OJK Ungkap Kapitalisasi Pasar Saham RI Terhadap PDB Masih Rendah di ASEAN
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut bahwa rasio kapitalisasi pasar saham Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan ASEAN.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, menilai bahwa meskipun kontribusi pasar saham terhadap PDB terus meningkat, nilainya masih tertinggal dibandingkan negara lain di kawasan. Sebagai perbandingan, rasio di India sebesar 140%, 101% di Thailand, dan 97% di Malaysia, sedangkan Indonesia hanya berada di level 56%.
“Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa untuk merealisasikan ruang dan potensi pertumbuhan pasar modal yang masih sangat besar diperlukan perkuatan ekosistem pasar modal kita,” kata Mahendra dalam Pembukaan Perdagangan Saham 2025 di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (2/1).
Kapitalisasi Pasar Saham Terhadap PDB | % Investor Pasar Modal Terhadap Total Populasi Dewasa | ||
India | 140% | Singapura | 22,5% |
Thailand | 101% | Malaysia | 10,9% |
Malaysia | 97% | Indonesia | 7,4% |
Indonesia | 56% |
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Mahendra mengatakan bahwa peningkatan integritas menjadi dasar utama untuk menciptakan pasar modal yang berfungsi dengan baik dan efisien. Ia menambahka kinerja positif pasar modal juga merupakan modal penting dalam mendukung target pertumbuhan ekonomi nasional.
Oleh karena itu, pada tahun 2025, kata Mahendra, OJK bersama seluruh pemangku kepentingan, termasuk SRO, berkomitmen untuk melaksanakan berbagai program strategis pemerintah.
Indeks Bergengsi LQ45 Anjlok 15,6% Sepanjang 2024
Di samping itu OJK mengungkapkan indeks bergengsi LQ45 sepanjang 2024 anjlok hingga 15,6%. Kinerja negatif indeks LQ45 itu sejalan dengan lesunya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang 2024 yang terkoreksi 2,65% dan ditutup di level 7.079.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar mengatakan penurunan indeks LQ45 maupun IHSG disebabkan tingginya volatilitas yang terjadi di pasar saham global sepanjang tahun lalu.
“Indeks LQ45 yang berisi saham-saham perusahaan terbesar dan paling likuid, biasanya menjadi rujukan investasi fund manager global dan domestik justru melemah 15,6%,” ungkap Mahendra.