Bursa Saham Wall Street Melorot karena The Fed dan Debat Capres
Bursa saham Amerika Serikat Wall Street melorot pada perdagangan Jumat (28/6). Penurunan terjadi setelah reli awal gagal, karena investor mencerna data inflasi dan mempertimbangkan ketidakpastian politik pasca-debat calon presiden.
Dow Jones Industrial Average (.DJI) terkoreksi 0,11% menjadi 39.122,94, S&P 500 (.SPX) 0,41% menjadi 5.460,30, dan Nasdaq Composite (.IXIC) turun 0,71% menjadi 17.732,60.
Inflasi bulanan alias month to month (mtm) di Amerika pada Mei tercatat stabil. Data ini memberikan harapan setelah harga barang-barang melonjak pada awal tahun yang memunculkan keraguan bahwa bank sentral AS, The Fed akan menurunkan suku bunga acuan.
Laporan dari Departemen Perdagangan juga menunjukkan, belanja konsumen sedikit meningkat bulan lalu. Hal ini memicu optimisme bahwa bank sentral Amerika bisa mengendalikan perekonomian dengan baik.
Menurut LSEG FedWatch, taruhan pada penurunan suku bunga pada September meningkat menjadi 66% setelah rilis data inflasi terbaru. Para trader terus berharap akan ada dua kali pemangkasan suku bunga acuan tahun ini, meskipun The Fed hanya memproyeksikan satu kali.
Presiden Fed San Francisco Mary Daly mengakui, inflasi mulai ‘mendingin’. “Ini kabar baik, karena menunjukkan kebijakan bekerja,” kata dia dikutip dari Reuters, Minggu malam (30/6).
Sementara itu, Gubernur The Fed Michelle Bowman mengatakan bahwa bank sentral akan tetap mengikuti jalur, karena target inflasi belum tercapai.
Manajer portofolio senior di Globalt Investments Thomas Martin mengatakan, debat pertama antara Presiden AS Joe Biden dan saingannya dari Partai Republik, Donald Trump pada Kamis juga memengaruhi saham.
Menurut dia, orang-orang memikirkan apa yang akan terjadi dengan pemilihan presiden. “Ketidakpastian tidak berkurang setelah debat, justru meningkat," kata Martin.
Imbal hasil obligasi pun melonjak dan menambah tekanan pada beberapa saham besar.
Belum lagi, harga saham Nike turun 19,98% ke level terendah dalam dua dekade, setelah mengeluarkan proyeksi pendapatan fiskal 2025 yang mengecewakan. Penurunan ini membebani sektor diskresioner konsumen secara keseluruhan (.SPLRCD).
Secara kuartalan atau tiga bulanan, indeks S&P 500 dan Nasdaq naik masing-masing 3,9% dan 8,3%. Sementara itu, indeks Dow Jones turun 1,7%.
Jumlah saham yang naik melebihi yang turun dengan rasio 1,29 banding 1. Sebanyak 271 saham mencapai titik tertinggi baru dan 75 lainnya menuju ke titik terendah baru.
Indeks saham S&P 500 mencatat 16 level tertinggi baru dalam 52 minggu dan satu level terendah baru. Nasdaq Composite mencatat 58 level tertinggi baru dan 139 level terendah baru.