Raker dengan OJK, DPR Sorot Masalah FCA di Papan Pemantauan BEI
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) berniat mendalami aturan tentang lelang berkala secara penuh atau full call auction (FCA) di papan pemantauan khusus Bursa Efek Indonesia atau BEI.
Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Dolfie Othniel Fredric Palit, mengatakan akan mendalami aturan tersebut meskipun tidak mendapatkan laporan dari OJK.
"Di tempat Pak Inarno (Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK), misalnya ada masalah FCA, tetap bisa kami dalami walaupun bapak mungkin tidak mau melaporkan," kata Dolfie dalam Rapat Kerja Komisi XI DPR dengan Ketua DK OJK, Rabu (25/6).
Dia menilai semua perkara OJK di kuartal pertama 2024 menjadi daya tarik untuk didalami. Perkara tersebut tidak hanya FCA, namun juga perbankan, informasi yang tersebar, maupun masalah yang ada di pasar modal.
OJK melakukan rapat erja dengan Komisi XI DPR RI mengenai laporan kinerja OJK yang mendapat opini wajar dengan pengecualian oleh Badan Pengawas Keuangan atau BPK
Adapun opini wajar dengan pengecualian yakni jenis opini yang diberikan oleh auditor terhadap laporan keuangan suatu entitas. Hal ini ketika auditor menemukan beberapa ketidakpastian atau ketidakpatuhan yang tidak cukup signifikan untuk menyebabkan laporan keuangan menjadi tidak dapat dipercaya.
Dalam hal ini, auditor dapat memberikan opini wajar dengan pengecualian, yang artinya laporan keuangan secara umum dapat dipercaya kecuali untuk hal-hal tertentu yang disebutkan dalam opininya.
Komentar OJK Soal Full Call Auction
Sebelumnya OJK buka suara terkait kebijakan Papan Pemantauan Khusus (PPK) dengan skema full call auction (FCA) yang diterapkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Kebijakan tersebut menuai hujan kritik dari para pelaku pasar.
Kepala Departemen Pengaturan dan Pengembangan Pasar Modal OJK, Antonius Hari P.M, mengatakan OJK selalu berkoordinasi dengan Self-Regulatory Organizations (SRO) pasar modal. Tak hanya itu, dia juga menyebut OJK telah melakukan tinjauan dan SRO selalu mempertimbangkan masukan yang diterima.
Koordinasi tersebut termasuk berfluktuasinya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhir-akhi ini yang dipengaruhi oleh beberapa saham yang dalam kategori FCA. Hal itu terutama saham dengan kapitalisasi besar seperti PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) lantaran memiliki bobot jumbo kepada IHSG.
Antonius mengatakan bahwa OJK akan meninjau terlebih dahulu sebelum memutuskan langkah selanjutnya.
“Sekarang timbul dinamika, tapi tujuan kita sebenarnya lebih baik sebenarnya, untuk melindungi investor kecil,” kata Antonius kepada wartawan di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (6/6).