Saham DOID Terus Tertekan usai Gagal Akuisisi Tambang di Australia
Rencana perusahaan entitas PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) yaitu PT Bukit Makmur Mandiri Utama atau Buma mengakuisisi perusahaan tambang batu bara asal Australia, BHP Group Ltd berujung kandas.
Batalnya rencana akusisi itu bermula dari BHP Group yang memutuskan untuk menjual dua tambang batu bara Australia kepada Whitehaven Coal Ltd. sekitar US$ 3,2 miliar atau Rp 50,37 triliun.
Melansir Bloomberg, Whitehaven mengatakan pihaknya mendanai kesepakatan dengan uang tunai senilai US$ 900 juta dari Bank of America dan Jefferie. Pembayaran juga dikucurkan melalui arus kas dari bisnis Whitehaven yang diproyeksi makin besar hingga 2026 sampai 2027.
Adapun, BHP memasok batu bara metalurgi ke produsen baja di pasar termasuk Tiongkok dan India, dalam usaha patungan dengan porsi masing-masing 50:50. Proses penawaran untuk kedua tambang tersebut menarik persaingan dari para pesaingnya.
"Ini termasuk kontraktor pertambangan yang berbasis di Indonesia Bukit Makmur Mandiri Utama (Buma)," tulis Bloomberg, dikutip Jumat (20/10).
Selain Buma, Stanmore Resources Ltf dari Australia dan Peabody Energy dari Amerika Serikat yang turut mengincar tambang batu bara tersebut.
Sebagai informasi, Buma adalah perusahaan jasa kontraktor pertambangan dengan para produsen batu bara Indonesia sejak 1998. Saham Buma setara 99,9% dikantongi oleh Delta Dunia Makmur atau DOID.
Kandasnya rencana aksi korporasi itu memberi tekanan di saham DOID. Pada Rabu kemarin, sahamnya sempat anjlok 21,87% ke level Rp 418 per saham. Pelemahan juga terjadi pada sehari setelahnya, yakni pada Kamis, 19 Oktober 2023 dengan pelemahan 1,91% ke level Rp 410 per unit.
Berdasarkan data perdagangan sampai dengan penutupan sesi I Jumat (20/10) ini, harga saham DOID kembali anjlok 4,88% ke level Rp 390. Sahamnya sempat menyentuh zona hijau di level Rp 416 sebagai level tertinggi. Namun tidak bertahan lama, saham DOID tergerus ke level Rp 386 sebagai level terendah.
Volume saham yang diperdagangkan tercatat 64,74 juta dengan nilai transaksi Rp 25,52 miliar. Sementara itu, frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 3.986 kali. Sementara kapitalisasi pasarnya yaitu Rp 3,36 triliun. Bila dilihat sejak awal tahun, saham DOID masih mencatat kenaikan 28,29%.