The Fed Beri Sinyal Positif, Bitcoin Kembali ke US$65.000
Bitcoin berbalik naik setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) menyatakan masih ada beberapa peluang penurunan suku bunga acuan pada tahun ini. Menurut Coin Metrics, harga Bitcoin naik 1,7% ke level US$65.773 atau sekitar Rp 1,03 miliar, pada Rabu (20/3).
Pada awal perdagangan Rabu (20/3), Bitcoin sempat jatuh ke level US$60.793 atau Rp 948,39 juta. Mata uang kripto menguat di akhir pertemuan kebijakan dua hari Federal Reserve, di mana bank sentral mempertahankan suku bunga acuan. The Fed juga mengatakan bahwa mereka masih melihat ada peluang penurunan suku bunga pada tahun ini.
Seperti saham-saham teknologi, Bitcoin terkadang diuntungkan oleh suku bunga rendah dan likuiditas pasar yang lebih baik. Hal ini mengarah pada sentimen yang lebih baik dan investasi yang lebih besar pada aset-aset yang bertumbuh.
"Ada hubungan terbalik antara suku bunga dan harga Bitcoin," kata Owen Lau, Direktur Eksekutif Oppenheimer, seperti dikutip CNBC, Kamis (21/3).
Ketika The Fed menaikkan suku bunga pada tahun 2022, bank sentral AS itu mengeluarkan likuiditas dari pasar, yang berdampak pada Bitcoin dan saham-saham teknologi. Ketika The Fed menurunkan suku bunga, Lau mengatakan, hal ini memberikan likuiditas ke pasar, yang seharusnya menguntungkan aset berisiko seperti Bitcoin.
Bitcoin telah turun 10% dalam seminggu terakhir setelah mencapai level tertinggi sepanjang masa di US$73.797 atau Rp 1,15 miliar, pada Kamis (14/3). Sejak awal tahun ini, Bitcoin mencatat kenaikan harga sebesar 53%.
Ether terakhir naik 1,2% ke level US$3.379 atau Rp 52,7 juta setelah mencapai US$4.000 (Rp 62,4 juta) pada minggu lalu. Token matic Polygon naik 1,5%, Solana mendatar, sedangkan Dogecoin melonjak 7%.
Saham-saham yang Terkait Kripto Ikut Naik
Saham-saham yang terkait dengan kripto bernasib lebih baik sepanjang hari. Coinbase naik 11% sedangkan saham MicroStrategy menguat 9% setelah jatuh sekitar 20% pada awal minggu ini.
Saham penambang kripto Iris Energy dan CleanSpark masing-masing naik 26% dan 22%. Saham Marathon Digital naik 16%. Sementara itu, harga saham Riot Platforms naik 11% setelah JPMorgan menaikkan rekomendasi untuk saham tersebut dari netral menjadi overweight.
Indeks Dow Jones Industrial Average, S&P 500, dan Nasdaq Composite semuanya ditutup pada rekor tertinggi setelah pertemuan The Fed selesai.
Pelemahan Bitcoin baru-baru ini dimulai ketika para pedagang mulai mengambil keuntungan setelah melonjak sekitar 70% dari awal tahun hingga puncaknya pada hari Rabu lalu. Data dari CryptoQuant menunjukkan lonjakan besar-besaran pada pemegang jangka pendek yang menjual Bitcoin mereka untuk mencairkan keuntungan pada 12 Maret.
CoinGlass menyebut aksi ambil untung tersebut menyebabkan lonjakan likuidasi panjang posisi Bitcoin leverage yang terus berlanjut hingga awal minggu ini.
"Kami telah melihat kemunduran 20%-30% di pasar bullish Bitcoin sebelumnya sebagai kejadian normal ketika segala sesuatunya mulai memanas. Kami benar-benar melihat banyak indikator yang menunjukkan hal-hal yang sedikit memanas dalam sepekan terakhir," kata Vijay Ayyar, wakil presiden pasar internasional dan pertumbuhan di bursa kripto CoinDCX, kepada CNBC.
Ayyar mengatakan, jika Bitcoin jatuh di bawah ambang batas US$60.000 (Rp 936 juta), mata uang kripto ini dapat melemah lebih jauh untuk menguji level US$50.000 (Rp 780 juta) hingga US$52.000 (Rp 811,2 juta). "Level tersebut akan menjadi garis batas bagi pasar bullish ini untuk mempertahankannya di masa mendatang," ujarnya.