Seiring Pelonggaran PSBB, BI Ramal Kredit Meningkat pada Kuartal III

Agatha Olivia Victoria
15 Juli 2020, 12:20
Ilustrasi, Gedung Bank Indonesia (BI). Berdasarkan survei perbankan, BI memperkirakan pertumbuhan kredit akan naik pada kuartal III 2020.
Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi, Gedung Bank Indonesia (BI). Berdasarkan survei perbankan, BI memperkirakan pertumbuhan kredit akan naik pada kuartal III 2020.

Bank Indonesia (BI) memperkirakan penyaluran kredit baru bakal tumbuh lebih tinggi pada kuartal III 2020, seiring dengan pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Perkiraan pertumbuhan ini didapatkan melalui survei perbankan.

Hasil survei menunjukkan adanya peningkatan saldo bersih tertimbang (SBT) perkiraan permintaan kredit baru, yakni 50,4%, dari sebelumnya pada kuartal II, yang minus 33,9%.

"Kredit baru akan tumbuh, meski tidak setinggi periode yang sama pada tahun sebelumnya, yakni 68,3%," tulis Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko dalam keterangan resminya, Rabu (15/7).

Perkiraan pertumbuhan kredit tersebut, mengindikasikan perbaikan kinerja pembiayaan pada kuartal III 2020 seiring dengan pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Meski demikian, pertumbuhan bisa dikatakan relatif terbatas jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Prioritas utama responden dalam penyaluran kredit baru periode tersebut adalah, kredit modal kerja, diikuti oleh kredit investasi, dan kredit konsumsi.

Pada jenis kredit konsumsi, penyaluran kredit kepemilikan rumah/apartemen (KPR/KPA) masih menjadi prioritas utama. Disusul oleh penyaluran kredit multiguna dan kredit kendaraan bermotor (KKB).

Sejalan dengan perkiraan meningkatnya pertumbuhan kredit baru, kebijakan penyaluran kredit pada kuartal III diperkirakan lebih longgar. Hal ini terindikasi dari Indeks Lending Standard (ILS), sebesar 3,9%, lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya, yang sebesar 34,4%.

(Baca: Berharap Belanja Pemerintah dan BUMN untuk Memacu Kredit Perbankan)

BI mencatat, pelonggaran standar penyaluran kredit akan dilakukan pada seluruh jenis kredit. Aspek kebijakan penyaluran kredit yang akan diperlonggar pada kuartal III 2020 antara lain plafon kredit, agunan, dan jangka waktu kredit. Di sisi lain, premi kredit berisiko dan perjanjian kredit diperkirakan lebih ketat pada kuartal III 2020.

Selanjutnya, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) diperkirakan meningkat, tercermin dari SBT pertumbuhan DPK sebesar 78,1%, lebih tinggi dibandingkan 44,0% pada kuartal sebelumnya.

Peningkatan pertumbuhan DPK diperkirakan terjadi pada jenis instrumen giro dan deposito. Ini terindikasi dari nilai SBT masing-masing sebesar 39,4% dan 64,8%, lebih tinggi dibandingkan 27,8% dan 41,6% pada kuartal sebelumnya.

Sementara, pertumbuhan DPK pada instrumen tabungan tercatat melambat, terindikasi dari nilai SBT sebesar 60,9%, lebih rendah dibandingkan 85,7% pada kuartal sebelumnya.

Kemudian, rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh bank atas dana nasabah yang ditempatkan atau Cost of Fund (CoF) dalam rupiah pada kuartal III 2020, diperkirakan turun 22 basis poin (bps) dari kuartal sebelumnya, menjadi 5,38%.

Sedangkan biaya dana yang ditempatkan oleh perbankan untuk memperoleh pendapatan atau Cost of Loanable Fund (CoLF) dalam rupiah juga diperkirakan turun 9 bps menjadi 8,2%.

(Baca: Imbas Pandemi, Kredit Perbankan Mei 2020 Turun)

Lalu, rata-rata suku bunga kredit modal kerja dan kredit investasi diprakirakan turun masing-masing 8 bps dan 6 bps dari kuartal sebelumnya, menjadi 10,72% dan 10,75%.

Suku bunga kredit konsumsi juga diperkirakan turun sebesar 3 bps menjadi 12,93% pada kuartal III 2020. Pada jenis kredit konsumsi, penurunan terbesar terjadi pada kartu kredit sebesar 20 bps, diikuti oleh KKB dan kredit multiguna masing-masing sebesar 12 bps dan 6 bps.

Rata-rata responden memperkirakan pertumbuhan kredit secara keseluruhan tahun ini sebesar 2,5%, lebih rendah dibandingkan realisasi pertumbuhan kredit 2019 sebesar 6,1%.

"Responden menyampaikan, bahwa perkiraan perlambatan kinerja penyaluran kredit tahun ini merupakan dampak dari pandemi virus corona atau Covid-19," ujar Onny.

Secara keseluruhan, pertumbuhan DPK tahun ini diperkirakan lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Hal ini tercermin dari SBT prakiraan penghimpunan DPK tahun ini sebesar 87,3%, lebih tinggi dibandingkan 73,3% pada tahun sebelumnya.

BI memperkirakan, pertumbuhan DPK utamanya akan didorong oleh peningkatan fasilitas, dan pelayanan bank kepada nasabah. Selain itu, pertumbuhan DPK juga dipengaruhi oleh masih merebaknya Covid-19.

(Baca: Bank BUMN Optimistis Salurkan Kredit Rp 90 T, Ini Sektor yang Dibidik)

Reporter: Agatha Olivia Victoria

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...