Kapitalisasi Pasar Berkshire Hathaway milik Warren Buffett Tembus US$1 Triliun

Hari Widowati
29 Agustus 2024, 11:28
Warren Buffett
Flickr/Asa Mathat/Fortune Live Media
Berkshire Hathaway milik Warren Buffett mencapai kapitalisasi pasar US$1 triliun (Rp 15,4 kuadriliun) pada hari Rabu (28/8).
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Berkshire Hathaway milik Warren Buffett mencapai kapitalisasi pasar US$1 triliun (Rp 15,4 kuadriliun) pada hari Rabu (28/8). Berkshire menjadi perusahaan non-teknologi pertama di AS yang mencapai tonggak sejarah yang didambakan.

Saham konglomerat yang berbasis di Omaha, Nebraska, AS, ini telah menguat lebih dari 28% pada tahun 2024. Kenaikan harga saham Berkshire jauh di atas kenaikan S&P 500 yang sebesar 18%. Ambang batas US$1 triliun dilewati hanya dua hari sebelum “Oracle of Omaha” berusia 94 tahun.

Harga saham Berkshire naik 0,8% menjadi US$696.502,02 (Rp 10,7 miliar) pada perdagangan Rabu (28/8).

"Pencapaian ini merupakan bukti kekuatan finansial dan nilai waralaba perusahaan. Ini penting pada saat Berkshire merupakan salah satu dari sedikit konglomerat yang masih ada saat ini,” kata Cathy Seifert, Analis Berkshire di CFRA Research, seperti dikutip CNBC, Kamis (29/8).

Tidak seperti enam perusahaan lain dalam klub triliun dolar (Apple, Nvidia, Microsoft, Alphabet, Amazon, dan Meta), Berkshire dikenal dengan fokus pada ekonomi lama sebagai pemilik BNSF Railway, Geico Insurance, dan Dairy Queen. Meskipun, investasi Berkshire di Apple yang cukup besar telah membantu mendorong keuntungan perusahaan baru-baru ini.

Buffett, sebagai ketua dan CEO, mengambil alih kendali Berkshire, sebuah bisnis tekstil yang sedang mengalami kesulitan, pada tahun 1960-an. Buffett kemudian mengubah perusahaan ini menjadi kerajaan besar yang mencakup asuransi, kereta api, ritel, manufaktur, dan energi dengan neraca keuangan yang tak tertandingi dan benteng keuangan yang kuat.

“Ini adalah penghargaan bagi Buffet dan tim manajemennya, karena bisnis-bisnis ekonomi lama adalah bisnis yang membangun Berkshire," ujar Andrew Kligerman, analis Berkshire dari TD Cowen. Namun, bisnis-bisnis ini diperdagangkan dengan valuasi yang relatif jauh lebih rendah, dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan teknologi yang bukan merupakan bagian utama dari bauran bisnis Berkshire.

“Selain itu, Berkshire telah mencapai hal ini melalui struktur konglomerat, sebuah model yang banyak orang anggap kuno, karena perusahaan-perusahaan telah semakin beralih ke spesialisasi selama beberapa dekade,” kata Kligerman.

Greg Abel, wakil ketua operasi non-asuransi Berkshire, telah ditunjuk sebagai pengganti Buffett. Pada pertemuan tahunan tahun ini, Buffett mengatakan kepada para pemegang saham bahwa Abel akan memiliki keputusan akhir atas keputusan investasi Berkshire ketika dia tidak lagi memimpin.

Aksi Jual Saham Apple dan Bank of America

Buffett telah berada dalam mode defensif akhir-akhir ini. Ia melepas sejumlah besar saham, termasuk separuh dari saham Apple miliknya, sambil meningkatkan tumpukan uang tunai Berkshire ke rekor US$277 miliar (Rp 4.265 triliun) pada akhir Juni.

Meskipun Buffett terkenal tidak pernah mempermainkan pasar dan menyarankan orang lain untuk tidak melakukannya, aksi jual yang dilakukannya menjadi peringatan bagi beberapa pengikutnya di Wall Street. Mereka percaya bahwa Buffett melihat beberapa hal yang tidak disukainya tentang ekonomi dan valuasi pasar.

Berkshire menginvestasikan sebagian besar uangnya dalam surat utang negara jangka pendek. Kepemilikan Berkshire di surat utang negara jangka pendek mencapai US$234,6 miliar (Rp 3.613 triliun) pada akhir kuartal kedua. Nilai kepemilikan Berkshire di surat berharga ini melampaui jumlah yang dimiliki Federal Reserve AS.

Para analis menilai sulit menebak mengapa para investor membantu Berkshire mencapai nilai kapitalisasi pasar US$1 triliun. Apakah hal ini merupakan pertaruhan terhadap ekonomi Amerika dan kelompok bisnis Buffett yang siap untuk mendapatkan keuntungan jika terus melaju. Hal ini juga menimbulkan pertanyaan, apakah pasar melihat Berkshire sebagai benteng uang tunai yang akan menghasilkan pendapatan yang stabil dalam menghadapi lingkungan makro yang tidak menentu.

Berkshire juga menjual sahamnya di Bank of America pada pertengahan Juli lalu senilai lebih dari US$5 miliar (Rp 76,99 triliun). Buffett membeli saham preferen dan waran BofA pada tahun 2011 setelah krisis keuangan. Masuknya Berkshire ke BofA menopang kepercayaan investor kepada bank yang saat itu sedang menghadapi kerugian akibat jatuhnya subprime mortgage.

Setelah pendapatan kuartal kedua Berkshire yang kuat, analis UBS Brian Meredith meningkatkan estimasi pendapatan perusahaan pada 2024 dan 2025. Ada dua faktor yang menjadi pertimbangan: pendapatan investasi yang lebih tinggi dan hasil penjaminan emisi yang lebih tinggi di grup asuransi termasuk Geico. Saham-saham asuransi telah mengalami penurunan tahun ini karena kelompok ini terus menaikkan harga setelah pandemi.

Meredith melihat nilai pasar Berkshire naik jauh di atas US$1 triliun. Ia menaikkan target harga 12 bulan menjadi US$759.000 (Rp 11,69 miliar) untuk saham A Berkshire, hampir 9% lebih tinggi dari level hari Rabu (28/8). “Kami terus percaya bahwa saham Berkshire adalah permainan yang menarik dalam lingkungan makro yang tidak pasti,” tulisnya dalam catatan awal bulan ini.

Saham Kelas A Berkshire Lebih Mahal dari Harga Rumah di AS

Saham Kelas A Berkshire memiliki salah satu label harga tertinggi di Wall Street. Saat ini, setiap sahamnya dijual dengan harga 68% lebih mahal dari harga rata-rata rumah di AS.

Hal ini dikarenakan Buffett tidak pernah memecah sahamnya. Ia beralasan bahwa harga saham yang tinggi menarik dan mempertahankan lebih banyak investor jangka panjang yang berorientasi pada kualitas. Anak didik Benjamin Graham ini mengatakan bahwa banyak pemegang saham Berkshire menggunakan saham mereka sebagai tabungan.

Namun, Berkshire menerbitkan saham Kelas B pada tahun 1996 dengan harga yang setara dengan sepertiga puluh saham Kelas A. Penerbitan saham Kelas B ini untuk melayani investor kecil yang menginginkan bagian kecil dari kinerja Buffett.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...