Wall Street Anjlok usai Kenaikan Tajam, Investor Waswas Perang Tarif AS-Cina

Nur Hana Putri Nabila
11 April 2025, 05:50
Wall street, pasar saham, perang dagang, perang tarif
ANTARA
Indeks S&P 500 ditutup melemah 3,46% ke level 5.268,05, Nasdaq Composite anjlok 4,31% ke 16.387,31. Dow Jones Industrial Average turun 1.014,79 poin atau 2,5% ke posisi 39.593,66.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Bursa saham Amerika Serikat Wall Street anjlok pada perdagangan hari Kamis (10/4) setelah kenaikan besar sehari sebelumnya usai keputusan Trump menunda tarif balasan kepada puluhan negara selama 90 hari. Para investor masih khawatir ekonomi AS tetap terbebani karena penundaan tarif ini dikecualikan dari Cina dan perang tarif masih terjadi. 

Indeks S&P 500 ditutup melemah 3,46% ke level 5.268,05, Nasdaq Composite anjlok 4,31% ke 16.387,31. Dow Jones Industrial Average turun 1.014,79 poin atau 2,5% ke posisi 39.593,66.

Saham-saham teknologi besar menjadi penekan utama, dengan Apple dan Tesla masing-masing terkoreksi 4,2% dan 7,3%. Nvidia merosot hampir 6%, dan saham Meta Platforms juga ikut turun. 

Sentimen negatif meningkat setelah Gedung Putih menyampaikan kepada CNBC bahwa total tarif terhadap Cina bisa mencapai 145%. Angka itu termasuk tarif 125% untuk barang baru di luar bea masuk 20% yang dikenakan sebelumnya sebagai bagian dari respons terhadap krisis fentanil.

Trump mengatakan pada Kamis (10/4) sore hari bahwa dirinya tidak mengesampingkan perpanjangan jeda tarif. “Kita harus melihat apa yang terjadi pada saat itu,” kata Trump dalam sebuah rapat Kabinet.

Tarif perdagangan yang berlaku kini meliputi bea masuk sebesar 145% untuk seluruh barang asal Cina. Trump juga mengenakan tarif 25% pada aluminium, kendaraan, dan produk tertentu dari Kanada dan Meksiko yang tidak termasuk dalam Perjanjian Amerika Serikat-Meksiko-Kanada (USMCA), serta pungutan 10% untuk hampir semua barang impor lainnya.

Anjloknya pasar pada Kamis menghapus sebagian dari keuntungan spektakuler yang terjadi sehari sebelumnya. Indeks S&P 500 sebelumnya melonjak lebih dari 9%, menandai kenaikan harian terbesar ketiganya sejak era Perang Dunia II. 

Dow Jones juga mencatatkan lompatan persentase terbesar sejak Maret 2020. Sementara Nasdaq membukukan kenaikan harian tertingginya sejak Januari 2001 sekaligus menjadi hari terbaik kedua dalam sejarah indeks tersebut.

“Para investor telah sadar,” kata Melissa Brown, Direktur Pelaksana Riset Terapan SimCorp, dikutip CNBC, Jumat (11/4). 

Brown menyebut, ketidakpastian menjadi tantangan utama karena angka tarif 145% bisa berubah sewaktu-waktu. Menurutnya, sulit untuk menentukan titik terendah atau tertinggi pasar saat ini karena narasi dan persepsi investor terus bergeser.

Ia juga menilai lonjakan pasar baru-baru ini dipicu oleh pengumuman Presiden Trump mengenai penurunan sementara tarif impor menjadi 10% selama 90 hari untuk sebagian besar negara. Namun, Kanada dan Meksiko tidak akan dikenakan tambahan bea masuk tersebut. Sebagai tanggapan, Uni Eropa juga mengumumkan penangguhan serupa terhadap tarif untuk barang-barang asal AS.

Meskipun penangguhan ini sempat memicu optimisme, Morgan Stanley, menilai banyak pelaku pasar melihat risiko masih tinggi. Kenaikan tajam tarif terhadap Cina tetap membuat total tarif efektif berada pada level tertinggi sepanjang sejarah. 

"Penundaan ini memang memberikan sedikit ruang bernapas, tetapi tidak menghilangkan ketidakpastian yang ada," tulis Michael Gapen, Kepala Ekonom AS di Morgan Stanley, dalam sebuah catatan pada hari Kamis.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan