Bank BTN Bidik Top 10 Pengembang Demi Incar Pasar Kelas Menengah
PT Bank Tabungan Negara Tbk alias Bank BTN berencana untuk memperluas pangsa pasar pembiayaan di kelas menengah. Bank BUMN tersebut saat ini menguasai 41,46% market share pasar kredit pemilikan rumah (KPR) Indonesia, dengan 86% pangsa pasar pada KPR Subsidi.
Wakil Direktur Utama Bank BTN Nixon LP Napitupulu, mengatakan saat ini perusahaan sama sekali belum menjaring pangsa pasar di developer atau pengembang besar. Namun, untuk tahun ini, perusahaan telah melakukan penjajakan ke beberapa pengembang besar untuk melakukan kerjasama penyaluran kredit.
“Ada top ten pengembang yang sudah dijajaki, developer skala nasional,” kata Nixon saat dihubungi Katadata.co.id, Kamis (9/9).
Nixon mengatakan, pihaknya sudah mendatangi beberapa developer raksasa satu per satu, seperti Bumi Serpong Damai (BSD), Ciputra dan lainnya. Adapun pembicaraan kerja sama tidak sebatas KPR, melainkan bisnis lainnya, seperti kerja sama pendanaan, transaksi dan lainnya.
“Kalau proyeknya baru, kreditnya bisa jadi tahun depan, jadi enggak harus tahun ini. Tapi penjajakan kerja sama kita lagi dekati top developer nasional,” ujarnya.
Dia menjelaskan, tujuan Bank BTN masuk pangsa pasar kelas menengah tidak sebatas urusan KPR. Dia menjelaskan, pembeli rumah di atas Rp 2 miliar umumnya memiliki average saving atau kemampuan menabung yang tinggi dibandingkan dengan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Di samping itu, perusahaan dengan kode saham BBTN ini merasa dominan player saat ini adalah MBR, sehingga perlu masuk ke pangsa pasar yang lebih besar.
“Jadi kami ingin taking (menarik nasabah) menabung, lewat lock (mengunci) di KPR-nya,” ujarnya.
Upaya tersebut sekaligus untuk menunjukkan keseriusan perusahaan mendorong kinerja perusahaan dari pertumbuhan tabungan.Umumnya, mereka yang mengambil KPR akan menabung juga di bank yang sama.
Selama ini Bank BTN identik dengan MBR, sehingga harapannya ke depan perusahaan bisa melakukan diversifikasi dengan masuk ke segmen kelas menengah. Nixon menjelaskan kalau Bank BTN juga ingin dikenal sebagai bank yang dapat memberikan pembiayaan ke segmen menengah atau dengan KPR di atas Rp 500 juta.
Bank BTN optimistis bakal mencapai target kinerja bisnis hingga akhir 2021. Hal itu didukung berbagai faktor seperti transformasi di sektor perumahan, stimulus pemerintah, hingga momentum pemulihan ekonomi nasional.
Nixon mengungkapkan, untuk menghadapi tantangan dan implementasi rencana bisnis ke depan, Bank BTN telah menetapkan corporate plan yang berfokus pada lima target utama. Pertama, menggandakan low cost funding melalui transformasi kapabilitas jaringan atau channel.
Kedua, mendorong keterjangkauan akses perumahan bagi lebih dari 6 juta masyarakat Indonesia. Ketiga, membangun one stop shop financial solution untuk 3 juta konsumen dan bisnis terkait perumahan. Keempat menjadi inovator digital dan home of Indonesia’s best talent. Terakhir alias kelima, membangun portofolio berkualitas tinggi dan mempertahankan tingkat NPL rendah.
Perusahaan dengan kode saham BBTN itu menargetkan pertumbuhan aset akhir tahun bisa tumbuh 2%-4%, disusul dengan pertumbuhan kredit di kisaran 6%-8%. Sedangkan untuk pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) ditargetkan naik 5%-7% akhir 2021.
Nixon menyampaikan, pertumbuhan kinerja perusahaan tahun ini akan diiringi modal dan pencadangan yang kuat. BBTN menargetkan hingga akhir 2021, rasio permodalan alias capital adequacy ratio (CAR) berada di level 16% hingga 18%, sedangkan rasio pencadangan atau coverage ratio di atas 120%. Adapun untuk rasio kredit macet atau non performing loan (NPL) akhir 2021 ditargetkan berada di kisaran 3,7%-3,9%
“Per Agustus 2021 coverage ratio kami sudah 122%, dengan rasio kredit macet (NPL) sekarang di 4,04%,” ujar Nixon.
Hingga semester I 2021, Bank BTN berhasil membukukan laba bersih Rp 920 miliar, naik 19,9% secara tahunan atau year on year (yoy), dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 768 miliar. Kenaikan laba bersih didorong naiknya penyaluran kredit dan net interest margin (NIM), disusul upaya efisiensi.
Akhir Juni 2021, Bank BTN membukukan kenaikan penyaluran kredit sebesar 5,59% yoy menjadi Rp 380,5 triliun dari Rp 314,6 triliun periode yang sama tahun lalu. DPK juga melonjak 31,8% yoy dari Rp 226,3 triliun per Juni 2020 menjadi Rp 298,3 triliun tahun ini.
Rasio NPL gross juga berhasil diturunkan pada semester I 2021 ke level 4,1% dari 4,7% pada semester I-2020. Sementara loan to deposit ratio (LDR) berhasil ditekan menjadi 89,1% pada akhir Juni 2021 dari 111,3% pada periode yang sama tahun lalu.
Dengan capaian yang positif tersebut, aset Bank BTN berhasil tumbuh 21% yoy menjadi Rp 380,5 triliun di semester I 2021, dari sebelumnya Rp 314,6 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Melansir RTI, pada perdagangan Kamis (9/9) saham BBTN ditutup naik 0,35% di harga Rp 1.415 per saham. Meskipun begitu, secara year to date (ytd) harga saham BBTN sudah terkoreksi 17,97%.