Tahun Lalu Jual Menara, Laba Bersih XL Axiata Kuartal I Merosot 79%
PT XL Axiata Tbk (EXCL) membukukan laba bersih senilai Rp 320,51 miliar pada kuartal I 2021 atau merosot hingga 78,91% dibanding raihan keuntungan bersih periode yang sama tahun lalu senilai Rp 1,51 triliun. Apa penyebabnya?
Salah satu penyebab laba bersih XL Axiata terlihat menurun, karena tahun lalu perusahaan mendapat keuntungan besar dari transaksi penjualan menara, sedangkan tahun ini tidak ada transaksi sejenis.
Pada Februari 2020, XL Axiata memang merampungkan transaksi penjualan sebanyak 2.782 menara kepada dua perusahaan. Sebanyak 1.728 unit dilepas kepada PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) dan sebanyak 1.054 unit kepada PT Centratama Menara Indonesia (CMI).
Presiden Direktur XL Axiata Dian Siswarini XL Axiata mengatakan pihaknya bersyukur dengan pencapaian kinerja keuangan saat ini, meski kompetisi industri telekomunikasi masih ketat, serta daya beli masyarakat yang belum pulih akibat pandemi Covid-19.
"Perusahaan terus menjaga profitabilitas dengan terus fokus mengembangkan operasional bisnis dan digitalisasi di berbagai lini. Upaya peningkatan efisiensi bisnis juga dilakukan, serta meluncurkan produk yang sesuai kebutuhan pelanggan," ujar Dian dalam keterangan tertulis, Selasa (27/4).
Penyebab lain laba bersih perseroan lesu adalah pendapatan yang mengalami penurunan. Berdasarkan laporan keuangan yang diunggah di keterbukaan informasi, Selasa (27/4), pendapatan XL Axiata pada kuartal I 2021 tercatat senilai Rp 6,24 triliun, turun 3,85% dari kuartal I 2020 yang sebesar Rp 6,49 triliun.
Pendapatan emiten telekomunikasi ini dalam tiga bulan pertama 2021 masih ditopang oleh bisnis data. Pasalnya, bisnis tersebut mampu mendatangkan pendapatan senilai Rp 5,21 triliun atau naik tipis 0,19% dari periode sama tahun lalu Rp 5,20 triliun.
Sementara itu, bisnis non-data XL menurun signifikan 28,56% dan hanya mengantongi pendapatan Rp 574,29 miliar dri raihan sebelumnya Rp 803,84 miliar.
Di sisi lain, dua komponen beban yang menggerus profitabilitas dengan nilai cukup besar, malah mengalami penurunan pada kuartal I 2021. Pertama, beban penyusutan menjadi Rp 2,41 triliun atau turun 6,75% dari periode yang sama tahun lalu senilai Rp 2,59 triliun. Kedua, beban infrastruktur senilai Rp 1,97 triliun atau turun 2,81% dari sebelumnya senilai Rp 2,03 triliun.
Perbedaan mencolok terjadi pada pos keuntungan dari pemanfaatan menara. Pada kuartal pertama tahun ini, XL Axiata hanya mencatatkan penjualan dan sewa balik menara sebesar Rp 101,43 miliar, sedangkan pada kuartal I 2020 mendapatkan keuntungan senilai Rp 1,62 triliun.
Keuntungan dari penjualan dan sewa balik menara masuk dalam pos beban. Sehingga, dengan adanya transaksi pada awal tahun lalu, maka total beban XL Axiata meningkat 22,94% menjadi Rp 5,31 triliun dari sebelumnya Rp 4,32 triliun. Tentu hal ini membuat sisa profitabilitas XL Axiata turun signifikan.
Setelah itu, sisa profitabilitas tersebut dipotong biaya keuangan yang senilai Rp 575,51 miliar, turun 12,46% dari Rp 657,44 miliar. Lalu, harus dipotong lagi dengan beban pajak penghasilan senilai Rp 68,92 miliar, naik 165,25% dari sebelumnya Rp 25,98 miliar.