasitas pembangkitannya menjadi 5.000 MW. Seluruh pembangkit yang dikelola oleh Medco Power akan berfokus pada pembangkitan energi bersih dan terbarukan.

Dari segi energi geothermal, perusahaan saat ini sedang melaksanakan pembangunan proyek geothermal di Blawan Ijen, Jawa Timur dengan kapasitas total 110 MW, tetapi tahap pertama 40 MW dulu. Adapun pembangunan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan total kapasitas 50 MW, yang terdiri dari 25 MW di Bali Barat dan 25 MW di Bali Timur.

Pada kuartal satu 2023 pendapatan MEDC naik 18,47% menjadi US$ 558,98 juta, tetapi laba bersih turun 8,86% menjadi US$ 82,05 juta. Hal ini dikarenakan beban pokok pendapatan dan biaya langsung yang membengkak 40,69%. Salah satunya adalah beban pokok penjualan tenaga listrik dan jasa terkait lainnya yang bengkak hingga 609%. Di sisi lain kontrak penjualan listrik tumbuh 84,24% menjadi US$12,14 juta.

PT Pertamina Geothermal Tbk (PGEO)

Emiten geothermal yang IPO pada Februari lalu memiliki 13 wilayah kerja panas bumi (WKP) dan total kapasitas terpasang sebesar 1.877 Mega Watt (MW). Rinciannya 672 MW dioperasikan sendiri dan 1.205 MW dioperasikan secara bersama. 

PGEO saat ini tengah fokus pada tiga proyek penting yang bertujuan untuk memperluas kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) mereka.

Lumut Balai: pembangunan unit PLTP kedua dengan kapasitas sebesar 55 MW. Proyek ini diestimasi akan selesai pada akhir tahun 2024.


Lahendong: pembangunan unit PLTP ke-7 dan ke-8 dengan masing-masing memiliki kapasitas 20 MW. Kedua unit ini dijadwalkan akan selesai pada tahun 2027.


Hululais: Proyek di wilayah baru ini melibatkan pembangunan dua unit PLTP sekaligus, dengan total kapasitas mencapai 110 MW.


Pada semester satu 2023 laba bersih PGEO tumbuh 30,11% jadi US$ 92,71 juta. Hal ini didorong oleh pendapatan usaha yang naik 11,90% jadi US$ 206,73 juta. Secara geografis, pendapatan didorong oleh PLTP semua wilayah yang kompak naik, dipimpin oleh Kamojang dengan kenaikan 12,29% jadi US$ 78,50 juta. 

PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) 

Melalui anak usahanya, STAR, emiten milik taipan Prajogo Pangestu memiliki aset geothermal Wayang Windu, Salak, dan Darajat dengan total kapasitas bruto mencapai 886 MW. Wayang Windu 230,5 MW, Salak 381, sedangkan Darajat sebesar 274,5 MW. 

Kapasitas tersebut berdasarkan joint contract operation dengan PGEO.

Anak usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT) sepanjang kuartal satu 2023 BREN membukukan kenaikan laba bersih 30,96% menjadi US$ 29,24 juta dari periode sama tahun lalu US$ 22,40 juta. Hal ini sejalan dengan pendapatan yang juga naik 10,04% menjadi US$ 147,08 juta dari periode sama tahun lalu US$ 133,65 juta.

Ke depan, BREN akan berfokus pada optimalisasi kapasitas panas bumi yang ada sambil menambah kapasitas baru, termasuk penambahan 15  megawatt (MW) di wilayah kerja panas bumi  (WKP) Salak menggunakan teknologi binary pada akhir 2023 dan 23 MW di Wayang Windu Unit 3 pada 2026.

Selain penambahan kapasitas WKP yang sudah ada, BREN juga tengah mematangkan rencana pembukaan 3 WKP baru.

Pada kuartal satu 2023, BREN memproduksi listrik sebesar 1,294 gigawatt hour (GWh) dan uap sebesar 481 GWh dari tiga Wilayah Kerja Panas Bumiyang masing-masing memiliki kapasitas terpasang melebihi 200 megawatt (MW). Sehingga, total kapasitas terpasang BREN menjadi 885 MW.

Dengan kapasitas sebesar itu, BREN tidak hanya merupakan operator panas bumi terbesar di Indonesia, namun juga salah satu pemain panas bumi terbesar di dunia. 

PT Barito Pacific Tbk (BRPT)

Barito Pacific berencana menyelesaikan proyek Salak Binary yang akan menambah kapasitas sekitar 15 MW pada segmen panas bumi. Saat ini, kapasitas operasional geothermal BRPT mencapai sekitar 885 MW secara keseluruhan.

Sepanjang semester satu 2023 laba bersih BRPT meroket 243,43% menjadi US$ 30,36 juta. Padahal pendapatan turun 14,90% menjadi US$ 1,37 miliar.

PT United Tractors Tbk (UNTR

Lewat akuisisi PT Supreme Energy Sriwijaya (SES), UNTR kini memiliki salah satu perusahaan panas bumi dengan kapasitas listrik terbesar di Indonesia. SES adalah induk usaha PT Supreme Energy Rantau Dedap yang punya izin panas bumi berkapasitas 98 MW.

Saat ini UNTR belum melaporkan pendapatan dari segmen geothermal karena akuisisi baru saja dilakukan awal bulan Agustus lalu.

Laba periode berjalan per Juni 2023 emiten grup PT Astra International Tbk (ASII) ini tercatat sebesar Rp 11,21 triliun, dari sebelumnya Rp 10,35 triliun. Pendapatan sebesar Rp 68,67 triliun, naik 13,69% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN)

Kencana Energi memiliki beragam proyek pembangkit energi, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Pakkat dengan kapasitas 18 MW, PLTA Air Putih sebesar 21 MW, dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) Ma'dong dengan kapasitas 10 MW.

Lalu ada PLTM Ordi Hulu sebesar 10 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) Tempilang 2 yang menghasilkan 5 MW, dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Tempilang 1,36 MWp.

Di dalam pipeline, KEEN menargetkan mampu mengelola pembangkit listrik hingga 500 MW dalam jangka panjang.

Sepanjang semester I satu 2023 laba bersih KEEN tumbuh 40,55% menjadi US$ 9,58 juta didorong kenaikan pendapatan 20,58% menjadi US$ 24,55 juta. Di mana penjualan listrik meroket 130% menjadi US$ 5,82 juta.

PT Arkora Hydro Tbk (ARKO)

Arkora Hydro terdiri dari PLTA Cikopo dengan kapasitas produksi sebesar 7,4 MW dan PLTM Tomassa dengan kapasitas produksi pembangkit sebesar 10 MW.

Selain itu ada PLTM Yaentu yang masih dalam tahap konstruksi kapasitas produksi pembangkit tersebut sebesar 10,0 MW. Sedangkan PLTM Kukusan 2 saat ini sedang dalam tahap persiapan konstruksi. Kapasitas produksi pembangkit tersebut sebesar 5,4 MW.

Sepanjang semester pertama 2023 pendapatan turun 6,03% menjadi Rp 109 miliar. Sementara itu laba bersih mampu meningkat 32,80% menjadi Rp 33,10 miliar, didukung oleh efisiensi beban keuangan, keuntungan selisih kurs, keuntungan lain-lain, serta kenaikan penghasilan keuangan.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...