WIKA Beberkan Jurus Perbaiki Kinerja Keuangan hingga Rencana Merger
Emiten konstruksi pelat merah PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) membeberkan sederet jurus untuk memperbaiki kinerja keuangan yang tengah tertekan. BUMN Karya ini akan melakukan divestasi atau melepas sejumlah aset yang dimiliki, meminta dukungan dari Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara ,serta lebih selektif menerima proyek.
Direktur utama WIKA Agung Budi Waskito mengakui bahwa saat ini kondisi keuangan perseroan sedang tertekan. WIKA tengah merancang restrukturisasi secara konfrehensif sehingga mampu menyehatkan kinerja keuangannya.
“Kami tengah melakukan restrukturisasi keuangan secara komprehensif, sejalan dengan rencana ekspansi dan target besar di 2026,” kata dia dalam paparan publik WIKA secara daring pada Rabu (12/11).
Agung menyampaikan, upaya pertama yang akan dilakukan WIKA untuk membantu memperbaiki kondisi keuangan adalah lebih selektif memilih proyek. Sebelum mengambil proyek baru, menurut dia, perseroan bakal menerapkan prinsip know your partner atau know your owner.
“Kami memastikan bahwa pihak pemilik proyek memiliki kemampuan finansial yang baik,” katanya.
Kiat selanjutnya adalah menghindari proyek pre-finance atau turnkey dan lebih memilih proyek dengan pembayaran uang muka (down payment) atau pembayaran bulanan (monthly payment). Menurutnya, dengan strategi ini, arus kas atau cashflow perusahaan dapat dijaga tetap positif, dan proyek-proyek baru yang kami jalankan umumnya sudah memberikan laba yang baik.
Di sisi lain, Agung menyampaikan, WIKA telah menyusun target baru untuk nilai kontrak akan perseroan peroleh pada tahun 2026. Dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan 2026, dia menyatakan nilai kontrak tersebut diproyeksikan lebih besar dibandingkan target tahun 2025, yakni di atas Rp 20 triliun. Adapun terkait arus kas saat ini, dia memastikan WIKA masih memiliki kemampuan yang cukup untuk melanjutkan proyek-proyek ke depan.
“Kami optimis tahun 2026 akan menjadi momen rebound bagi sektor konstruksi. Indikasinya sudah terlihat sejak akhir 2025, di mana mulai banyak tender proyek baru, baik dari pemerintah maupun swasta,” kata dia.
Karena itu, menurut dia, restrukturisasi dilakukan agar struktur keuangan WIKA lebih kuat menghadapi peningkatan aktivitas proyek di tahun depan.
WIKA saat ini tengah mengkaji berbagai opsi, termasuk kemungkinan melakukan restrukturisasi kembali (MRO) dengan pihak perbankan.
“Potensi ini masih terbuka, mengingat kondisi keuangan yang sedang kami hadapi,” katanya.
WIKA juga menyatakan terus melakukan koordinasi dengan Danantara untuk memperoleh dukungan tambahan, serta tengah mempertimbangkan langkah restrukturisasi di sisi obligasi dan sukuk. Beberapa langkah awal telah dilakukan, termasuk permintaan penangguhan pembayaran kewajiban kepada para kreditur.
Adapun terkait rencana divestasi aset, perseroan berencana melepas beberapa aset non-inti, termasuk sejumlah jalan tol dan aset lainnya. Proses ini ditargetkan mulai berjalan pada tahun depan dan akan berlanjut selama tiga hingga empat tahun ke depan.
Kabar Terbaru soal Merger BUMN Karya
Penyehatan WIKA juga mencakup rencana merger BUMN Karya. Agung menyatakan kajian mengenai penggabungan atau merger perusahaan-perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya sudah hampir selesai.
Berdasarkan keputusan bersama dengan Dannatara beberapa waktu yang lalu, menurut dia, tujuh BUMN Karya yang ada saat ini akan dilebur sehingga menyisakan tiga klaster atau tiga perusahaan besar.
“Kami tidak memiliki porsi untuk bisa menyampaikan dengan siapa, karena bisa saja nanti berubah. Tapi yang sudah dipastikan menjadi tiga kluster,” kata dia.
Dia menyampaikan masing-masing klaster sudah dalam tahap persiapan. Tak hanya itu, Danantara juga telah membentuk Project Management Office (PMO) untuk mempercepat proses penggabungan tersebut. Diharapkan seluruh persiapan tersebut dapat rampung pada semester pertama 2026, dan proses eksekusinya dapat dimulai pada semester kedua 2026.
Saham WIKA Masih Disuspensi, Bagaimana Masa Depannya?
Mengenai saham Wijaya Karya yang masih dihentikan perdagangannya oleh Bursa Efek Indonesia, Direktur Wijaya Karya Sumadi mengatakan, pihaknya selalu melakukan komunikasi kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BEI secara berkala dan intens.
Sumadi melaporkan pihaknya baru saja melakukan audiensi kepada BEI untuk menyampaikan kabar terbaru mengenai kondisi perusahaan. Dia juga meminta dukungan dari BEI untuk dapat menuntaskan kewajiban dan dapat memperdagangkan kembali sahamnya.
“Kami masih berusaha mendapatkan izin dari semua bondholder, untuk dapat mengizinkan kami melakukan penyelenggaraan pembayaran kewajiban,” ujarnya.
Sementara itu, untuk obligasi dan sukuk, Sumadi menyatakan WIKA juga telah menjalin komunikasi yang dilakukan dengan wali amanat guna menyusun pola penyelesaian yang terbaik bagi seluruh pemegang instrumen tersebut.
Kinerja Keuangan WIKA hingga Kuartal III 2025
WIKA mengalami rugi bersih Rp 3,21 triliun hingga kuartal III 2025, berbanding terbalik dari laba bersih Rp 741,43 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Selain itu, pendapatan bersih WIKA juga tercatat Rp 9,09 triliun per September 2025, turun 27,54% dari Rp 12,54 triliun pada periode sama 2024. Secara rinci, segmen usaha infrastruktur dan gedung sebesar anjlok 40,42% yoy jadi Rp 3,58 triliun.
Diikuti segmen usaha industri merosot juga 25,36% yoy, jadi Rp 2,63 triliun, segmen energi dan industrial plant Rp 2,3 triliun, hotel Rp 203,78 miliar, realty dan properti Rp 192,33 miliar, dan investasi Rp 174,62 miliar.
