Megintip Skenario Danantara di Balik Penyelamatan Garuda (GIAA), Cek Prospeknya

Nur Hana Putri Nabila
19 November 2025, 07:03
Garuda Indonesia
Katadata
Garuda Indonesia
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Transformasi besar Garuda Indonesia memasuki babak baru setelah Danantara resmi turun tangan sebagai motor penyelamatan. Langkah ini menjadi sorotan pasar dan industri penerbangan, mengingat kondisi keuangan Garuda yang terus tertekan dan potensi risiko sistemik di sektor aviasi nasional jika pemulihan tidak segera dilakukan.

Investor kini mencermati arah restrukturisasi yang tidak hanya menyangkut permodalan, tetapi juga tata kelola, strategi bisnis, dan ekosistem pendukungnya. Dalam beberapa bulan terakhir, tekanan terhadap GIAA terlihat semakin berat. Jumlah pesawat yang grounded meningkat, arus kas menurun, dan perseroan menghadapi kewajiban besar yang terus menggunung. 

Situasi ini membuat Garuda berada di titik kritis, sehingga keputusan Danantara untuk terlibat penuh menjadi salah satu intervensi strategis paling signifikan sejak restrukturisasi utang sebelumnya. Suntikan modal jumbo, perombakan manajemen, hingga evaluasi merger dengan Pelita Air menunjukkan bahwa penyelamatan Garuda bukan sekadar upaya menambal kerugian. 

Dalam beberapa kesempatan, Danantara mengatakan tengah menyiapkan skenario jangka panjang untuk mengembalikan Garuda sebagai maskapai nasional yang kompetitif, sehat secara keuangan, dan memiliki struktur bisnis yang lebih efisien.

Menormalkan Armada dan Memperbaiki Struktur Keuangan

Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara Indonesia mulai mengeksekusi skenario besar untuk menyehatkan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Melalui penyertaan modal jumbo, perbaikan armada, hingga perombakan manajemen, Danantara menegaskan bahwa dukungan terhadap Garuda bukan setengah hati.

“Danantara full akan mendukung Garuda. Komitmen kami bukan freelance, bukan gratis. Kami akan kawal sampai ke dalam, ke bawah,” kata Managing Director Non-Financial Holding Operasional Danantara, Febriany Eddy, Jumat (14/11).

Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) menyetujui penyertaan modal Rp 23,67 triliun dari PT Danantara Asset Management (DAM). Danantara memastikan restrukturisasi Garuda tidak menimbulkan beban fiskal baru bagi negara.

Tahap paling mendesak adalah maintenance pesawat yang grounded, baik milik Garuda maupun Citilink. Banyaknya pesawat yang tidak bisa terbang telah menekan pendapatan maskapai selama enam bulan terakhir. Pada saat yang sama, biaya sewa dan liabilitas lainnya terus berjalan.

Garuda kini membawa beban utang US$ 8,28 miliar dan mencatatkan rugi US$ 182,53 juta hingga kuartal III 2025. Untuk mengatasi persoalan teknis armada, Danantara menggelontorkan shareholder loan US$ 405 juta (sekitar Rp 6,65 triliun) agar perawatan pesawat bisa segera dilakukan.

Febri menegaskan bahwa setiap keterlambatan maintenance hanya akan memperbesar kerugian. “Sebagian besar uang itu untuk maintenance karena kalau ditunda, tahun depan sudah tidak bisa,” ujarnya.

Di sisi penggunaan modal, Garuda mengalokasikan Rp 8,7 triliun (37%) untuk modal kerja dan perawatan armada. Sedangkan Rp 14,9 triliun (63%) diberikan untuk operasional Citilink, termasuk pelunasan utang bahan bakar kepada Pertamina sebesar Rp 3,7 triliun.

Penerbitan 315,61 miliar saham Seri D di harga pelaksanaan Rp 75 memastikan GIAA tetap tercatat di Bursa Efek Indonesia dan memperkuat struktur permodalan perusahaan.

Transformasi juga menyentuh jabatan strategis. RUPSLB menunjuk Glenny H. Kairupan sebagai Direktur Utama, menggantikan Wamildan Tsani, serta mengangkat Thomas Sugiarto Oentoro sebagai Wakil Direktur Utama. Danantara menilai soliditas kepemimpinan menjadi pondasi krusial untuk mempercepat transformasi.

Sinergi ekosistem aviasi juga ditekankan. Febri menegaskan perlunya dukungan penuh dari entitas seperti Angkasa Pura dan GMF AeroAsia. “Anda Angkasa Pura harus mendukung Garuda karena Anda ada untuk Garuda,” ujarnya.

Prospek Pemulihan dan Agenda Merger dengan Pelita Air

Pengamat BUMN NEXT Indonesia Center, Herry Gunawan, menilai suntikan modal Danantara memberikan peluang nyata bagi Garuda untuk membalikkan kondisi keuangan. Sebagian besar kerugian perseroan disebabkan liabilitas sewa dan estimasi biaya pemeliharaan. Per September 2025, liabilitas sewa menyentuh US$ 274 juta, mewakili 73% dari total beban keuangan.

Dengan perbaikan struktur modal dan arus kas operasional yang sudah positif US$ 367 juta, Herry melihat peluang Garuda mencetak laba kembali. Namun ia mengingatkan perlunya pengawasan ketat agar dana restrukturisasi tidak salah arah. “Pemanfaatan modal harus dikawal, jangan sampai terjadi penyelewengan,” ucapnya.

Selain upaya menyehatkan internal, Danantara juga mempertimbangkan skema merger Garuda dengan Pelita Air. Tujuannya untuk mencegah kanibalisme pasar di antara maskapai milik negara.

“Garuda–Citilink saja kami tidak izinkan saling cannibal, apalagi Pelita,” ujar Febri.

Meski merger dinilai dapat membawa nilai tambah, termasuk masuknya aset Pelita yang lebih sehat, Herry mengingatkan potensi meluasnya ekspansi Pertamina jika perusahaan energi itu masuk sebagai pemegang saham Garuda. Ia menyarankan Danantara mengevaluasi opsi lain seperti akuisisi atau menunda rencana tersebut jika risiko terlalu besar.

“Biarkan persoalan operator penerbangan dilokalisir di situ saja, jangan menyeret BUMN lainnya,” katanya.



Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...