Reku: Bitcoin Berpotensi Reli di Tengah Konflik Timur Tengah
Prospek Bitcoin pada bulan Oktober masih dibayangi konflik di Timur Tengah dan ketidakpastian terhadap perekonomian Amerika Serikat (AS). Reku memprediksi Bank Sentral AS (The Fed) masih berpotensi menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25-50 basis poin pada pertemuan 6-7 November, yang bisa menjadi katalis bagi reli Bitcoin.
Fahmi Almuttaqin, Crypto Analyst Reku, mengatakan ketegangan yang terjadi di Timur Tengah, pemogokan pekerja pelabuhan di AS, dan dampak badai Helene telah memicu meningkatnya kekhawatiran investor terhadap prospek ekonomi AS. Peristiwa-peristiwa tersebut meningkatkan ketidakpastian inflasi AS yang sempat diproyeksikan akan mencapai target lebih cepat.
"Kemungkinan kembali naiknya inflasi menjadi perhatian utama investor saat ini. Hal tersebut berpotensi membuat The Fed menahan tren penurunan suku bunga yang telah dimulai September lalu," kata Fahmi dalam keterangan tertulis, akhir pekan lalu.
Pada pertemuan tahunan National Association for Business Economics (NABE) di Nashville, AS, Gubernur The Fed Jerome Powell sempat memaparkan pandangannya terkait kondisi ekonomi AS yang solid. "Sektor tenaga kerja dengan indikator seperti angka pengangguran dan partisipasi angkatan kerja menunjukkan tren yang semakin stabil, meskipun pertumbuhan lapangan pekerjaan melambat," ujar Powell. Ia juga menyebut inflasi telah mereda secara signifikan dengan tingkat inflasi inti di angka 2,7%.
Namun, perkembangan positif yang disampaikan Powell menghadapi tantangan yang serius. "Konflik di Timur Tengah dapat memicu guncangan harga minyak, yang berpotensi meningkatkan kembali kekhawatiran terhadap meningkatnya inflasi," kata Fahmi. Selain itu, kerusakan akibat badai Helene yang diperkirakan mencapai US$160 miliar (Rp 2.506,4 triliun) berpotensi memengaruhi belanja konsumen di wilayah Tenggara AS. Pemogokan sementara di pelabuhan juga menambah kekhawatiran terhadap gangguan rantai pasokan.
Meskipun demikian, Fahmi menilai The Fed masih berpotensi kembali menurunkan suku bunga sebesar 25-50 basis poin pada pertemuan 6-7 November mendatang. Pasalnya, dampak negatif dari perkembangan yang ada termasuk ketegangan di Timur Tengah masih sangat mungkin untuk diminimalisasi.
Pasar kripto secara historis cenderung mengalami tren positif dengan reli yang cukup kuat pascapemilihan presiden (Pilpres) AS. Setelah Pilpres AS pada 3 November 2020, harga Bitcoin melejit dari level US$13.000 (Rp 203,64 juta) hingga hampir mendekati US$30.000 (Rp 469,9 juta) pada akhir Desember 2020 sebelum melanjutkan reli hingga mendekati level US$70.000 (Rp 1,09 miliar) pada 2021.
"Kami melihat situasi saat ini tidak terlalu jauh berbeda bagi Bitcoin dan pasar kripto secara umum," ujar Fahmi.
Pilpres AS dan Pertemuan The Fed Jadi Momentum yang Krusial
Pilpres AS akan berlangsung pada 5 November mendatang. Hal ini akan diikuti dengan pertemuan pejabat The Fed untuk menentukan kebijakan suku bunga pada 6-7 November. Kedua peristiwa ini akan menjadi momentum krusial yang memengaruhi dinamika pasar kripto, baik di sisi tahun ini maupun tahun depan.
"Jika Pemilu AS berlangsung dengan baik dan The Fed memutuskan untuk menurunkan suku bunga pada pertemuan tersebut, reli utama fase bullish kali ini mungkin akan terjadi setelah kedua peristiwa itu," ujar Fahmi.
Di tengah potensi bullish tersebut, Reku mengimbau investor untuk tetap mengambil keputusan yang cermat dan tidak tergesa-gesa. "Investor bisa menabung rutin dan memantau kondisi pasar secara reguler," ujarnya.
Ia menyebut investor saat ini lebih mudah berinvestasi pada sejumlah aset kripto unggulan (blue chips) sekaligus dengan sekali geser. Hal itu bisa dilakukan melalui fitur Pacs di Reku yang menyediakan Crypto Blue Chip dengan komposisi aset-aset kripto dengan kapitalisasi teratas, seperti Bitcoin, Ethereum, Solana, dan beberapa aset lainnya.
Fitur tersebut dapat dimanfaatkan oleh investor jangka panjang yang memiliki preferensi berinvestasi ke aset kripto dengan likuiditas tinggi dan reputasi yang kuat. "Dengan begitu, investor dapat mendiversifikasi portofolionya ke aset kripto potensial dengan lebih mudah dan risiko terukur," kata Fahmi.