Tabungan Masyarakat Susut, Pertumbuhan Uang Beredar Melambat
Pertumbuhan jumlah uang beredar pada April lalu sebesar 7,1 persen secara tahunan (year on year/ yoy), lebih lambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 7,4 persen. Penyebabnya adalah berkurangnya simpanan dana masyarakat di perbankan dan melambatnya pertumbuhan penyaluran kredit.
Bank Indonesia (BI) mencatat, jumlah uang beredar termasuk dana pihak ketiga (DPK) dalam bentuk tabungan dan deposito di perbankan serta surat berharga, pada akhir April 2016 mencapai Rp 4.580,8 triliun. Jumlahnya lebih tinggi dibandingkan Maret 2016 yang sebesar Rp 4.561,1 triliun.
Berdasarkan komponen pembentuknya, perlambatan pertumbuhan jumlah uang beredar berasal dari uang kuasi, yaitu DPK bank dan surat berharga selain saham. Jumlah uang kuasi sebesar Rp 3.478,6 triliun atau tumbuh 5,3 persen dibandingkan April 2015. Pertumbuhannya melambat dibandingkan Maret 2016 yang sebesar 6,3 persen.
(Baca: Sistem Keuangan Stabil, BI Waspadai Kenaikan Kredit Bermasalah)
Secara lebih detail, perlambatan uang kuasi bersumber dari simpanan dalam valuta asing (valas). Giro dan deposito berjangka valas terkontraksi lebih dalam dari negatif 0,1 persen (yoy) dan negatif 14,1 persen (yoy) pada Maret 2016 menjadi negatif 7,5 persen dan negatif 15,7 persen pada April 2016. Selain itu, tabungan valas juga tumbuh melambat menjadi 15,6 persen pada April lalu dari 19 persen pada bulan sebelumnya.
Sebaliknya, jumlah giro dan tabungan dalam rupiah pada April 2016 tumbuh masing-masing 15,1 persen dan 10,9 persen dibandingkan periode sama 2015. Pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya, yang masing-masing sebesar 11,7 persen dan 9,5 persen. Sedangkan deposito rupiah tumbuh 5,1 persen, atau lebih lambat dari bulan sebelumnya yang tumbuh 5,5 persen.
(Baca: Bunga Acuan Baru Efektif, BI Siap Longgarkan Kebijakan Moneter)
BI menengarai, perlambatan DPK disebabkan adanya pengalihan dana masyarakat di perbankan ke investasi surat berharga negara (SUN). Hal ini terkait dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No.1/POJK.05/2016 tentang kenaikan kewajiban porsi investasi SUN bagi lembaga jasa keuangan nonbank, seperti asuransi dan dana pensiun.
Di sisi lain, BI melihat perlambatan pertumbuhan uang beredar dipengaruhi oleh seretnya pertumbuhan kredit perbankan. Per akhir April lalu, jumlah kredit yang disalurkan bank sebesar Rp 4.036,3 triliun atau tumbuh 7,7 persen (yoy). Pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 8,4 persen (yoy).
(Baca: LPS Perkirakan Bunga Bank Turun 0,2 Persen Agustus Mendatang)
Berdasarkan jenis penggunaannya, perlambatan kredit terutama pada kredit modal kerja (KMK) yang cuma tumbuh 4,8 persen menjadi Rp 1.846,6 triliun, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 6,4 persen. Sedangkan kredit investasi malah tumbuh lebih tinggi dari 11,6 persen menjadi 12,2 persen. “Perlambatan KMK terutama dipengaruhi oleh kredit kepada industri perdagangan, hotel dan restoran,” kata pejabat BI dalam siaran persnya, Selasa (31/5).