Banyak yang Ragu Pertumbuhan Ekonomi 5,12%, Apakah Terlihat di Kinerja Bank?

Agustiyanti
6 Agustus 2025, 18:29
bank, pertumbuhan ekonomi, kinerja bank besar
ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc.
Ilustrasi. Ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 tumbuh cukup kuat mencapai 5,12% secara tahunan. Namun, capaian ini banyak diragukan oleh ekonom.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Badan Pusat Statistik mencatat ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 tumbuh cukup kuat mencapai 5,12% secara tahunan. Namun, capaian ini banyak diragukan oleh ekonom. Kinerja perbankan yang biasanya searah dengan kondisi ekonomi pun ternyata tak sebaik itu. 

Berdasarkan data yang dihimpun Katadata.co.id, dua bank terbesar di Indonesia yang sudah menyapaikan laporan keuangan,  mencatatkan penurunan laba bersih. Sedangkan sebagian besar bank raksasa lainnya yang masih mencatatkan kenaikan laba mengalami perlambatan.

Kinerja Bank-Bank Besar

Penurunan laba bersih pada semester I 2025, antara lain terjadi pada bank-bank milik pemerintah. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencatatkan laba bersih turun 11,53% menjadi Rp 26,67 triliun. Kinerja laba BRI turun seiring beban pencadangan atau impairment yang meningkat dari Rp 18,5 triliun menjadi Rp 23,3 triliun.  Bank biasanya menambah beban pencadangan seiring dengan meningkatnya risiko kredit bermasalah. 

Bank yang memiliki puluhan juta nasabah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ini masih mencatatkan penyaluran kredit tumbuh 5,97% mencapai Rp 1.415,6 triliun. Namun, pertumbuhan kredit ini melambat dibandingkan semester I 2024 yang mencapai 11,2% secara tahunan. 

Penurunan laba bersih juga dicatatkan oleh PT Bank Negara Indonesia Tbk sebesar 5,6% menjadi Rp 10 triliun. Kinerja laba ini turun meski BNI mencatatkan kredit tumbuh 7,1% menjadi Rp 778,7 triliun. 

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, BNI masih mencatatkan, pendapatan bunga BNI terpantau naik 4,5% menjadi Rp 33,61 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp 32,17 triliun. Namun, beban bunga naik dari Rp 13,01 triliun menjadi Rp 14,01 triliun. 

Pendapatan bunga bersih pun naik dari Rp 19 triliun dari Rp 19,5 triliun. Adapun pendapatan asuransi yang sebelumnya tercantum sebagai pendapatan premi bersih tercatat turun dari Rp 786 miliar pada semester I 2025 menjadi Rp 343 miliar. 

Di sisi lain, beban operasional bersih perusahaan juga naik dari Rp 6,9 triliun menjadi Rp 7,5 triliun. Ini, antara lain dipengaruhi oleh beban pencadangan yang meningkat dari Rp 3,38 triliun menjadi Rp 3,7 triliun dan anjloknya keuntungan transaksi derivatif dan spot dari Rp 1,3 triliun menjadi Rp 591 miliar.

Sedangkan nasib PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN)  lebih mujur. Laba BBTN pada semester I 2025 tumbuh 3,31% menjadi Rp 1,19 triliun. 

Bagaimana dengan bank besar lainnya?

Mayoritas bank-bank besar swasta yang termasuk dalam 10 bank beraset terbesar di Indonesia mencatatkan pertumbuhan laba pada semester pertama tahun ini. Laba PT Bank Central Asia Tbk naik 8% menjadi Rp 29 triliun. Namun, pertumbuhan laba ini sedikit melambat dibandingkan semester I 2024 yang mencapai 11%. 

Kinerja laba BCA, antara lain ditopang oleh penyaluran kredit  yang tumbuh 12,9% menjadi Rp 959 triliun per Juni 2025.

Pertumbuhan laba bersih PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) juga melambat hanya mencapai 1,47% secara tahunan menjadi Rp 3,45 triliun. Pada semester I 2024, CIMB Niaga masih mencatatkan pertumbuhan laba lebih dari 5%. Adapun penyaluran kredit bank ini naik 6,8% secara tahunan menjadi Rp231,8 triliun.

Perlambatan pertumbuhan laba juga dicatatkan Bank OCBC NISP Tbk yang naik 7% menjadi Rp 2,57 triliun dan laba Bank Permata yang tumbuh 7,56% menjadi Rp 1,64 triliun.  Pada semester I 2024, laba Bank OCBC melesat 16%, sedangkan Bank Permata naik 8,7%.

Sementara itu, laba Bank Danamon yang sempat terkoreksi 3,87% pada semester I 2024, melesat pada paruh pertama tahun ini sebesar 12% mencapai Rp 1,64 triliun. 

Ketiga bank tersebut mencatatkan pertumbuhan kredit satu digit. Penyaluran kredit Bank Permata tumbuh 7,4% secara tahunan menjadi  Rp 162,6 triliun, kredit Bank Danamon tumbuh 6% menjadi  Rp 195,7 triliun, sedangkan kredit Bank OCBC hanya tumbuh 2% menjadi Rp 166,34 triliun.

Ekonom Ragukan Data Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II

Sejumlah ekonom menilai lonjakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua tahun ini terkesan tidak realistis. Kepala Ekonom BCA David Sumual mengakui angka pertumbuhan investasi melonjak cukup tinggi. 

“Ekspektasi saya ada akselerasi di investasi, tapi tidak setajam kenaikan yang diumumkan BPS,” kata David kepada Katadata.co.id, Rabu (6/8).

Ia juga menyoroti lemahnya konsumsi masyarakat yang tercermin dari penerimaan pajak pertambahan nilai atau PPN. Data Kementerian Keuangan mencatat, penerimaan PPN dan PPnBM pada semester I 2025 hanya mencapai Rp 267,3 triliun atau 28,3% dari target APBN 2025, dan terkontraksi 19,7%.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal turut mempertanyakan pertumbuhan investasi sebesar 6,99% di kuartal II, padahal kuartal sebelumnya hanya 2,12%.

“Jauh sekali dibanding kuartal I 2025 yang tidak sampai 3%. Tadinya kami perkirakan kuartal II hanya sedikit di atas 3%, tapi kalau sampai 7% memang tinggi sekali,” ujar Faisal.

Menurut Faisal, nilai investasi itu setara dengan kondisi prapandemi Covid-19 sehingga catatan BPS tersebut dinilainya di luar dugaan.

Ekonom senior Indef, Tauhid Ahmad, turut mempertanyakan perhitungan komponen PMTB yang dinilai terlalu tinggi. “PMTB itu naik drastis menjadi 7%. PMTB ini kan pembelian belanja barang, mesin-mesin peralatan dan sebagainya begitu,” kata Tauhid. 

Menurut Tauhid, kredit investasi dalam negeri saat ini tengah mengalami perlambatan. Kondisi tersebut terlihat dari investasi, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta kredit investasi yang sedang bermasalah.

Ia menambahkan, PMTB biasanya meningkat pada kuartal III atau IV seiring maraknya pembangunan gedung dan konstruksi. “Nah, kenapa di triwulan II bisa naik tinggi? Itu yang menjadi pertanyaan,” ujar Tauhid.

Namun, keraguan ini dibantah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. “Mana ada (permainan data),” kata  Airlangga di Gedung Kemenko Perekonomian, Selasa (5/8) malam.

Airlangga menjelaskan, pertumbuhan ekonomi didukung oleh sejumlah indikator positif. Menurut Airlangga, semua data tersebut merepresentasikan pertumbuhan ekonomi yang ada saat ini. 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...