Laba JP Morgan dan Wells Fargo Lampaui Ekspektasi, Konsumsi Warga AS Masih Kuat
JPMorgan Chase JPM.N dan Wells Fargo WFC.N mencatatkan kinerja pendapatan yang masih kuat pada kuartal ketiga tahun ini di tengah kekhawatiran pelemahan ekonomi. Kedua bank raksasa AS ini juga memastikan pengeluaran konsumen AS masih solid.
JPMorgan Chase dan Wells Fargo sama-sama membukukan penurunan laba pada kuartal ketiga tahun ini dibandingkan tahun lalu. Namun, penurunan tersebut ternyata lebih kecil dibandingkan yang telah diperkirakan para analis. Kinerja yang lebih baik dari harapan pada investor ini pun disambut dengan kenaikan saham JP Morgan mencapai 4,4% dan Wells Fargo sebesar 5,61%.
Laba JP Morgan turun 2% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi US$12,9 miliar, sedangkan pendapatan naik 6% menjadi US$43,32 miliar. Pendapatan bunga bersih naik 3% menjadi $23,5 miliar, melampaui estimasi investor sebesar US$22,73 miliar.
Wells Fargo juga mencatatkan laba turun dari US$ 5,77 miliar menjadi US$ 5,11 miliar. Laba per saham turun dari US$ 1,42 menjadi US$ 1,48. Meski turun, kinerja tersebut lebih baik dibandingkan ekspektasi investor yang memperkirakan penurunan menjadi US$ 1,27 per saham.
Mengutip Barron's, kinerja kedua bank ini menjadi perhatian para investor. Dari sisi aset, JP Morgan menempati posisi pertama sebagai bank terbesar di AS, sedangkan Wells Fergo berada di posisi ketiga.
Investor juga menanti kinerja bank besar AS lainnya, yakni Bank of America dan Citigroup yang biasanya dapat menggambarkan kondisi kesehatan konsumen dan aktivitas perusahaan di negara tersebut. Keduanya akan merilis kinerja pada pekan depan.
Keempat bank tersebut memiliki banyak pengaruh di banyak sektor ekonomi global dan melacak pola pengeluaran. Wells Fargo dan JPMorgan bersama-sama mewakili hampir seperempat dari keseluruhan simpanan nasabah AS.
Lantas, apa yang sebenarnya digambarkan oleh kinerja kedua bank raksasa ini?
Mengutip Reuters, kedua eksekutif JP Morgan dan Wells Fargo menilai, kinerja pengeluaran konsumen AS masih solid meski ada tanda-tanda inflasi yang tinggi beberapa waktu terakhir.
"Secara keseluruhan, kami melihat pola pengeluaran cukup solid," kata Jeremy Barnum, kepala keuangan JPMorgan.
Namun, Barnum menjelaskan, pengeluaran konsumen AS telah kembali normal dari lonjakan pascapandemi ketika warga Amerika berfoya-foya untuk bepergian dan makan di luar.
Kepala Keuangan Wells Fargo, Michael Santomassimo juga menekankan bahwa pengeluaran pada kartu kredit dan debit masih cukup solid, meski sedikit menurun dibandingkan awal tahun ini.
Bank melaporkan volume pembelian dan transaksi kartu debit naik hampir 2% secara tahunan, sedangkan transaksi kartu kredit naik 10%. Di JPMorgan, transaksi kartu debit dan kredit naik 6% secara tahunan.
Di sisi lain, kinerja pinjaman tercatat lesu. "Permintaan pinjaman masih hampir tidak ada,” tulis analis Piper Sandler yang dipimpin oleh Scott Siefers dalam sebuah laporan, seperti dikutip dari Barron's.
Orang-orang tidak mengajukan pinjaman baru karena suku bunga tetap tinggi. Ini merupakan tanda bahwa konsumen ragu untuk mengambil utang bar atau memilih untuk menunggu The Federal Reserve menurunkan suku bunga lebih lanjut.
Permintaan pinjaman melemah meskipun para eksekutif dari kedua bank mengatakan konsumen dalam kondisi yang solid dan tidak melihat tren kualitas kredit mengkhawatirkan "Tingkat pertumbuhan dan pengeluaran dari tahun ke tahun, baik kredit maupun debit, mungkin turun sedikit dari apa yang kita lihat di awal tahun, tetapi masih cukup solid," Michael Santomassimo, kepala keuangan Wells Fargo, .
Jeremy Barnum, kepala keuangan JPMorgan, mengatakan bahwa meskipun tingkat penghapusan tagihan bersih kartu kredit meningkat dari tahun lalu, kinerja konsumen masih baik.