IHSG Cetak Rekor ATH 24 kali, Prabowo Bakal Buka Perdagangan BEI 2026?
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencetak rekor sepanjang masa atau all time high (ATH) sebanyak 24 kali sepanjang 2025. Indeks bahkan sempat menyentuh level tertingginya di 8.710,69 pada Agustus 2025, meski menutup tahun di level 8.646, naik 22% secara year to date.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per 29 Desember 2025, jumlah Single Investor Identification (SID) telah mencapai 20,32 juta, dengan investor saham menembus 8,59 juta. Kapitalisasi pasar menyentuh sebesar Rp 16.000 triliun, setara sekitar 70% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Dari sisi likuiditas, rata-rata nilai transaksi harian mencetak rekor baru di level Rp 18,06 triliun. Sementara itu, IHSG ditutup naik tipis 0,03% ke level 8.646 pada penutupan perdagangan BEI Selasa (30/12).
Seiring dengan cetak rekornya IHSG di 2025, akankah Presiden RI Prabowo Subianto membuka perdagangan bursa di 2026?
Apabila melihat susunan acara pembukaan perdagangan BEI 2026, Prabowo bakal membuka perdagangan BEI di 2026 sekaligus memberikan arahan pidato pukul 09.00 WIB pada Jumat (2/1) di Main Hall Bursa Efek Indonesia (BEI). Namun jika melihat kilas balik pembukaan perdagangan BEI 2025, Prabowo Subianto tidak hadir dan diwakili oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani meski sempat terjadwal.
Analis pasar modal Hans Kwee menilai kehadiran pejabat negara dalam seremoni pembukaan perdagangan memiliki makna simbolik. Namun, kehadiran Presiden atau pejabat tinggi negara bukan faktor utama yang menentukan secara langsung pergerakan IHSG.
“Meskipun memang arah pasar tetap lebih ditentukan oleh fundamental ekonomi, valuasi saham, serta sentimen global dan domestik,” kata Hans dalam keterangannya, Selasa (30/12).
Ia menjelaskan, kehadiran Presiden menunjukkan adanya concern pemerintah terhadap industri keuangan, khususnya pasar modal. Selain itu, kehadiran Prabowo Subianto dalam pembukaan perdagangan 2026 dinilai dapat menjadi sinyal penting bagi pelaku pasar untuk menjaga momentum positif di pasar modal.
Di sisi lain, Hans menilai penguatan IHSG sepanjang 2025 tidak terjadi secara instan dan bukan sekadar fenomena sesaat. Menurutnya, pasar sempat anjlok pada awal tahun, termasuk koreksi tajam yang dipicu oleh sentimen global.
“Awal tahun indeks berada di kisaran 7.100. Pasar sempat melemah dan bahkan mengalami trading halt pada Maret, dipicu oleh dinamika global dan kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat,” ucap Hans.
Tak hanya itu, Hans juga menilai persepsi investor terhadap risiko global dan domestik mulai membaik. Ketidakpastian eksternal tidak lagi dipandang seburuk sebelumnya, sementara pergerakan saham-saham berkapitalisasi besar turut menopang lonjakan IHSG.
Dari sisi domestik, sentimen pasar juga ditopang oleh optimisme terhadap perbaikan kebijakan serta komunikasi ekonomi. Menurutnya, pasar cenderung lebih tenang ketika ada pengakuan bahwa perekonomian menghadapi tantangan dan membutuhkan langkah perbaikan.
“Ini memberikan ruang bagi investor untuk melihat peluang jangka menengah dan panjang,” kata Hans.
