Rupiah Diprediksi Tertekan Isu Pemangkasan Suku Bunga The Fed
Sejumlah ekonom memprediski rupiah tidak akan melanjutkan penguatan pada hari ini, Jumat (1/11) terhadap dolar AS. Hal itu dikarenakan data ekonomi Amerika Serikat yang terpantau positif.
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, mengatakan rilis data indikator inflasi AS semalam dan Core PCE Price Index secara tahunan menunjukkan hasil yang positif.
"Angka kenaikan di atas ekspektasi pasar, 2,7% versus 2,6%," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Jumat (1/11).
Ariston mengatakan data initial jobless claim mingguan AS juga menunjukkan tunjangan pengangguran yang lebih rendah dari ekspektasi. Data initial jobless claim mingguan AS dibandingkan perkiraan menunjukan 216 ribu versus 229 ribu.
"Kedua data ini menunjukan kondisi ekonomi AS yang masih solid dan bisa mendorong The Fed tidak memangkas suku bunga acuannya dulu," ujar Ariston.
Ariston menilai, hasil itu bisa mendorong pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Ariston memproyeksikan ada potensi pelemahan rupiah ke arah Rp 15.750 per dolar AS pada hari ini dengan potensi support di sekitar Rp 15.680 per dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg pagi ini pukul 09.05 WIB, rupiah berada pada level Rp 15.710 per dolar AS. level tersebut meningkat 12,50 poin atau 0,08% dibandingkan penutupan sebelumnya.
Senada dengan Ariston, analais komoditas dan mata uang, Lukman Leong memperkirakan rupiah akan berkonsolidasi terhadap dolar AS. Hal itu dengan kecenderungan melemah terbatas setelah data klaim pengangguran AS yang lebih kuat dari perkiraan.
"Namun investor cenderung wait and see menantikan data inflasi Indonesia siang ini dan pekerjaan non farm payroll AS malam ini. Rupiah berkisar pada level Rp 15.650 per dolar AS hingga Rp 15.750 per dolar AS," kata Lukman.