Harga Saham BBCA Merosot 14,3% dalam 3 Bulan, Analis Nilai Sudah Undervalued

Nur Hana Putri Nabila
14 Februari 2025, 15:44
Apa Itu Saham
Pexels
Apa Itu Saham

Ringkasan

  • IHSG diperkirakan menguat terbatas karena respons pasar terhadap lonjakan harga minyak akibat ketegangan politik di Timur Tengah, dengan Phintraco Sekuritas memprediksi meredanya tekanan pada IHSG.
  • Kenaikan harga minyak mempengaruhi IHSG secara negatif, mengingat Indonesia adalah net importir minyak, dan lonjakan ini bisa memicu kenaikan harga BBM di dalam negeri. Data ekonomi global juga dipantau sebagai sentimen penggerak IHSG.
  • Phintraco Sekuritas dan Analis BinaArtha Sekuritas memberikan rekomendasi saham, dengan Phintraco merekomendasikan lima saham, sementara Analis Ivan Rosanova menyarankan posisi hold atau trading buy pada beberapa saham perbankan dan lainnya, dengan spesifikasi level support dan resistance IHSG.
! Ringkasan ini dihasilkan dengan menggunakan AI
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Saham perbankan raksasa PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA dinilai sudah mencapai titik undervalued atau bergerak di bawah harga wajar. Kesimpulan itu muncul berdasarkan harga saham yang sudah turun 14,29% dalam tiga bulan terakhir. 

Pada perdagangan saham hari ini, Jumat (14/2) hingga pukul 15.00 WIB saham BBCA tergelincir 0,28% ke level Rp 8.975 per lembar. Secara mingguan saham BBCA sudah tergelincir 3,74% dalam seminggu terakhir. 

Bila ditarik waktu yang lebih panjang, dalam tiga bulan saham BBCA sudah longsor hingga 14,29%. Adapun sejak awal tahun atau year to date, saham bank berkapitalisasi pasar jumbo itu turun 6,89% dari Rp 9.900 pada 2 Januari 2025. 

Di saat harga saham BBCA terus melorot, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, justru melihat adanya peluang. Menurut Nafan, berdasarkan analisis teknikal, ia menyarankan investor untuk mencermati saham BBCA, terutama dengan strategi cumulative buy atau buy on weakness

Nafan mengatakan, apabila BBCA telah memasuki fase akumulasi, ada potensi tren kenaikan harga ke depannya. Ia mengatakan sebaiknya investor mulai mengakumulasi saham BBCA saat harganya masih dalam kondisi terdiskon demi tidak ketinggalan momentum.

“Tapi memang untuk pergerakan harga saham BBCA, memang saya akui sejauh ini sudah di bawah, sudah begitu undervalued,” kata Nafan kepada Katadata.co.id ketika ditemui di Jakarta, seperti dikutip Jumat (14/2). 

Lebih lanjut, Nafan melihat ada tanda-tanda bahwa terkoreksinya harga BBCA sudah mulai terbatas dan bisa rebound atau berbalik naik karena permintaan investor meningkat. Ia menyarankan investor untuk tetap tenang dan sabar apabila mengalami kerugian sementara atau floating loss. 

Menurut Nafan, selama menerapkan strategi manajemen risiko yang baik seperti membeli bertahap saat harga turun, ada peluang harga BBCA akan naik kembali. Secara historis, tren utama BBCA masih cenderung naik sejak IPO, meskipun terkadang berfluktuasi karena faktor ekonomi global dan domestik.

“Selama sudah undervalued memang harusnya bisa dicermati,” tambah Nafan.

Dampak Pergantian Direksi BCA ke Kinerja dan Gerak Saham di Bursa

Sebelumnya Mirae Asset Sekuritas Indonesia menjelaskan dampak dari rencana perubahan jajaran Dewan Komisaris dan Direksi Perbankan raksasa PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Pergantian jajaran direksi BCA akan ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan yang bakal digelar 13 Maret mendatang.  

Dalam laporan tahunan keberlanjutan dan ESG, BCA menyampaikan akan mengganti Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja dengan  Gregory Hendra Lembong yang sebelumnya menjabat wakil direktur. Adapun Jahja selanjutnya akan menjabat sebagai Komisaris Utama. 

Nafan mengatakan rencana pergantian jajaran direksi bakal berpengaruh lantaran BCA saat ini merupakan bank yang paling populer di Tanah Air. Ia menilai BCA sangat dikenal di kalangan investor dan tentunya berkomitmen kuat terhadap penerapan tata kelola perusahaan yang baik. 

“Biarpun nantinya terjadi pergantian pimpinan, BCA kinerjanya diharapkan terus konsisten, bertumbuh, karena adanya faktor penerapan good company governance dengan baik,” kata Nafan.

Mengenai dampak perubahan jajaran direksi terhadap kinerja keuangan, Nafan justru melihat jejak historis laporan keuangan BCA yang selalu menunjukkan pertumbuhan konsisten. Menurut Nafan, apabila ada sentimen negatif itu akan lebih disebabkan oleh faktor eksternal seperti kondisi ekonomi dan politik global serta dinamika makroekonomi domestik.  

Nafan menjelaskan hingga kini BCA terus mencatatkan pertumbuhan, baik dari sisi penyaluran kredit maupun laba. Hal ini tercermin dari keberhasilan perusahaan dalam menerapkan tata kelola yang baik.  Ia menilai siapapun kandidat direksi yang terpilih, selama prinsip tata kelola perusahaan tetap dijalankan secara konsisten, kinerja BCA diperkirakan tetap solid dan memberikan manfaat bagi perusahaan.




Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...