Saham Tencent dan CATL Anjlok setelah AS Tuding Mereka Jadi Antek Militer Cina

Hari Widowati
7 Januari 2025, 11:13
saham, Tencent
123RF
Foto ilustrasi logo Tencent
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Saham perusahaan teknologi kelas berat asal Cina, Tencent Holdings, anjlok 5,4% pada perdagangan di Bursa Hong Kong, pada Selasa (7/1). Kejatuhan saham Tencent terjadi setelah perusahaan teknologi itu dimasukkan ke dalam daftar “perusahaan militer Cina” oleh Departemen Pertahanan AS.

Saham Tencent yang diperdagangkan di Bursa AS juga sempat merosot hingga 8%, pada Senin (6/1).

Perusahaan-perusahaan Tiongkok lainnya yang ditambahkan ke dalam daftar tersebut termasuk pembuat baterai Contemporary Amperex Technology Ltd (CATL), yang merupakan bagian dari rantai pasokan untuk produsen mobil seperti Ford dan Tesla. Harga saham CATL sempat merosot 5,6% di Bursa Shenzhen, Selasa (7/1).

Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional 2024 mengatakan Departemen Pertahanan akan dilarang membeli barang atau jasa secara langsung dari entitas yang ada dalam daftar tersebut mulai Juni 2026, dan secara tidak langsung mulai Juni 2027.

Menanggapi keputusan tersebut, Tencent mengatakan bahwa masuknya perusahaan ke dalam daftar tersebut jelas merupakan sebuah kesalahan.

“Kami bukan perusahaan atau pemasok militer. Tidak seperti sanksi atau kontrol ekspor, daftar ini tidak berdampak pada bisnis kami,” kata Tencent dalam pernyataan resmi, seperti dikutip CNBC, pada Selasa (7/1).

CATL juga menyebut penunjukan itu sebagai “kesalahan” dan mengatakan perusahaan “tidak terlibat dalam kegiatan terkait militer apa pun.”

Selain Tencent dan CATL, daftar tersebut juga memasukkan produsen cip Changxin Memory Technologies, Quectel Wireless, dan pembuat drone Autel Robotics dalam dokumen yang diterbitkan di Washington DC, Senin (6/1) waktu setempat.

Laporan Reuters menyebut daftar perusahaan militer Tiongkok yang diperbarui setiap tahun itu merupakan amanat dari hukum AS. Dalam pemberitahuan yang diunggah di situs Federal Register, ada 134 perusahaan Cina yang masuk ke dalam daftar tersebut.

AS Soroti Risiko Keamanan

Daftar yang diperbarui ini merupakan salah satu dari banyak tindakan yang diambil oleh Washington dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintah AS menyoroti dan membatasi perusahaan-perusahaan Tiongkok yang diduga memiliki risiko keamanan. Daftar ini membebani hubungan diplomatik antara dua perekonomian terbesar di dunia ini.

Jefferies mengatakan dalam risetnya bahwa tujuan dari daftar Perusahaan Militer Cina (CMC) ini adalah untuk mengekspresikan pendapat Departemen Pertahanan yang dapat menjadi referensi bagi departemen pemerintah lainnya.

“Konsekuensi paling serius bagi perusahaan-perusahaan CMC adalah larangan investasi AS, tetapi itu semua tergantung pada Trump dan timnya,” kata Jefferies seperti dikutip Reuters, Selasa (7/1).

Craig Singleton, seorang pakar Cina di Foundation for Defense of Democracies, mengatakan penambahan tersebut menunjukkan perusahaan-perusahaan AS tidak bisa sembarangan berbisnis dengan perusahaan-perusahaan Cina yang terus berkembang.

“Daftar hari ini menjelaskan ini bukan hanya perusahaan komersial. Mereka adalah pendukung penting modernisasi militer Tiongkok, yang secara langsung mendorong ambisi strategis Beijing,” kata Singleton.

Perusahaan lain yang ditambahkan termasuk MGI Tech, yang membuat instrumen pengurutan genom, dan Origincell Technology, yang dituduh oleh anggota parlemen mengoperasikan jaringan bank sel dan teknologi penyimpanan hayati. Namun, perusahaan-perusahaan itu belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar dari Reuters.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...