IPO Bukalapak Tawarkan 25% Saham, Ini Rincian Kinerja Terbarunya
PT Bukalapak.com menargetkan bisa melepas 25% saham ke publik dalam proses penawaran perdana saham atau initial public offering (IPO). Calon emiten sektor perdagangan elektronik (e-commerce) afiliasi PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) ini diperkirakan tercatat di papan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 29 Juli 2021.
Hal itu terungkap dalam dokumen paparan mini expose yang didapatkan Katadata.co.id. Dalam materi tersebut, Bukalapak menyampaikan kondisi bisnis dan keuangan terbarunya sampai akhir 2020.
Bukalapak mencatat total nilai proses bisnis atau total processing value (TPV) sepanjang 2020 mencapai Rp 85,08 triliun atau meningkat hingga 48,25% dari Rp 57,39 triliun pada 2019. Capaian tersebut didominasi oleh transaksi dari kota-kota di luar tier 1 yang mencapai 70%.
Total jumlah transaksi pengguna Bukalapak pada 2020 mencapai 16,6 juta, dimana tumbuh 22% dibandingkan 2019 yang sebanyak 13,6 juta. Sementara jumlah transaksi mitra pada 2020 mencapai 3,6 juta atau naik 125% dari 2019 sebanyak 1,6 juta.
Adapun nilai transaksi rata-rata di Bukalapak secara keseluruhan sepanjang 2020 tercatat senilai Rp 163.573 atau meningkat hingga 105% dari Rp 79.106 pada 2019. Nilai tersebut berasal dari rata-rata nilai transaksi di marketplace Rp 199.045 dan dari mitra Rp 108.521.
Bukalapak mampu membukukan pendapatan senilai Rp 1,35 triliun sepanjang 2020 atau naik 25,56% dari Rp 1,07 triliun pada 2019. Jika menyertakan pendapatan 2018 senilai Rp 292 miliar, tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR) mencapai 115%.
Mayoritas pendapatan Bukalapak pada 2020 berasal dari segmen marketplace mencapai Rp 1,03 triliun naik 41,18% dari Rp 731 miliar pada 2019. Pendapatan segmen ini utamanya berasal dari komisi yang dihasilkan dari penjualan oleh pedagang produk fisik dan penjualan oleh mitra produk virtual di platform Bukalapak.
"Juga termasuk pengeluaran pemasaran oleh pedagang, yang dapat membeli iklan yang diarahkan pada pengguna dan penempatan prioritas produk mereka," kata manajemen Bukalapak dalam bahan paparan dikutip, Rabu (22/6).
Selain itu, pendapatan dari segmen marketplace juga berasal dari logistik. Pendapatan ini berasal dari layanan pemenuhan yang ditawarkan kepada pedagang dan didorong oleh jumlah transaksi karena biaya logistik biasanya tetap.
Pendapatan Bukalapak juga berasal dari segmen mitra dimana nilainya mencapai Rp 199 miliar. Nilai tersebut tercatat mengalami peningkatan hingga 169% dari Rp 74 miliar pada 2019.
Pendapatan dari segmen ini, berasal dari komisi yang dihasilkan dari penjualan oleh pedagang dan prinsipal FMCG produk fisik ke para mitra di platform Mitra Bukalapak. Selain itu, sumber pendapatan berasal dari penjualan produk virtual oleh para mitra kepada pelanggannya.
"Juga berasal dari penyedia logistik yang memberikan layanan logistik ke para mitra," kata manajemen.
Sumber lain pendapatan Bukalapak berasal dari bisnis BukaPengadaan (BPI) yang nilainya Rp 121 miliar pada 2020. Sayangnya, pendapatan tersebut mesti turun hingga 55,51% dari 2019 yang nilainya Rp 272 miliar.
Pendapatan segmen ini berasal dari penjualan Bukalapak yang memfasilitasi produknya sendiri atau mitra dan terikat dengan penjualan produk fisik dan virtual. Pendapatan BPI terdiri dari harga pokok barang dan margin barang fisik dari penjual di pasar dan produk virtual dari mitranya.
Arus kas bersih Bukalapak yang digunakan dalam aktivitas operasi tercatat senilai minus Rp 1,15 triliun pada 2020. Catatan itu mengecil 62,31% dibandingkan arus kas bersih pada 2019 yang mencapai minus Rp 3,96 triliun.
Manajemen menjelaskan, membaiknya arus kas tersebut didorong oleh peningkatan monetisasi dan peningkatan efisiensi operasional. Seperti diketahui, beban operasional Bukalapak mencapai 3,06 triliun tahun lalu, turun hingga 16% dari tahun sebelumnya senilai Rp 3,65 triliun.
Selain itu, arus kas bersih yang digunakan Bukalapak dalam aktivitas investasi pada 2020 nilainya minus Rp 1 miliar. Angka tersebut turun dibandingkan dengan periode 2019 yang mencapai minus Rp 83 miliar.
"Pergeseran ke server berbasis cloud dan outsourcing teknologi informasi, menghasilkan kebutuhan belanja modal yang lebih rendah," kata manajemen Bukalapak.
Sementara itu, arus kas bersih dari aktivitas pembiayaan Bukalapak pada 2020 tercatat senilai Rp 1,74 triliun. Angka tersebut mengalami penurunan 12,82% dari 2019 yang senilai Rp 2 triliun. Manajemen menjelaskan, hal ini bisa terjadi karena pertumbuhan berkelanjutan melalui pengelolaan modal yang efisien.