Wall Street Naik di Tengah Ancaman Tarif Baja Trump

Karunia Putri
3 Juni 2025, 06:16
Ilustrasi - Bursa Wall Street. ANTARA/Reuters/Mike Segar
Antara
Ilustrasi - Bursa Wall Street. ANTARA/Reuters/Mike Segar
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Bursa saham Amerika Serikat, Wall Street ditutup naik pada perdagangan Senin (2/6) waktu setempat di tengah optimisme investor terhadap prospek negosiasi perdagangan antara Amerika Serikat dan sejumlah mitra dagangnya. Kenaikan ini terjadi meskipun Presiden AS Donald Trump kembali melontarkan ancaman kenaikan tarif impor baja dan aluminium.

Indeks Dow Jones naik 35,41 poin atau 0,08% ke posisi 42.305,48. S&P 500 naik 24,25 poin atau 0,41% ke level 5.935,94, dan Nasdaq Composite naik 128,85 poin atau 0,67% ke posisi 19.242,61. S&P 500 sendiri mencatat kenaikan bulanan terbesar sejak November 2023.

Trump pada Jumat malam mengumuman rencana untuk menggandakan tarif impor baja dan aluminium dari 25% menjadi 50%, mulai Rabu pekan ini. Keputusan itu disampaikan hanya beberapa jam setelah ia menuduh Cina melanggar kesepakatan dalam pembicaraan perdagangan yang berlangsung di Jenewa.

Menanggapi tuduhan tersebut, pemerintah Cina menyatakan bahwa klaim Trump tidak berdasar. Cina juga menegaskan akan mengambil langkah tegas untuk melindungi kepentingannya.

Pemerintahan Trump saat ini mendorong agar negara-negara mitra dagang menyampaikan penawaran terbaik dalam negosiasi perdagangan paling lambat Rabu (4/6). Upaya ini dilakukan untuk mempercepat kesepakatan sebelum tenggat waktu yang ditetapkan dalam lima pekan ke depan.

"Pelaku pasar menafsirkan ancaman tarif terbaru dan retorika keras terhadap Cina, Uni Eropa, serta industri baja sebagai langkah untuk mempercepat negosiasi menuju kesepakatan final," kata Managing Partner di Harris Financial Group Jamie Cox dikutip Reuters, Selasa (3/6).

Saham-saham emiten baja mencatatkan kenaikan signifikan. Saham Cleveland-Cliffs melonjak 23%, sedangkan saham produsen baja lain seperti Nucor dan Steel Dynamics juga ikut menguat. Sebaliknya, saham sektor otomotif mengalami tekanan. Saham Ford dan General Motors turun masing-masing 3,9%.

Kebijakan tarif baru dinilai berisiko memperdalam tensi perang dagang global, yang sempat mereda bulan lalu setelah AS menunjukkan sikap yang lebih lunak terhadap mitra dagangnya. Pada Mei, pelonggaran tarif terhadap Cina dan pencabutan ancaman tarif tinggi terhadap Uni Eropa mendorong penguatan aset berisiko dan membuat indeks S&P 500 mencatat kinerja bulanan terbaik dalam 18 bulan terakhir.

Saham energi AS juga menguat setelah kelompok produsen OPEC+ memutuskan untuk mempertahankan target produksi Juli pada level yang sama seperti dua bulan sebelumnya. Di sektor teknologi, saham Nvidia naik 1,7% dan Meta menguat 3,6%. Sementara itu, Tesla terkoreksi 1,1% usai melaporkan penurunan penjualan bulanan di Portugal, Denmark dan Swedia.

Sejumlah data juga mempengaruhi pergerakan saham di Wall Street. Survei Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan bahwa sektor manufaktur AS mengalami kontraksi selama tiga bulan berturut-turut hingga Mei. Selain itu, pemasok mengalami keterlambatan pengiriman akibat tekanan tarif, yang berpotensi menimbulkan kekurangan pasokan barang tertentu.

Presiden Bank Sentral Federal Dallas Lorie Logan menyatakan, The Fed kemungkinan masih akan mencermati perkembangan data ekonomi sebelum menentukan arah kebijakan suku bunga selanjutnya. Kondisi pasar tenaga kerja saat ini relatif stabil dengan inflasi sedikit di atas target.

Menurut data LSEG, pelaku pasar saat ini memperkirakan setidaknya dua kali pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin hingga akhir tahun ini.

Investor juga tengah menantikan laporan ketenagakerjaan nonpertanian yang akan dirilis Jumat mendatang. Data ini akan memberikan gambaran terbaru tentang kekuatan pasar tenaga kerja AS di tengah ketidakpastian tarif.

Volume perdagangan saham di bursa AS tercatat sebesar 15,67 miliar lembar, di bawah rata-rata harian 17,8 miliar dalam 20 hari perdagangan terakhir. Di Bursa New York (NYSE), jumlah saham yang menguat melampaui yang melemah dengan rasio 1,06:1, sementara di Nasdaq rasio tercatat 1,11:1.

S&P 500 mencatat 22 saham menyentuh level tertinggi baru dalam 52 minggu terakhir dan empat saham menyentuh level terendah baru. Di Nasdaq, terdapat 84 saham yang mencapai level tertinggi baru dan 80 saham menyentuh titik terendah.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan