Harga Saham BBCA Terdiskon Hampir 20% Meski Kinerja Solid, Waktunya Beli?
Harga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) turun 1,6% kembali ke level di bawah 8.000 pada perdagangan hari ini, Selasa (16/9). Namun, analis melihat harga saham BBCA berpotensi kembali bangkit atau rebound, bahkan berpeluang menembus Rp 10.000.
Harga saham BBCA telah turun hampir 20% sejak awal tahun ini. Pada perdagangan kemarin, harga sahamnya sempat kembali di level 8.000. Namun, kembali turun pada perdagangan hari ini.
Bagaimana sebenarnya prospek bank swasta terbesar di Indonesia ini?
Analis perbankan KB Valbury Sekuritas Akhmad Nurcahyadi dalam risetnya menyebut, BBCA memiliki ketahanan di tengah probabilitas perlambatan kredit dan biaya atas kredit atau pencadangan.
"Bank ini secara proaktif memperkuat neracanya melalui tambahan pencadangan, sebuah langkah yang bijak dan kami yakini dapat mengurangi risiko." ujarnya seperti dikutip dari keterangan pada Selasa (16/9).
Ia pun menilai BBCA tak akan mengalami lonjakan kredit macet (Non-Performing Loan/NPL) seiring dengan rekam jejak perusahaan menjaga kualitas kredit. Bisnis perbankan transaksional yang solid dan ekosistem yang kuat juga membantu menjaga biaya dana (Cost of Funds/COF) perusahaan tetap terkendali.
Analis Samuel Sekuritas Prasetya Gunadi dan Brandon Boedhiman juga merespons positif kinerja semester I BBCA. Dalam riset mereka, BBCA dinilai memiliki pedoman kinerja yang moderat dari sisi target pertumbuhan kredit 7-8% untuk tahun ini. Namun dengan melihat kinerja sepanjang Semester I, keduanya optimistis pedoman tersebut dapat terlampaui.
Aspek lain yang juga diperhatikan oleh analis Samuel Sekuritas adalah peningkatan NIM sebesar 10 bps secara tahunan menjadi 5,8%. Hal ini sesuai dengan target BBCA sepanjang tahun sebesar 5,7–5,8% dan didukunng tingginya rasio dana murah perusahaan.
"Pertumbuhan CASA sebesar 7,3% secara tahunan menunjukkan kekuatan yang berkelanjutan dalam bisnis perbankan transaksi dan ekosistem digital bank tersebut. Bank merevisi panduan biaya kredit (CoC) menjadi 30–50bps (sebelumnya 30bps), menunjukkan sikap kehati-hatian yang berkelanjutan." demikian tertulis laporan riset tersebut.
Baik KB Valbury maupun Samuel Sekuritas memberikan rekomendasi beli saham BBCA. Akhmad Nurcahyadi menyematkan target harga saham BBCA di Rp 11.080/saham atau setara 4,8x PBV untuk 2025 sedangkan Prasetya Gunadi dan Brandon Boedhiman menyematkan target harga saham BBCA di Rp 10.000/saham atau setara 4,2x PBV.
BCA pada pekan lalu menggelar Public Expose (Pubex). Manajemen menjelaskan kondisi keuangan bank kuat didukung dengan pertumbuhan dana murah dan likuiditas yang ample.
Bank swasta terbesar di Indonesia memiliki porsi dana murah terbesar di antara bank-bank raksasa lainnya. Porsi dana murah atau CASA BBCA bahkan menembus 82,5% pada Juni 2025 dengan total dana mencapai Rp 982,1 triliun. Adapun total Dana Pihak Ketiga (DPK) BBCA tembus Rp 1.189,8 triliun dan masih mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,7% yoy.
Meski DPK BCA hanya tumbuh satu digit, perusahaan mampu menyalurkan kredit dalam mode ekspansif. Per Juni 2025, penyaluran kredit BBCA tembus Rp 959 triliun, tumbuh 12,9% secara tahunan
Ruang likuiditas BBCA yang ample meski kondisi industri perbankan nasional dihadapkan dengan tantangan likuiditas yang ketat, dibuktikan dengan rasio kredit terhadap DPK (Loan to Deposit/LDR) yang berada di 78%, masih di bawah industri yang berada di kisaran 90%.
