Prospek Suku Bunga Topang Penguatan Dolar, Transaksi Bitcoin Lesu

Hari Widowati
24 Juni 2024, 11:52
Fahmi Almuttaqin, Crypto Analyst Reku, menilai lesunya harga Bitcoin disebabkan perubahan outlook suku bunga Amerika Serikat (AS) yang memperkuat nilai tukar dolar AS.
vecteezy.com/sasirin pamai
Fahmi Almuttaqin, Crypto Analyst Reku, menilai lesunya harga Bitcoin disebabkan perubahan outlook suku bunga Amerika Serikat (AS) yang memperkuat nilai tukar dolar AS.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Harga Bitcoin (BTC) sudah turun 3,62% dalam sepekan terakhir dan menyentuh US$64.588 (Rp 1,06 miliar) pada Jumat (21/6). Fahmi Almuttaqin, Crypto Analyst Reku, menilai lesunya harga Bitcoin disebabkan perubahan outlook suku bunga Amerika Serikat (AS) yang memperkuat nilai tukar dolar AS.

Sikap The Fed yang tetap konsisten agar perekonomian dapat mencapai target inflasi di 2% membuat situasi suku bunga tinggi saat ini berpotensi terjadi hingga beberapa bulan ke depan. "Kondisi tersebut membuat dolar AS menjadi instrumen yang relatif menarik untuk menyimpan nilai aset para investor, sehingga investor cenderung memilih instrumen yang lebih aman dan menghasilkan return yang cukup tinggi dibandingkan aset kripto," ujar Fahmi, dalam keterangan tertulis.

Perubahan prospek suku bunga acuan The Fed pasca pertemuan FOMC pada 12 Juni juga terlihat pada ETF Bitcoin spot yang membukukan arus keluar (netflow negatif) selama empat hari berturut-turut, mulai 13 Juni hingga 18 Juni. Sebelumnya, ETF Bitcoin sempat membukukan rekor netflow positif beruntun selama 19 hari.

Menurut data Coinglass, ETF Bitcoin spot mengalami arus keluar total senilai US$878,9 juta (Rp 14,5 triliun) dalam tujuh hari perdagangan terakhir. Namun, meningkatnya jumlah likuiditas di AS mengindikasikan potensi aliran dana yang signifikan ke pasar kripto apabila tren penurunan suku bunga mulai terjadi.

Fahmi menyebut hal itu dapat dilihat dari data M2 yang memaparkan kondisi jumlah uang yang beredar dalam perekonomian, yang mencakup aset yang relatif mudah dokonversi menjadi uang tunai (likuid). Ketersediaan likuiditas yang meningkat berpotensi berdampak pada pasar kripto ketika situasi suku bunga mulai berbalik.

"Apabila tren kenaikan likuiditas M2 yang telah terjadi sejak Februari kemudian berlanjut di saat pasar terkonsolidasi atau bahkan bearish imbas situasi suku bunga tinggi, gelombang dana masuk yang akan terjadi di pasar kripto berpotensi sangat besar ketika kebijakan dovish mulai diambil," ujar Fahmi.

Altcoin Menguat di Saat Bitcoin Lemah

Pada saat Bitcoin melemah, sejumlah aset kripto yang sering disebut sebagai alternative coin (altcoin) justru menguat. Berdasarkan CoinMarketCap, Ripple (XRP) naik 2% ke level US$0,48 (Rp 7.891,68). Sementara itu, koin meme Brett (Based) menghijau 4%. Koin Lido DAO (LDO) juga naik 3,36%.

Menurut indikator CryptoQuant, yang menghitung 180 days moving average terhadap perbedaan rasio MVRV atau rasio untuk mengetahui kapan harga aset berada di atas maupun di bawah nilai wajar, menunjukkan saat ini merupakan fase awal altseason. Pada periode ini, altcoin biasanya cenderung menunjukkan kinerja yang lebih baik daripada Bitcoin.

Fahmi menilai kondisi ini bisa dimanfaatkan oleh para investor yang berminat dengan altcoin untuk berinvestasi di aset kripto potensial selain Bitcoin. Namun sebelum memilih altcoin, investor perlu melihat dari kekuatan inovasi dan teknologinya. "Apakah altcoin tersebut akan membawa nilai baru yang unik yang mungkin akan diapresiasi oleh para investor aset kripto," ujar Fahmi.

Selain itu, perlu diperhatikan nilai merek atau popularitas serta seberapa besar komunitas dari aset kripto tersebut. Hal ini penting karena akan memengaruhi kekuatan pasar dari token maupun produk yang dikembangkan.

Fahmi juga berpesan agar investor memilih platform investasi yang terdaftar di Bappebti dan benar-benar serius memprioritaskan keamanan penggunanya. Ia mencontohkan Reku yang memastikan setiap koin yang dicatatkan (listing) sesuai dengan regulasi Peraturan Bappebti No 11 Tahun 2022 tentang Penetapan Aset Kripto dan memiliki hasil penilaian dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).

Reku juga melakukan proses uji tuntas internal yang ketat oleh tim Crypto Research Reku. Uji tuntas ini berfokus pada keamanan dan kelayakan sebuah aset kripto sebelum mendaftarkan koin. "Dengan begitu, investor juga bisa lebih aman dan nyaman dalam berinvestasi," ujarnya.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...