Perusahaan Kripto Tether Bakal Pindahkan Kantor Pusat ke El Salvador
Perusahaan mata uang kripto Tether berencana untuk memindahkan kantor pusatnya ke El Salvador. CEO Tether Paolo Ardoino mengatakan para pendiri stablecoin terbesar di dunia itu ingin memanfaatkan upaya negara Amerika Tengah itu untuk menjadi pusat perdagangan kripto.
Tether muncul sebagai kekuatan dominan di pasar stablecoin yang sedang berkembang pesat. Stablecoin dirancang untuk mempertahankan nilai konstan dengan dipatok ke mata uang tradisional dan menawarkan cara kepada pengguna untuk memindahkan uang antar-mata uang kripto tanpa terpapar perubahan harga.
Ardoino mengatakan Tether akan pindah ke El Salvador setelah perusahaan kripto tersebut mendapatkan lisensi di sana sebagai penyedia layanan aset digital. Ardoino dan rekan-rekannya sesama manajer dan pendiri Tether juga akan memindahkan tempat tinggal mereka ke El Salvador. Sebelumnya, perusahaan ini didirikan di British Virgin Islands.
“Kepindahan ke El Salvador ini akan menjadi yang pertama kalinya kami akan memiliki kantor pusat secara fisik,” kata Ardoino kepada Reuters, Selasa (14/1).
Namun, tidak semua karyawan perusahaan akan pindah ke sana. Tether memiliki lebih dari 100 karyawan dan banyak staf yang bekerja secara jarak jauh. Perusahaan berencana mempekerjakan 100 orang tenaga kerja lokal dari El Salvador selama beberapa tahun ke depan.
Pasar stablecoin yang berkembang pesat membuat para regulator khawatir cadangan stablecoin yang terus bertambah akan mengekspos sistem keuangan yang lebih luas ke risiko yang lebih besar. Pasalnya, stablecoin bertindak sebagai jembatan antara dunia kripto dan pasar keuangan utama.
Tether telah menghadapi pertanyaan seputar cadangannya dan tidak sepenuhnya mengungkapkan di mana mereka disimpan atau dalam bentuk apa. Perusahaan tersebut mengatakan sebagian besar stablecoin-nya didukung oleh cadangan mata uang tradisional yang disimpan di pialang Wall Street, Cantor Fitzgerald.
CEO Cantor Fitzgerald, Howard Lutnick, dinominasikan untuk mengepalai Departemen Perdagangan AS di bawah Presiden terpilih Donald Trump.
“Jadi kami memiliki likuiditas di bank lain, tetapi sebagian besar, sebagian besar T-Bills ada di Cantor,” kata Ardoino.
Ambisi El Savador Jadi Pusat Kripto Dunia
Tahun lalu, Tether mengungkapkan mereka akan meningkatkan pemantauan tentang bagaimana tokennya digunakan untuk memerangi keuangan ilegal.
Ketika ditanya apakah Tether telah mempertimbangkan lokasi alternatif untuk kantor pusatnya, Ardoino mengatakan mereka tidak memiliki lisensi untuk beroperasi di Uni Eropa dan mengesampingkan Amerika Serikat untuk saat ini.
“Masih terlalu dini untuk memprediksi kemungkinan perubahan yang mungkin diterapkan di bawah pemerintahan Trump," kata Ardoino.
Kemenangan Trump pada pemilu AS November lalu memicu rekor kenaikan harga mata uang kripto. Sang calon presiden dari Partai Republik ini telah berjanji untuk memperkenalkan lingkungan regulasi yang lebih ramah terhadap mata uang kripto. Trump juga mengatakan bahwa ia berencana untuk membuat cadangan strategis Bitcoin AS.
El Salvador berusaha menjadi pusat perdagangan mata uang digital. Tiga tahun lalu Presiden Nayib Bukele menjadikannya negara pertama yang menjadikan Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah, di samping dolar.
“Selamat datang di rumah,” tulis Bukele di platform media sosial X dalam menanggapi pengumuman Tether.
Dalam postingan terpisah pada Senin (13/1), Bukele meminta CEO Rumble, Chris Pavlovski, untuk mempertimbangkan memindahkan kantor pusat platform berbagi video ke El Salvador.
Beberapa hari sebelumnya, perusahaan ini mengumumkan perjanjian layanan cloud dengan pemerintah Bukele.
Menurut data CoinGecko, token Tether (USDT) menyumbang sekitar dua pertiga dari stablecoin senilai US$ 212 miliar (Rp 3.448 triliun) yang beredar di dunia.