Laba BTN Sepanjang 2019 Anjlok 92% Tergerus Kredit Macet
PT Bank Tabungan Negara Tbk mencatatkan laba bersih sepanjang tahun lalu anjlok 92,5% dari Rp 2,8 triliun pada 2018 menjadi Rp 209,26 miliar. Penurunan laba emiten berkode saham BBTN ini disebabkan oleh kenaikan biaya pencadangan akibat kredit macet yang membengkak.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan, penyisihan kerugian penurunan nilai aset keuangan perusahaan naik dari Rp 1,71 triliun menjadi Rp 3,48 triliun. Adapun cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) perusahaan naik 85,4% dari Rp 3,29 triliun menjadi Rp 6,16 triliun.
Kenaikan biaya pencadangan tersebut dilakukan seiring rasio kredit bermasalah atau NPL yang melonjak. NPL gross naik dari 2,81% menjadi 4,78%, sedangkan rasio NPL net naik dari 1,83% menjadi 2,96%.
(Baca: Dana Pembiayaan Rumah Terbatas, Target KPR Subsidi BTN Hanya Tumbuh 3%)
Sementara itu, penyaluran kredit tercatat hanya tumbuh 6,26% dari Rp 234,9 triliun menjadi Rp 249,7 triliun. Pertumbuhan kredit tersebut jauh melambat dibandingkan 2018 yang mencapai 19,14%.
Selain karena pencadangan yang naik, laba bersih BTN terkoreksi karena adanya kenaikan beban bunga dan bagi hasil sebesar 31% dari Rp 12,76 triliun menjadi sebesar Rp 16,75 triliun.
(Baca: BTN Hadapi Tuduhan Kredit Janggal dan Window Dressing Laporan Keuangan)
Padahal pada tahun lalu, BTN berhasil mengantongi total pendapatan bunga dan bagi hasil senilai Rp 25,71 triliun, naik 12,5% dibanding tahun sebelumnya Rp 22,85 triliun. Namun, karena kenaikan beban bunga tersebut, maka total pendapatan bunga bersih perseroan tahun lalu turun 11,1% menjadi hanya Rp 8,96 triliun dari Rp 10,08 triliun pada 2018.
Margin bunga bersih atau NIM turun dari 4,32% menjadi 3,32%. Laba operasional perusahaan pun anjlok dari Rp 85,5% dari Rp 3,59 triliun menjadi Rp 521,77 miliar.