Menilik Kinerja Saham MSCI Jelang Rebalancing: TLKM–ASII Solid, BRPT Naik 275%

Nur Hana Putri Nabila
3 November 2025, 07:28
MSCISaham
Pexels
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Menjelang rebalancing MSCI Indonesia Index pada November 2025, pergerakan saham-saham berkapitalisasi besar berfluktuasi. MSCI akan merilis hasil tinjauan berkala indeks global pada 5 November mendatang dan mulai berlaku secara efektif pada 25 November 2025.

Indeks MSCI adalah indeks yang dirancang oleh Morgan Stanley Capital International untuk mencerminkan pergerakan harga saham dalam berbagai kategori, termasuk emiten di negara maju dan berkembang. Adapun MSCI merupakan perusahaan investasi global yang telah berkiprah lebih dari 50 tahun riset, data, dan teknologi yang mendukung investasi. 

Berdasarkan data Index Factsheet, MSCI Indonesia Index (USD) per 30 September 2025, indeks MSCI Indonesia tercatat memiliki 18 konstituen dengan total kapitalisasi pasar mencapai US$ 109,14 miliar per 30 September 2025. 

Dari seluruh konstituen, saham dengan kapitalisasi pasar terbesar mencapai US$ 25,38 miliar, sementara yang terkecil senilai US$ 1,26 miliar. Adapun rata-rata kapitalisasi pasar tercatat sebesar US$ 6,06 miliar, dengan nilai median di kisaran US$ 3,84 miliar.

Karakteristik Indeks MSCI Indonesia per 30 September 2025

 
KeteranganNilai (USD Juta)
Jumlah Konstituen18
Total Kapitalisasi Pasar109.139,06
Kapitalisasi Terbesar25.381,79
Kapitalisasi Terkecil1.269,71
Rata-rata Kapitalisasi6.063,28
Median Kapitalisasi3.840,32

Sumber: Index Factsheet, MSCI Indonesia Index (USD) 30 September 2025

Dari jumlah tersebut, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi konstituen terbesar dengan kapitalisasi pasar tersesuaikan (float adjusted market cap) US$ 25,38 miliar atau memiliki bobot 23,26% terhadap indeks. Di posisi kedua dan ketiga terdapat PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), masing-masing dengan bobot 14,62% dan 9,03%. 

Top 10 Konstituen MSCI Indonesia per 30 September 2025

NoEmitenFloat Adj Mkt Cap (US$ miliar)Bobot Indeks (%)Sektor
1PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)25,3823,26Financials
2PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)15,9614,62Financials
3PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)9,869,03Financials
4PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM)9,098,33Comm Services
5PT Astra International Tbk (ASII)7,016,43Industrials
6PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA)6,385,85Energy
7PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN)6,295,76Materials
8PT Barito Pacific Tbk (BRPT)5,274,83Materials
9PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA)4,013,67Materials
10PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI)3,673,36Financials
Total92,9385,15

Sumber: Index Factsheet, MSCI Indonesia Index (USD) 30 September 2025

Adapun sektor keuangan (financials) mendominasi komposisi MSCI Indonesia Index per September 2025 dengan porsi mencapai 50,28% dari total bobot indeks. Posisi kedua diikuti oleh sektor materials dengan kontribusi 14,27%, lalu sektor energi sebesar 10,05%. 

NoSektorBobot (%)
1Financials50,28
2Materials14,27
3Energy10,05
4Communication Services8,33
5Consumer Staples6,83
6Industrials6,43
7Consumer Discretionary2,65
8Health Care1,16

Sumber: Index Factsheet, MSCI Indonesia Index (USD) 30 September 2025

Lalu bagaimana kinerja sahamnya?

Kinerja saham dalam Indeks MSCI Indonesia

Kinerja saham-saham emiten yang tergabung dalam indeks MSCI Indonesia menunjukkan pergerakan campuran pada perdagangan pekan terakhir Oktober 2025. Sejumlah saham perbankan masih mencatatkan penguatan, sementara sektor komoditas dan industri mengalami tekanan.

Dari data per 31 Oktober 2025, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi salah satu penopang indeks dengan kenaikan mingguan 3,74%, diikuti oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang naik 3,38%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan kenaikan 3,29%. Meski begitu, secara year to date (YtD), ketiganya masih berada di zona negatif  dengan BBCA turun 11,89%, BBRI terkoreksi 2,45%, dan BMRI anjlok 17,19%.

Sementara itu, saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Astra International Tbk (ASII) justru melemah dalam sepekan terakhir, masing-masing -2,43% dan -6,46%. Namun, keduanya mencatatkan kinerja tahunan yang masih solid. TLKM naik 18,45% secara YtD, sedangkan ASII melesat 25,51% hingga akhir Oktober.

Dari kelompok komoditas dan energi, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) mencatat penurunan tajam 16,98% dalam sepekan. Namun secara YtD, saham ini masih menjadi salah satu top performer dengan lonjakan 128,58% ke level Rp 84.575 per saham.

Adapun PT Barito Pacific Tbk (BRPT) juga mencuri perhatian setelah naik 275% sepanjang tahun berjalan, meskipun terkoreksi 5,22% dalam sepekan terakhir ke Rp 3.450 per saham. Sebaliknya, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) masih bergerak melemah baik secara mingguan maupun tahunan. AMMN turun 7,49% dalam sepekan dan 16,22% secara YtD, sementara TPIA terkoreksi 4,47% dalam sepekan dan 7,33% sepanjang tahun.

Dari kelompok perbankan besar lainnya, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menunjukkan performa stabil, naik tipis 0,23% dalam sepekan dan 0,69% secara YtD, dengan harga saham di level Rp 4.380 per saham.

No. EmitenKinerja Saham Seminggu TerakhirKinerja Year to Date (Ytd)Harga Saham per 31/10/2025
1PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)3,29%-11,89%Rp       8.525
2PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)3,38%-2,45%Rp       3.980
3PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)3,74%-17,19%Rp       4.720
4PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM)-2,43%18,45%Rp       3.210
5PT Astra International Tbk (ASII)-6,46%25,51%Rp       6.150
6PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA)-16,98%128,58%Rp      84.575
7PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN)-7,49%-16,22%Rp       7.100
8PT Barito Pacific Tbk (BRPT)-5,22%275%Rp       3.450
9PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA)-4,47%-7,33%Rp       6.950
10PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI)0,23%0,69%Rp       4.380

Sumber: Data diolah oleh penulis Katadata.co.id 

Ramalan Rebalancing MSCI November

PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) meramal emiten milik konglomerat Prajogo Pangestu, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) akan kembali masuk indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) periode November.

Retail Equity Analyst IPOT, Indri Liftiany Travelin Yunus menilai, emiten tambang ini berpeluang kuat untuk masuk konstituen MSCI karena free float telah berada di atas 15%. Salah satu syarat masuknya suatu saham ke dalam indeks MSCI adalah minimal 15% saham harus dimiliki publik dan aktif diperdagangkan.  

 “Kami menilai bahwa CUAN memiliki potensi yang cukup besar untuk bisa terpilih masuk ke dalam indeks MSCI mengingat CUAN memiliki free float diatas 15%,” kata Indri kepada Katadata Rabu (8/9). 

 Menurut analisa Indri, bisnis CUAN kini mulai terdiversifikasi ke tambang emas dan silika, serta integrasi vertikal. “Ini dapat mendukung pertumbuhan berkelanjutan,” katanya. 

Sementara itu, analis Samuel Sekuritas Indonesia, Prasetya Gunadi dan Brandon Boedhiman, menilai ada dua saham yang berpotensi besar masuk ke dalam indeks MSCI Indonesia, yaitu PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS). 

Menurut keduanya, BREN memiliki peluang tertinggi untuk masuk ke indeks MSCI setelah manajemen berupaya meningkatkan porsi free float. Free float adjusted market capitalization (FFMC) perusahaan telah mencapai US$ 3,5 miliar, di atas batas minimum US$ 3,1 miliar Rata-rata nilai transaksi harian (ADTV) dalam 12 bulan juga mencapai US$ 12,9 juta, jauh melampaui ambang minimal US$ 2,5 juta.

Selain itu, rasio annualized traded value ratio (ATVR) BREN juga telah melampaui batas 15% yang disyaratkan MSCI. Adapun untuk BRMS, potensi reli harga di atas Rp 800 per saham dinilai dapat memenuhi syarat untuk naik kelas dari Indeks Small Cap ke MSCI Global Standard Index. 

Saat ini, BRMS telah menguat hingga le level Rp 950 dengan ADTV 12 bulan sebesar US$ 22,1 juta. Sebaliknya, mereka menilai emiten PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) berisiko dikeluarkan dari Indeks MSCI Global Standard, lantaran nilai FFMC-nya turun di bawah US$ 1,2 miliar per 7 Oktober 2025.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...