Investor Harap Waspada, Analis Curiga Perdamaian Dagang AS-Cina Cuma Tipu-tipu


Pasar saham Wall Street di Amerika Serikat melonjak pada perdagangan Senin (12/5), didorong oleh kabar positif dari gencatan dagang antara Amerika Serikat dan Cina. Namun, para analis memperingatkan bahwa sentimen positif ini mungkin hanya bersifat jangka pendek.
Euforia di pasar saham AS maupun global terjadi usai kedua negara mengumumkan kesepakatan dagang sementara, yang mencakup penghentian sementara pemberlakuan tarif selama 90 hari.
Meski pasar keuangan global menyambut positif kesepakatan tarif sementara antara Amerika Serikat dan Cina, sejumlah analis memperingatkan ketidakpastian atas hasil akhir perjanjian masih akan menjadi kekhawatiran. Hal itu akan mengancam perlambatan ekonomi dan potensi resesi di AS.
Analis dari Macquarie menggambarkan kesepakatan AS dan Cina sebagai "langkah taktis", bukan pedamaian jangka panjang. Mereka menyoroti bahwa banyak tarif era pemerintahan Trump masih tetap diberlakukan, termasuk bea masuk 20% untuk produk fentanyl dari AS dan tarif balasan 4% dari Cina.
Macquarie menilai, AS belum mengubah posisinya dalam membendung kebangkitan Cina, baik secara ekonomi, politik, maupun militer. Mereka juga meragukan keberlanjutan hubungan tersebut dan menilai kepercayaan terhadap AS sebagai mitra kredibel belum pulih.
“Banyak negara kemungkinan besar akan terus mendiversifikasi risiko akibat ketergantungan terhadap AS,” ujar analis Macquarie dikutip dari riset Kiwoom Sekuritas, Selasa (13/5).
Sementara itu, analis dari Citi juga menyuarakan keraguan serupa. Mereka menilai bahwa kompromi saat ini belum tentu mendapat dukungan penuh dari basis politik pendukung Donald Trump. Pengalaman dari perang dagang jilid pertama pada 2018–2019 menunjukkan jeda 90 hari kala itu berakhir tanpa hasil yang signifikan.
Tim riset Kiwoom Sekuritas menilai, lonjakan pasar global mencerminkan sentimen positif dari investor yang merespons gencatan dagang antara Amerika Serikat dan Cina. Menurut risetnya, menguatnya indeks saham global MSCI sebesar 2% menjadi sinyal pasar mulai pulih, bahkan telah kembali ke level akhir Maret, setelah sempat tertekan akibat lonjakan tarif pada awal April lalu.
Di tengah sentimen positif tersebut, Goldman Sachs juga merevisi ke atas proyeksi pertumbuhan ekonomi AS untuk kuartal keempat 2025 dari sebelumnya 0,5% secara tahunan menjadi 1%. Bank investasi asal AS ini juga memangkas proyeksi resesi dalam 12 bulan ke depan menjadi 35%.
Meski begitu, para analis memberikan catatan bahwa optimisme ini bergantung pada keberlanjutan proses negosiasi dan stabilitas kebijakan Trump. Gencatan tarif dinilai dapat meredam ketegangan perdagangan dan dampak dari perang dagang menjadi lebih terkendali dan terukur.
“Sejatinya kepercayaan pasar terhadap Trump dan stabilitas kebijakan ekonomi masih rapuh,” tulis tim riset Kiwoom Sekuritas, Selasa (13/5).
Adapun indeks Dow Jones melonjak 1.160 poin atau setara 2,8%, sedangkan S&P 500 menguat 3,3%, dan Nasdaq mencatat kenaikan tertinggi sebesar 4,4%. Saham-saham teknologi seperti Apple, Amazon, dan Alphabet menjadi pendorong utama Wall Street.
Amerika Serikat sebelumnya setuju untuk menurunkan tarif impor dari 145% menjadi 30%, sedangkan China memangkas bea masuk barang-barang AS dari 125% menjadi 10%. Kedua pihak menegaskan mereka tidak menginginkan pemisahan ekonomi secara total (decoupling) dan sepakat untuk melanjutkan pembicaraan teknis dalam waktu dekat.