Window Dressing Bakal Hampiri Bursa RI? Saham Ini Berpotensi Raup Cuan

Syahrizal Sidik
13 November 2023, 14:51
Window Dressing Bakal Hampiri Bursa RI? Saham Ini Berpotensi Raup Cuan
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.
Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta.

Fenomena window dressing di bursa saham domestik diprediksi bakal muncul kembali setelah sempat 'menghilang' pada saat pandemi Corona. Emiten berkinerja cemerlang dengan fundamental yang kuat tapi secara valuasi masih murah berpotensi meraup keuntungan.

Window dressing adalah aksi yang biasa dilakukan manajer investasi dan emiten demi mempercantik portofolio atau performa laporan keuangan. Lewat strategi ini, tampilan portofolio dana yang dikelola atau laporan keuangan emiten menjadi kian menarik di mata investor atau pemegang saham.

Fenomena window dressing berhubungan erat dengan dua momen lainnya, yakni Santa Claus Rally dan January Effect. Momentum yang berlangsung sejak Desember hingga awal tahun itu sangat dinanti para pelaku pasar, karena selalu menjanjikan kenaikan harga saham di luar kebiasaan. 

Menurut MNC Sekuritas, fenomena window dressing secara tidak langsung menyebabkan kenaikan harga saham-saham unggulan. Karena aksi ini dilakukan oleh hampir seluruh manajer investasi di seluruh dunia, maka pada akhir tahun indeks harga saham umumnya akan bergerak naik.

Window dressing yang paling signifikan terjadi di akhir tahun, biasanya harga saham akan menguat sampai Januari, yang dikenal juga dengan sebutan January Effect,” tulis MNC Sekuritas, dikutip Senin (13/11), dalam risetnya. 

Berdasarkan data BEI, pada Desember 2022, IHSG ditutup di level 6.850,61, turun 2,4% dari level 7.020 pada 1 Desember 2022. Penurunan dalam 1 bulan ini mematahkan sejarah kenaikan IHSG dalam 20 tahun terakhir, khusus di bulan Desember. Padahal, sejak 2002, IHSG selalu naik di Desember karena fenomena window dressing.  

Akhir pekan lalu, IHSG ditutup turun 0,,42% di 6.809 dengan  nilai transaksi Rp 7,75 triliun dan volume perdagangan 16,49 miliar saham. Dalam sepekan terakhir, IHSG naik tipis 0,30%, didorong saham-saham unggulan seperti PT Barito Pacific Tbk (BRPT) +12,98%, PT Petrosea Tbk (PTRO) +9,05%, PT XL Axiata Tbk (EXCL) +8,29%, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) +6,45%, dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) +3,14%.

 

Saham Infrastruktur Telko

Terkait dengan laju IHSG, Macro Strategist PT Samuel Sekuritas Indonesia, Lionel Priyadi menilai pidato Jerome Powell, Chairman bank sentral AS, Federal Reserve, yang bernada agresif (hawkish) dalam acara IMF pada 10 November lalu, sedikit banyak bisa mempengaruhi arah negatif indeks. 

Namun, laju IHSG akan cenderung sideways di rentang 6.600-6.900 dengan potensi bisa mencapai 7.000 di akhir tahun karena masih adanya efek positif dari windfall commodity alias berkah komoditas tahun lalu. “Selain itu, pergerakan IHSG masih lebih atraktif dengan turun 0,2% sejak awal tahun ini dibandingkan dengan MSCI Asia, kecuali Jepang yang sudah turun 2,3%,“ tulis Lionel dalam riset teranyar Samuel Sekuritas.  

Samuel Sekuritas pun merekomendasikan sektor infrastruktur telekomunikasi (telko) sebagai pilihan, di samping sektor lain seperti rumah sakit, rokok, dan ritel makanan. Sektor konsumer diprediksi bakal menguat imbas dari hajatan politik lima tahunan.  

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...