LPI Buka Pintu Investor Masuk ke 3 Proyek Infrastruktur dan Saham BUMN
Pemerintah fokus mengundang investor untuk pengembangan proyek-proyek infrastruktur, dalam dua tahun pertama pendirian Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau SWF Indonesia. Ini tercantum dalam peta jalan (roadmap) LPI jangka tiga hingga lima tahun ke depan.
"Kami fokus pada aset infrastruktur, seperti jalan tol, bandara, dan pelabuhan," kata Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo dalam Mandiri Investment Forum 2021, Rabu (3/2).
Tiko, sapaan akrab Kartika mengatakan pemerintah ingin menggunakan kesempatan ini untuk meningkatkan kualitas aset dan memperluas kapasitas dengan mitra global untuk penciptaan nilai tambah pascapandemi Covid-19. Pandemi, membuat banyak sektor usaha melemah, termasuk transportasi, baik bandara maupun pelabuhan.
Menurutnya, bandara dan pelabuhan akan menjadi sektor yang sangat menarik dalam jangka menengah, karena lalu lintas penerbangan dan pelayaran domestik yang mulai kembali tinggi. Ia yakin pemulihan lalu lintas di bandara domestik akan lebih cepat dibandingkan dengan bandara hub internasional.
Tidak hanya di sektor infrastruktur, LPI juga bisa menjadi sarana investor untuk melakukan investasi saham di BUMN. Salah satunya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), gabungan tiga bank syariah BUMN yang baru saja diresmikan awal Februari 2021 ini.
Tiko mengatakan BSI membutuhkan peningkatan modal yang signifikan dalam jangka menengah untuk mendukung operasionalnya. Pemerintah mendorong bank ini melakukan penambahan modal melalui skema hak memesan efek terlebih dahulu alias rights issue.
"Kami akan sangat terbuka untuk bekerja sama dengan investor yang ingin mengambil block seed di BSI ke depannya" katanya.
Selain bank, Kementerian BUMN juga berencana untuk mengajak investor global untuk berinvestasi pada saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM). Investasi dilakukan melalui anak usaha Telkom yang tengah mempersiapkan pencatatan perdana saham alias initial-public offering (IPO).
Saat ini Telkom tengah melakukan restrukturisasi perusahaan. Kementerian BUMN mendorong Telkom untuk melakukan pemisahan anak usaha alias spin off. "Ini bisa menjadi peluang yang baik jangka menengah hubungannya dengan LPI dan Telkom. Juga mengembangkan infrastruktur digital dan juga bisnis konsumer," kata Tiko.
Salah satu anak usaha Telkom yang tengah dipersiapkan untuk melantai di Bursa Efek Indonesia adalah PT Dayamitra Telekomunikasi alias Mitratel. Perusahaan ini bergerak di sektor bisnis menara telekomunikasi, dimana baru saja menandatangani perjanjian untuk membeli 6.050 menara milik Telkomsel senilai Rp 10,3 triliun.
Tiko menjelaskan, pemerintah juga memiliki tiga perusahaan modal ventura (venture capital) yang bisa digunakan oleh investor melakukan investasi ke perusahaan startup teknologi melalui LPI. "Bisa berinvestasi di kedua aset yang digerakkan BUMN seperti LinkAja," ujarnya.
Dalam rencana jangka panjang pendirian SWF, pemerintah juga ingin mengundang lebih banyak investasi ke sektor yang lebih luas lagi. Tiko mengatakan, sektor kesehatan dan konsumen, bisa menjadi pilihan investor ke depannya.