Pertama Kali Sejak 1998, Kredit BCA Tahun 2020 Turun 2,5%

Image title
8 Februari 2021, 18:54
kinerja BCA, bca, laba bca, pendapatan bca, kredit bca, rekor kredit bca, kredit bca turun
Arief Kamaludin|Katadata
BCA

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatatkan total kredit senilai Rp 581,85 triliun sepanjang 2020, atau turun hingga 2,5% dibandingkan 2019. Kondisi ini belum pernah terjadi dalam 23 tahun terakhir atau sejak 1998.

"Dari 1998, kami tidak pernah negatif growth, tidak pernah (minus) outstanding-nya. Rata-rata masih positif, tapi outstanding harus sesuai fakta bahwa negatif 2,5%," kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja dalam paparan kinerja 2020, Senin (8/2).

Tercatat, seluruh sektor kredit BCA tumbuh negatif pada 2020, kecuali sektor korporasi. Sementara, sektor komersial, konsumer, dan syariah tercatat mengalami pertumbuhan negatif.

Jahja mengakui, pertumbuhan kredit pada sektor korporasi bisa terjadi karena permintaan yang masih cukup besar. Sehingga sepanjang 2020, outstanding credit kepada korporasi senilai Rp 255,12 triliun atau tumbuh 7,7% dibandingkan akhir tahun sebelumnya.

Jahja mengatakan kredit ke segmen korporasi sebenarnya masih bisa lebih besar lagi. Sayangnya, beberapa BUMN seperti Pertamina, Kereta Api Indonesia (KAI), Permodalan Nasional Madani (PNM), Bank Tabungan Negara (BTN, dan beberapa Bank Pembangunan Daerah melakukan pengembalian alias repayment pada akhir tahun.

"Kelihatannya mereka kebanjiran uang, sehingga mereka mengembalikan di ujung tahun," kata Jahja menjelaskan.

Kredit segmen konsumer BCA juga tercatat mengalami penurunan hingga 10,8% secara tahunan menjadi Rp 141,17 triliun. Penurunan terjadi, baik pada kredit kendaraan bermotor (KKB) yang turun 22,6% menjadi Rp 36,86 triliun, maupun kredit pemilikan rumah (KPR) yang turun 3,7% menjadi Rp 90,15 triliun.

Jahja menceritakan, biasanya BCA mampu menyalurkan KKB senilai Rp 2,5 triliun per bulan. Tapi pada April 2020, BCA hanya mampu menyalurkan Rp 90 miliar saja. Bulan-bulan berikutnya, KKB mampu tumbuh tapi hanya sekitar Rp 200-400 miliar saja. "Menyedihkan sekali," kata Jahja.

Sepanjang 2020, BCA mampu menyalurkan kredit roda empat senilai Rp 35,38 triliun atau mengalami penurunan hingga 22,1%. Sedangkan pada roda dua, mengalami penurunan hingga Rp 1,48 triliun atau turun 32,3%.

Demikian juga terjadi pada KPR, dimana biasanya BCA mampu menyalurkan senilai Rp 2,5 triliun setiap bulan, namun sejak adanya pandemi Covid-19, penyaluran KPR anjlok hanya sekitar Rp 800 miliar sampai Rp 1 triliun per bulan.

Pada akhir tahun, penyaluran kredit konsumer sebenarnya mulai mengalami pertumbuhan, setelah BCA mengadakan expo secara virtual. BCA berhasil menyalurkan KKB hingga di atas Rp 1 triliun per bulan, sedangkan KPR bisa ditingkatkan menjadi Rp 1,4 triliun per bulan.

"Meski sudah mampu menciptakan kredit baru Rp 1 triliun lebih, repayment-nya lebih dari Rp 2 triliun per bulan. Jadi tetap saja minus. Ujung tahun, akhirnya consumer loan tetap minus 10%," kata Jahja.

Sementara itu, BCA mampu menyalurkan kredit pada sektor komersial dan UKM senilai Rp 186,8 triliun pada 2020, turun 7,9% dari setahun sebelumnya. Sementara, pembiayaan syariah tahun lalu senilai Rp 5,56 triliun, turun 1,3% secara tahunan.

BCA pun menargetkan kredit pada 2021 mampu tumbuh antara 4-6%. Jahja optimis karena turunnya kredit tahun lalu, bukan disebabkan masalah makro ekonomi seperti perang dagang atau anjloknya ekspor.

"Utamanya karena Covid-19 yang menyebabkan mobilitas masyarakat berkurang. Restoran tutup, daerah wisata, hotel, pasar, dan semua aktivitas ekonomi tutup," kata Jahja.

Laba Bersih BCA Anjlok 5%

Bank swasta terbesar di Indonesia ini mampu mencatatkan laba bersih senilai Rp 27,13 triliun sepanjang 2020. Sayangnya, catatan laba bersih tersebut turun hingga 5% dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya senilai Rp 28,56 triliun.

Padahal, sepanjang tahun lalu, BCA mampu mengantongi pendapatan bunga bersih senilai Rp 54,54 triliun atau mengalami kenaikan 7,3% dibanding tahun sebelumnya. Selain itu, BCA juga mampu menurunkan beban operasi yang mengikis profitabilitas, sebesar 3,1% menjadi hanya Rp 29,33 triliun.

Sayangnya, BCA melakukan pencadangan alias provisi senilai Rp 11,6 triliun pada 2020. Nilai provisi tersebut membengkak 152,3% dibandingkan 2019 yang hanya Rp 4,59 triliun. Padahal, BCA mampu mengantongi laba sebelum provisi senilai Rp 45,42 triliun atau tumbuh 11,2% secara tahunan.

Sepanjang 2020, BCA mampu menghimpun dana pihak ketiga (DPK) senilai Rp 840,75 triliun atau mampu tumbuh 19,3% secara tahunan. Mayoritas DPK tersebut, berasal dari dana murah alias CASA dengan porsi mencapai 76,6%.

Karena DPK yang meningkat tajam namun penyaluran kredit dilakukan secara lebih hati-hati di tengah pandemi, likuiditas BCA mengalami pelonggaran. Terlihat dari rasio kredit terhadap simpanan alias loan to deposit ratio (LDR) yang ada di level 65,8%, melonggar dari 2019 yang di level 80,5%.

Rasio lainnya yang tercatat adalah kualitas kredit (bank only) yang terlihat dari kredit seret alias non-performing loan (NPL). Pada 2020, NPL BCA tercatat di level 1,8%, naik dibandingkan periode yang sama sebelumnya yang ada di level 1,3%.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...