Langkah Taktis Emiten Grup Bakrie ENRG Pacu Pertumbuhan Lewat Akuisisi Aset Baru
Emiten energi milik Grup Bakrie, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) atau EMP terus memperkuat portofolio bisnisnya melalui sederet aksi korporasi di sektor minyak dan gas (migas). Perseroan menyatakan tengah membidik akuisisi aset baru, sebagai bagian dari strategi pertumbuhan anorganik.
ENRG dalam beberapa tahun terakhir aktif mengakuisisi sejumlah aset baru sekaligus menambah kepemilikan pada aset yang sudah berproduksi.
Direktur Utama ENRG Syailendra S. Bakrie mengatakan, perseroan telah rampung mengakuisisi dua aset minyak di Blok Siak dan Blok Kampar, Riau pada tahun lalu. Kedua aset itu kini menjadi tulang punggung untuk memproduksi minyak ENRG tahun ini.
“Ke depannya, kami akan terus melanjutkan upaya eksplorasi sepanjang semester kedua tahun 2025 untuk mengejar penemuan-penemuan baru, sekaligus menjalankan program pengembangan yang bertujuan menjaga dan meningkatkan produksi EMP,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (25/10).
Selain di Riau, EMP juga mempertebal kepemilikan di Blok Sengkang, Sulawesi Selatan dengan meningkatkan porsi saham dari 49% menjadi 100%. Menurut Syailendra, langkah ini membantu menjaga stabilitas produksi gas perseroan secara keseluruhan.
“Hal ini dilakukan guna menambah jumlah produksi maupun cadangan migas perusahaan,” kata dia.
Hingga saat ini, EMP telah mengoperasikan 13 aset migas dengan cadangan terbukti dan terukur serta sumber daya migas (contingent resource) mencapai 434 juta barel ekuivalen, dengan rata-rata umur produksi 26 tahun.
Adapun dalam lima tahun terakhir, perseroan telah melakukan 18 kegiatan eksplorasi sumur, dan menemukan 11 prospek migas baru dari hasil eksplorasi tersebut. EMP juga mencatat Reserve Replacement Ratio (RRR) sebesar 2,1 kali. Menurutnya, aksi tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan menggantikan cadangan migas yang diproduksi dengan penemuan baru.
Dari sisi Environment, Social, and Governance (ESG), EMP meraih sejumlah pencapaian. Tahun ini, perseroan memperoleh peringkat MEDIUM dari lembaga penilai independen Morningstar Sustainalytics, dan peringkat GOOD dari Dun & Bradstreet. Selain itu, EMP juga mendapatkan sertifikasi ISO 14001 untuk sistem manajemen lingkungan di lima aset migasnya yang berproduksi di Riau, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan (Bentu, Korinci Baru, Malacca Strait, Kangean dan Sengkang).
Ke depan, perseroan menargetkan pertumbuhan produksi 10–15% secara tahunan atau year on year . Tak hanya itu, perseroan juga akan menurunkan biaya produksi guna meningkatkan efisiensi operasional. EMP juga berkomitmen menyelesaikan target pengeboran eksplorasi tahun berjalan untuk menjaga rasio cadangan, serta terus mencari peluang akuisisi aset baru guna memperkuat pertumbuhan anorganik.
Kinerja ENRG Semester Pertama 2025: Laba Naik 6,53%
Apabila menilik kinerja keuangannya, ENRG membukukan laba bersih sebesar US$ 35,7 juta atau sekitar Rp 588,03 miliar (dengan kurs 16.460 per dolar AS) sepanjang semester pertama 2025. Capaian itu naik 6,53% yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar US$ 33,53 juta.
Wakil Direktur Utama sekaligus Chief Financial Officer (CFO) Energi Mega Persada, Edoardus Ardianto, menjelaskan kenaikan laba itu didorong oleh kenaikan rata-rata produksi minyak sebesar 9% dibandingkan tahun lalu. Selain itu, harga jual gas juga naik 8% menjadi US$ 6,82 per ribu kaki kubik.
Berdasarkan laporan keuangan, ENRG mencatat penjualan bersih senilai US$ 239,11 juta pada semester pertama 2025, tumbuh 18,43% dari US$ 201,89 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, beban pokok penjualan meningkat menjadi US$ 154,6 juta dari sebelumnya US$ 137,26 juta.
Dari sisi neraca, total liabilitas perseroan tercatat sebesar US$ 926,48 juta, terdiri atas liabilitas jangka pendek senilai US$ 452,15 juta dan liabilitas jangka panjang sebesar US$ 474,32 juta. Adapun total aset mencapai US$1,61 miliar, dengan rincian aset lancar US$ 261,38 juta dan aset tidak lancar US$ 1,35 miliar. Hingga akhir Juni 2025, ENRG memiliki ekuitas neto sebesar US$ 692,67 juta.
