Menilik Kinerja Saham MSCI Jelang Rebalancing: TLKM–ASII Solid, BRPT Naik 275%
Menjelang rebalancing MSCI Indonesia Index pada November 2025, pergerakan saham-saham berkapitalisasi besar berfluktuasi. MSCI akan merilis hasil tinjauan berkala indeks global pada 5 November mendatang dan mulai berlaku secara efektif pada 25 November 2025.
Indeks MSCI adalah indeks yang dirancang oleh Morgan Stanley Capital International untuk mencerminkan pergerakan harga saham dalam berbagai kategori, termasuk emiten di negara maju dan berkembang. Adapun MSCI merupakan perusahaan investasi global yang telah berkiprah lebih dari 50 tahun riset, data, dan teknologi yang mendukung investasi.
Berdasarkan data Index Factsheet, MSCI Indonesia Index (USD) per 30 September 2025, indeks MSCI Indonesia tercatat memiliki 18 konstituen dengan total kapitalisasi pasar mencapai US$ 109,14 miliar per 30 September 2025.
Dari seluruh konstituen, saham dengan kapitalisasi pasar terbesar mencapai US$ 25,38 miliar, sementara yang terkecil senilai US$ 1,26 miliar. Adapun rata-rata kapitalisasi pasar tercatat sebesar US$ 6,06 miliar, dengan nilai median di kisaran US$ 3,84 miliar.
Karakteristik Indeks MSCI Indonesia per 30 September 2025
| Keterangan | Nilai (USD Juta) |
| Jumlah Konstituen | 18 |
| Total Kapitalisasi Pasar | 109.139,06 |
| Kapitalisasi Terbesar | 25.381,79 |
| Kapitalisasi Terkecil | 1.269,71 |
| Rata-rata Kapitalisasi | 6.063,28 |
| Median Kapitalisasi | 3.840,32 |
Sumber: Index Factsheet, MSCI Indonesia Index (USD) 30 September 2025
Dari jumlah tersebut, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi konstituen terbesar dengan kapitalisasi pasar tersesuaikan (float adjusted market cap) US$ 25,38 miliar atau memiliki bobot 23,26% terhadap indeks. Di posisi kedua dan ketiga terdapat PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), masing-masing dengan bobot 14,62% dan 9,03%.
Top 10 Konstituen MSCI Indonesia per 30 September 2025
| No | Emiten | Float Adj Mkt Cap (US$ miliar) | Bobot Indeks (%) | Sektor |
| 1 | PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) | 25,38 | 23,26 | Financials |
| 2 | PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) | 15,96 | 14,62 | Financials |
| 3 | PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) | 9,86 | 9,03 | Financials |
| 4 | PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) | 9,09 | 8,33 | Comm Services |
| 5 | PT Astra International Tbk (ASII) | 7,01 | 6,43 | Industrials |
| 6 | PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) | 6,38 | 5,85 | Energy |
| 7 | PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) | 6,29 | 5,76 | Materials |
| 8 | PT Barito Pacific Tbk (BRPT) | 5,27 | 4,83 | Materials |
| 9 | PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) | 4,01 | 3,67 | Materials |
| 10 | PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) | 3,67 | 3,36 | Financials |
| Total | — | 92,93 | 85,15 | — |
Sumber: Index Factsheet, MSCI Indonesia Index (USD) 30 September 2025
Adapun sektor keuangan (financials) mendominasi komposisi MSCI Indonesia Index per September 2025 dengan porsi mencapai 50,28% dari total bobot indeks. Posisi kedua diikuti oleh sektor materials dengan kontribusi 14,27%, lalu sektor energi sebesar 10,05%.
| No | Sektor | Bobot (%) |
| 1 | Financials | 50,28 |
| 2 | Materials | 14,27 |
| 3 | Energy | 10,05 |
| 4 | Communication Services | 8,33 |
| 5 | Consumer Staples | 6,83 |
| 6 | Industrials | 6,43 |
| 7 | Consumer Discretionary | 2,65 |
| 8 | Health Care | 1,16 |
Sumber: Index Factsheet, MSCI Indonesia Index (USD) 30 September 2025
Lalu bagaimana kinerja sahamnya?
Kinerja saham dalam Indeks MSCI Indonesia
Kinerja saham-saham emiten yang tergabung dalam indeks MSCI Indonesia menunjukkan pergerakan campuran pada perdagangan pekan terakhir Oktober 2025. Sejumlah saham perbankan masih mencatatkan penguatan, sementara sektor komoditas dan industri mengalami tekanan.
Dari data per 31 Oktober 2025, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi salah satu penopang indeks dengan kenaikan mingguan 3,74%, diikuti oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang naik 3,38%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan kenaikan 3,29%. Meski begitu, secara year to date (YtD), ketiganya masih berada di zona negatif dengan BBCA turun 11,89%, BBRI terkoreksi 2,45%, dan BMRI anjlok 17,19%.
Sementara itu, saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Astra International Tbk (ASII) justru melemah dalam sepekan terakhir, masing-masing -2,43% dan -6,46%. Namun, keduanya mencatatkan kinerja tahunan yang masih solid. TLKM naik 18,45% secara YtD, sedangkan ASII melesat 25,51% hingga akhir Oktober.
Dari kelompok komoditas dan energi, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) mencatat penurunan tajam 16,98% dalam sepekan. Namun secara YtD, saham ini masih menjadi salah satu top performer dengan lonjakan 128,58% ke level Rp 84.575 per saham.
Adapun PT Barito Pacific Tbk (BRPT) juga mencuri perhatian setelah naik 275% sepanjang tahun berjalan, meskipun terkoreksi 5,22% dalam sepekan terakhir ke Rp 3.450 per saham. Sebaliknya, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) masih bergerak melemah baik secara mingguan maupun tahunan. AMMN turun 7,49% dalam sepekan dan 16,22% secara YtD, sementara TPIA terkoreksi 4,47% dalam sepekan dan 7,33% sepanjang tahun.
Dari kelompok perbankan besar lainnya, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menunjukkan performa stabil, naik tipis 0,23% dalam sepekan dan 0,69% secara YtD, dengan harga saham di level Rp 4.380 per saham.
| No. | Emiten | Kinerja Saham Seminggu Terakhir | Kinerja Year to Date (Ytd) | Harga Saham per 31/10/2025 |
| 1 | PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) | 3,29% | -11,89% | Rp 8.525 |
| 2 | PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) | 3,38% | -2,45% | Rp 3.980 |
| 3 | PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) | 3,74% | -17,19% | Rp 4.720 |
| 4 | PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) | -2,43% | 18,45% | Rp 3.210 |
| 5 | PT Astra International Tbk (ASII) | -6,46% | 25,51% | Rp 6.150 |
| 6 | PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) | -16,98% | 128,58% | Rp 84.575 |
| 7 | PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) | -7,49% | -16,22% | Rp 7.100 |
| 8 | PT Barito Pacific Tbk (BRPT) | -5,22% | 275% | Rp 3.450 |
| 9 | PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) | -4,47% | -7,33% | Rp 6.950 |
| 10 | PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) | 0,23% | 0,69% | Rp 4.380 |
Sumber: Data diolah oleh penulis Katadata.co.id
Ramalan Rebalancing MSCI November
PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) meramal emiten milik konglomerat Prajogo Pangestu, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) akan kembali masuk indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) periode November.
Retail Equity Analyst IPOT, Indri Liftiany Travelin Yunus menilai, emiten tambang ini berpeluang kuat untuk masuk konstituen MSCI karena free float telah berada di atas 15%. Salah satu syarat masuknya suatu saham ke dalam indeks MSCI adalah minimal 15% saham harus dimiliki publik dan aktif diperdagangkan.
“Kami menilai bahwa CUAN memiliki potensi yang cukup besar untuk bisa terpilih masuk ke dalam indeks MSCI mengingat CUAN memiliki free float diatas 15%,” kata Indri kepada Katadata Rabu (8/9).
Menurut analisa Indri, bisnis CUAN kini mulai terdiversifikasi ke tambang emas dan silika, serta integrasi vertikal. “Ini dapat mendukung pertumbuhan berkelanjutan,” katanya.
Sementara itu, analis Samuel Sekuritas Indonesia, Prasetya Gunadi dan Brandon Boedhiman, menilai ada dua saham yang berpotensi besar masuk ke dalam indeks MSCI Indonesia, yaitu PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS).
Menurut keduanya, BREN memiliki peluang tertinggi untuk masuk ke indeks MSCI setelah manajemen berupaya meningkatkan porsi free float. Free float adjusted market capitalization (FFMC) perusahaan telah mencapai US$ 3,5 miliar, di atas batas minimum US$ 3,1 miliar Rata-rata nilai transaksi harian (ADTV) dalam 12 bulan juga mencapai US$ 12,9 juta, jauh melampaui ambang minimal US$ 2,5 juta.
Selain itu, rasio annualized traded value ratio (ATVR) BREN juga telah melampaui batas 15% yang disyaratkan MSCI. Adapun untuk BRMS, potensi reli harga di atas Rp 800 per saham dinilai dapat memenuhi syarat untuk naik kelas dari Indeks Small Cap ke MSCI Global Standard Index.
Saat ini, BRMS telah menguat hingga le level Rp 950 dengan ADTV 12 bulan sebesar US$ 22,1 juta. Sebaliknya, mereka menilai emiten PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) berisiko dikeluarkan dari Indeks MSCI Global Standard, lantaran nilai FFMC-nya turun di bawah US$ 1,2 miliar per 7 Oktober 2025.
