Bitcoin Jatuh ke Level Terendah sejak November 2024
Bitcoin melanjutkan penurunan hingga menyentuh level terendah sejak November 2024, diperdagangkan di level US$ 91.600 (Rp 1,48 miliar).
Penurunan mata uang kripto ini terjadi setelah Bitcoin naik ke rekor tertinggi sepanjang masa setelah kemenangan Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada awal November. Bitcoin pertama kali melewati angka US$ 100.000 (Rp 1,6 miliar) pada awal Desember kemudian melampaui US$ 108.000 (Rp 1,75 miliar). Kenaikan mata uang kripto terbesar di dunia ini juga memicu lonjakan saham-saham yang berhubungan dengan kripto.
Trump dipandang sebagai anugerah bagi industri kripto, yang telah berada di bawah pengawasan ketat dari Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) yang dipimpin oleh Gary Gensler selama pemerintahan Biden. Pengawasan ketat SEC bertujuan untuk mengurangi penipuan yang terkait dengan sektor kripto. November lalu, Gensler mengumumkan ia akan mengundurkan diri pada bulan ini ketika Trump dilantik sebagai Presiden AS.
Trump mencalonkan Paul Atkins yang ramah terhadap kripto untuk memimpin Komisi Sekuritas dan Bursa AS, menggantikan Gensler. Trump juga menunjuk mantan CEO PayPal David Sacks untuk menjadi Kepala Kripto dan Kecerdasan Buatan (AI) Gedung Putih.
Anthony Scaramucci, seorang investor kripto yang bekerja di pemerintahan pertama Trump, memperingatkan investor tidak boleh terlalu bersemangat terhadap perubahan langsung dari Kongres yang paling bersahabat dengan kripto sepanjang sejarah.
“Saya hanya akan memperingatkan orang-orang, jika Anda berpikir pada 20 Januari, sebuah perubahan akan terjadi dan semuanya akan menjadi lebih baik untuk bitcoin dan komunitas aset digital, itu bukanlah cara kerja Washington,” kata Scaramucci kepada Yahoo Finance pada Desember lalu.
Reli Bitcoin Kehabisan Tenaga Jelang Pelantikan Trump
Seperti yang dilaporkan Yahoo Finance pada akhir 2024, para penggemar kripto tidak melihat reli ini akan berakhir dalam waktu dekat. Sementara itu, para skeptis memperingatkan bahwa kenaikan pesat kripto selama setahun terakhir dapat mengakibatkan kejatuhan lain seperti yang terjadi pada tahun 2022.
Namun menjelang pelantikan Trump, reli kripto telah kehilangan kekuatannya. Bitcoin turun sekitar 6% dari level minggu lalu, memulai penurunannya pada hari Senin (6/1) karena data ekonomi AS memicu kekhawatiran inflasi. Menurut laporan Bloomberg, para investor menarik lebih dari US$ 580 juta (Rp 9,4 triliun) dari ETF Bitcoin AS, pada Rabu (8/1).
Saham-saham yang terkait dengan kripto sebagian besar mencerminkan penurunan Bitcoin. Harga saham MicroStrategy (MSTR), perusahaan peranti lunak yang mengoleksi Bitcoin, telah turun 12,7% sejak Senin (6/1). Harga saham Coinbase (COIN) juga telah turun 9,6% dalam kurun waktu tersebut.