Menanti Nyali BI Menurunkan Suku Bunga Acuan

Amal Ihsan Hadian
22 Agustus 2017, 10:28
Agus BI
Katadata | Arief Kamaludin
Gubernur BI Agus Martowardojo

Selain itu, sentimen penurunan suku bunga acuan juga datang dari nilai tukar rupiah yang stabil. Ini terutama dipicu oleh masuknya arus modal asing ke pasar surat berharga. Arus modal asing mengalir deras karena kenaikan suku bunga acuan The Fed tidak secepat yang diperkirakan. Ia pun memprediksi, suku bunga BI 7 Day RRR masih bisa turun 25 basis points (bps) lagi menjadi 4,5%.

Tetapi, Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, BI masih menjangkar ekspektasi dengan mempertahankan suku bunga acuan. Sebab, BI harus mengantisipasi kondisi ekonomi global ke depan, terutama terkait dengan kebijakan The Fed menaikkan suku bunga.

Bank Sentral AS sudah dua kali menaikkan suku bunga acuan tahun ini dan berencana menaikkannya sekali lagi pada September 2017 mendatang.

Selain itu, The Fed berencana meringankan neracanya dengan menjual obligasi yang diborongnya saat menjalankan kebijakan quantitative easing. Kebijakan tersebut, kata Josua, sudah direspons bank sentral dunia. Bank sentral Kanada misalnya, sudah menaikkan bunganya dari 0,5% menjadi 0,75%.

Bank sentral Eropa atau European Central Bank (ECB) juga kemungkinan akan mengurangi stimulus moneternya. “Posisi global saat ini adalah tightening (kebijakan pengetatan moneter). BI dan bank sentral di negara berkembang masih berhati-hati. Kalau dalam bahasa BI, cautious accomodative (netral),” ucapnya.

Dengan pertimbangan tersebut, Josua pun menilai kecil kemungkinan BI bakal memangkas bunga acuan, meski pertumbuhan kredit masih rendah. Sebab, rendahnya pertumbuhan kredit sebenarnya lebih diakibatkan oleh lemahnya daya beli masyarakat, bukan hanya persoalan bunga kredit.

Selain itu, penurunan bunga acuan belum tentu direspons perbankan dengan menurunkan bunga kredit. Alasannya, risiko kredit masih tinggi. Sepanjang tahun lalu, misalnya, bunga acuan turun 1,5%, tapi bunga kredit hanya turun sekitar 1%. Gap (perbedaan) ini terjadi karena dari perspektif perbankan, risiko kredit masih ada.

Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih juga berbagi pendapat serupa. Ia menilai, undisbursed loan bukan hanya karena mahalnya bunga kredit, tapi pelaku usaha memilih menunda pencairan kredit seiring konsumsi masyarakat yang belum pulih. "Pelaku usaha merasa tidak perlu ambil."

Menurutnya, jika BI menurunkan suku bunga acuan, konsekuensinya adalah imbal hasil surat utang turun. Sebab, imbal hasil surat berharga berpatokan pada ekspektasi suku bunga deposito perbankan. Jika bunga deposito perbankan turun, yield obligasi juga akan turun.

Akibatnya, harga obligasi menjadi mahal dan kurang menarik lagi bagi investor asing untuk masuk. Padahal, masuknya arus modal asing yang selama ini menjaga nilai tukar rupiah dan jumlah cadangan devisa.

Halaman:
Reporter: Martha Ruth Thertina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...