Hingga Februari, Kredit Bank Melonjak 12,3%, DPK Cuma Tumbuh 6,6%
Kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan menunjukkan tren perbaikan pada Februari 2019 lalu. Deputi Komisioner Stabilitas Sistem Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Yohanes Santoso Wibowo mengungkapkan pertumbuhan kredit perbankan tercatat tumbuh sebesar 12,3% dibandingkan tahun lalu untuk periode yang sama.
"Pada Januari lalu, pertumbuhan kredit hanya 11,9% secara tahunan. Ini artinya ada peningkatan. Confidence masyarakat untuk ekspansi artinya tetap baik," kata dia di kantornya, Jakarta, Kamis (28/3).
Menurut pengamatannya, meningkatnya laju pertumbuhan kredit Februari karena sejumlah bank menyusun promosi dengan memberikan kredit kendaraan bermotor. Strategi promosi ini juga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan kredit. Adapun, tahun ini penyaluran kredit ditargetkan tumbuh 12%.
Selain itu, kenaikan kontribusi dari kredit investasi dan kredit kendaraan bermotor menciptakan dampak yang baik. Sebab, hal tersebut akan menciptakan efek pengganda (multiplier effect) pada perekonomian, sehingga akan membuat perekonomian tumbuh.
(Baca: Ketidakpastian Global Menurun, Aliran Dana Asing Capai Rp 74,7 Triliun)
Membaiknya kinerja kredit juga tercermin dari risiko kredit perbankan yang terjaga pada level yang rendah. Hal tersebut tercermin dari rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross dan rasio kredit berisiko atau loan at risk pada level 2,59%. "Ini di bawah ambang batas 5%," ujarnya.
Sementara itu, risiko pasar perbankan terjaga pada level yang rendah. Hal ini tercermin dari posisi devisa neto yang stabil pada level 1,92%, di bawah ambang batas ketentuan. Sedangkan dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) perbankan juga stabil pada level yang tinggi sebesar 23,86% dengan tier-1 capital mencapai 22,02%.
Kinerja Penghimpunan Dana Lembaga Jasa Keuangan
Dari sisi penghimpunan dana, dana pihak ketiga (DPK) perbankan tumbuh sebesar 6,57% secara tahunan. Sementara itu, asuransi jiwa dan asuransi umum/reasuransi berhasil menghimpun premi masing-masing sebesar Rp 15,4 triliun dan Rp 8,5 triliun pada Februari lalu.
Sementara di pasar modal, korporasi berhasil menghimpun dana Rp 13,4 triliun sepanjang Februari 2019, dengan jumlah emiten baru sebanyak dua perusahaan. Dana kelolaan investasi tercatat mencapai Rp 767 triliun, meningkat 5,68% dibandingkan posisi yang sama pada 2018.
(Baca: Inklusi Keuangan, LPS Lihat Potensi Tabungan Bertambah Ratusan Triliun)
Perbaikan kinerja intermediasi tersebut disertai dengan terjaganya profil risiko lembaga jasa keuangan. NPL gross perbankan tercatat sebesar 2,59% (net 1,17%), rasio pembayaran macet atau non-performing financing (NPF) perusahaan pembiayaan stabil pada level 2,70%.
Selain itu, pertumbuhan intermediasi juga didukung likuiditas perbankan yang memadai, tercermin dari liquidity coverage ratio dan rasio alat likuid/non-core deposit masing-masing sebesar 218,45% dan 107,25%. Kemudian, jumlah total aset likuid perbankan yang mencapai Rp 1.162 triliun pada akhir Februari lalu dinilai berada pada level yang memadai untuk mendukung pertumbuhan kredit ke depan.