BI: B20 Bantu Perbaiki Defisit Transaksi Berjalan
Bank Indonesia optimistis bahwa implementasi program mandatori biodiesel 20% atau B20 mampu memperbaiki defisit transaksi berjalan.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, melalui B20 maka impor bahan bakar solar akan berkurang. Selanjutnya, kebijakan ini juga dapat menghemat pengeluaran devisa negara sehingga angka defisit transaksi berjalan mengecil.
B20 juga diharapkan bisa memacu kinerja ekspor kelapa sawit yang juga berujung kepada bertambahnya pemasukan bagi negara. “Jadi, hal itu [B20] tidak hanya mengurangi impor minyak tetapi juga mendorong ekspor,” kata Perry, Jakarta, Jumat (3/8).
Dampak positif B20 terhadap perbaikan transaksi berjalan diperkirakan BI baru terasa dalam beberapa bulan mendatang. Bank sentral pun sejauh ini belum melakukan pembahasan terkait peluang penurunan volume impor solar maupun peningkatan ekspor kelapa sawit.
Perry berpendapat bahwa program B20 yang berlaku mulai 1 September 2018 sebagai langkah konkrit yang diambil pemerintah guna memperbaiki defisit transaksi berjalan. Kini tinggal menghitung hari sampai Peraturan Presiden (Perpres) No. 61/2015 disahkan oleh Presiden Joko Widodo.
Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Koservasi Energi Kementerian ESDM Rida Mulyana sebelumnya menyatakan, revisi perpres tersebut menyangkut beberapa hal, seperti perluasan insentif biodiesel dari PSO (public service obligation) ke non-PSO serta penunjukkan langsung badan usaha. “Kalau lelang masih butuh waktu lagi,” ujar dia.
Adapun, Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara memperkirakan bahwa defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) pada tahun ini sebesar US$25 miliar. Nilai ini jauh lebih tinggi dibandingkan posisi tahun lalu sebesar US$17,3 miliar atau 1,7% dari Produk Domestik Bruto (PDB).