Bank BUMN Cetak Laba Rp 113 Triliun di 2022, BRI Terbesar

Syahrizal Sidik
16 Februari 2023, 19:12
Bank BUMN Cetak Laba Rp 113 Triliun di 2022, BRI Terbesar
ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/wsj.
Warga bertransaksi di ATM Link milik Bank BUMN di Pasar Tanah Abang,

Keempat bank milik pemerintah telah mengumumkan kinerja keuangan periode yang berakhir Desember 2022. Terbaru, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) mengumumkan mencatatkan perolehan laba bersih senilai Rp 3,04 triliun hingga 31 Desember 2022. Keuntungan itu naik 28,15% secara tahunan dari sebelumnya Rp 2,37 triliun.

Berdasarkan torehan kinerja itu, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) masih menjadi emiten bank BUMN dengan perolehan laba bersih senilai Rp 51,40 triliun. Kedua, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang tercatat mengantongi laba bersih senilai Rp 41,2 triliun. Lalu, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) senilai Rp 18,31 triliun. Dengan demikian, sepanjang 2022 Bank Himbara secara akumulasi mengantongi laba bersih senilai Rp 113,95 triliun.

Berikut terkait kinerja empat Bank Himbara sepanjang 2022:

1. BRI

BRI membukukan perolehan laba bersih senilai Rp 51,40 triliun sepanjang tahun 2022 secara konsolidasi. Perolehan laba bersih tersebut meningkat 67,15% secara tahunan. Bank BRI tercatat membukukan pendapatan bunga bersih senilai Rp 124,59 triliun, meningkat 9,20% dibanding perolehan yang sama pada tahun 2021 senilai Rp 114,09 triliun.

Dari sisi penyaluran kredit, BRI telah mengucurkan senilai Rp 1.139,08 triliun. Porsi terbesar di segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) senilai Rp 965,30 triliun atau setara 84,74% dari portofolio kredit. Adapun, kredit mikro BRI mencatatkan pertumbuhan sebesar 13,92% secara tahunan.

Aset BRI sampai dengan Desember 2022 tercatat naik 11,18% menjadi Rp 1.865,64 triliun. Sedangkan, perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 14,85% menjadi Rp 1.307,88 triliun. Berdasarkan komposisi penyokong DPK, murah atau CASA sekitar 66,70%. Peningkatan komposisi CASA tersebut turut berimbas pada efisiensi biaya dana (cost of fund) BBRI menjadi 1,87%.

Adapun, dari sisi rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) secara kotor (gross), mengalami penurunan dari 3,08% menjadi 2,82% di Desember 2022. Sedangkan, NPL bersih (net) BRI sedikit mengalami peningkatan menjadi 0,73% dari tahun sebelumnya 0,70%. NPL coverage tercatat senilai 305,73%. Rasio pinjaman terhadap simpanan bank yang fokus pada pembiayaan UMKM ini sampai dengan Desember 2022 tercatat sebesar 87,09% dengan rasio kecukupan modal atau CAR 25,54%.

2. Bank Mandiri

Bank Mandiri meraup laba bersih Rp 41,2 triliun hingga kuartal IV 2022. Laba Bank pelat merah tersebut naik 46,9% secara tahunan (year on year/YoY). Pertumbuhan laba bersih ditopang optimalisasi fungsi intermediasi perseroan. Hingga akhir 2022, kredit secara konsolidasi tercatat tumbuh 14,48% YoY menjadi Rp 1.202,2 triliun.

Adapun, rasio non performing loan (NPL) Bank Mandiri secara bank only menurun sebesar 93 basis poin (bps) secara YoY ke level 1,88%. Meski NPL relatif menurun, perseroan tetap melakukan peningkatan rasio pencadangan atau NPL coverage ratio hingga 311% pada akhir tahun 2022.

"Bank Mandiri telah membukukan biaya CKPN secara bank only sebesar Rp 10,3 triliun dengan rasio NPL coverage berada di level yang memadai," kata Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi.

Sementara, total aset Bank Mandiri secara konsolidasi menyentuh Rp 1.992,6 triliun atau tumbuh 15,5% secara tahunan. Dirinci berdasarkan segmennya, kredit Bank Mandiri didominasi oleh kredit korporasi yang mencapai Rp 414,1 triliun, pada akhir 2022. Capaian tersebut naik 11,8% dari periode tahun sebelumnya Rp 370,2 triliun. Selain itu, kredit komersial tumbuh sebesar 13,0% YoY menjadi Rp 196,3 triliun di akhir 2022 lalu.

3.BNI

BNI membukukan laba bersih sebesar Rp 18,31 triliun sepanjang 2022. Angka ini naik hingga 68% dibandingkan laba bersih tahun sebelumnya. Realisasi laba bersih tersebut lebih tinggi dari yang diestimasikan. Realisasi ini di atas pencapaian sebelum pandemi dan menjadi rekor tertinggi dalam sejarah BNI.

"Total kredit yang disalurkan di tahun 2022 telah mencapai Rp 646,19 triliun, tumbuh di atas target awal perusahaan yaitu mencapai 10,9% secara tahunan," ujar Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar dalam Paparan Kinerja Keempat 2022, Selasa (24/1).

"Diikuti dengan net interest margin (NIM) yang terjaga di posisi 4,8%. Pertumbuhan kredit yang sehat ditopang oleh ekspansi bisnis dari debitur top-tier dan bisnis turunannya yang berasal dari value chain debitur."

Sebagai informasi, pada tahun 2019 atau sebelum masa pandemi Covid-19, laba bersih BNI mencapai Rp 15,3 triliun. "Kredit kami tumbuh 10,9% secara tahunan dengan sumber pertumbuhan dari nasabah yang tentunya berkualitas baik," lanjut Royke.

Penyaluran kredit yang dilakukan secara selektif ini, jelas Royke, berdampak pada perbaikan kualitas aset. Di mana rasio loan at risk (LAR) BNI turun dari 23% menjadi 16% dan tingkat biaya kredit turun dari 3,3% menjadi 1,9% di tahun 2022.

Dari sisi likuiditas, BNI berhasil mencatatkan pertumbuhan dana murah atau CASA yang kuat sebesar 10,1% secara tahunan. Dana tersebut dihasilkan dari strategi perseroan untuk membangun transaction-based CASA, melalui penyediaan solusi keuangan dan transaksi yang komprehensif.

Pertumbuhan fee based income tercatat sebesar 8,7% secara tahunan menjadi Rp 14,8 triliun. Hal ini dicapai dengan melakukan pergeseran pola pertumbuhan fee based income untuk mendukung upaya pemerintah dalam menurunkan biaya transfer melalui program BI Fast.

4. BTN

Bank Tabungan Negara mengantongi laba bersih senilai Rp 3,04 triliun hingga 31 Desember 2022. Perolehan tersebut meningkat 28,15% secara tahunan dari sebelumnya Rp 2,37 triliun.

Direktur Utama Bank BTN Haru Koesmahargyo mengatakan, peran besar pemerintah dalam mendukung perumahan rakyat serta menjaga perekonomian nasional tetap stabil menjadi pendorong bisnis perusahaan. Dukungan itu berupa Penyertaan Modal Negara (PMN) dan peningkatan alokasi dana untuk perumahan subsidi, tambah Haru, juga menjadi bukti nyata dukungan pemerintah untuk rumah rakyat.

“Kami terus berupaya untuk terus memberikan hasil terbaik di tengah situasi ekonomi yang kondusif ini," ucap Haru.

Kredit dan pembiayaan yang tumbuh solid menjadi penopang perolehan laba bersih Bank BTN. Perusahaan mencatatkan kredit dan pembiayaan tumbuh sebesar 8,53% yoy dari Rp 274,83 triliun menjadi Rp 298,28 triliun per 31 Desember 2022.

Dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat naik sebesar 8,77% yoy dari Rp 295,97 triliun menjadi Rp321,93 triliun per 31 Desember 2022. Peningkatan DPK tersebut didorong oleh kenaikan dana murah (current account savings account/CASA) perseroan sebesar 19,13% yoy menjadi Rp 156,2 triliun pada akhir Desember 2022. Dengan peningkatan tersebut, biaya dana (cost of fund/CoF) perseroan turun 53 basis poin (bps) yoy dari 3,13% pada akhir 2021 menjadi 2,60%.

Loan to deposit ratio (LDR) Bank BTN juga tetap stabil di level 92,65% per 31 Desember 2022. Di samping itu, rasio kecukupan likuiditas (liquidity coverage ratio/LCR) berada di level yang sehat sebesar 238,50%.

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail, Zahwa Madjid

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...