Rights Issue, Garuda Bisa Raih Rp 12,4 T dari Trans Airways dan Publik
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk berpotensi memperoleh tambahan modal sebesar Rp 12,4 triliun dalam aksi penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.
Hal itu disampaikan Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra dalam pengumuman tertulis menjawab pertanyaan Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait potensi tambahan modal dari aksi korporasi maskapai nasional ini.
Menurut Irfan, PT Trans Airways dan pemegang saham publik hanya mungkin berpartisipasi dalam rencana rights issue.
Pasalnya, penerbitan saham baru tanpa HMETD atau private placement dialokasikan seluruhnya untuk konversi utang perseroan kepada kreditur menjadi saham. Hal ini berdasarkan perjanjian perdamaian yang telah disahkan oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, 27 Juni 2022 lalu.
"Apabila seluruh pemegang saham publik dan Trans Airways melaksanakan seluruh haknya dalam HMETD, maka proyeksi dana yang diperoleh dari pelaksanaan HMETD tersebut adalah sekitar Rp 12,4 triliun," ujar Irfan dalam penjelasan tertulis, Rabu (7/9).
Namun, hingga saat ini, menurut dia, perusahaan masih belum menerima informasi resmi terkait keeikutsertaan Trans Airways, selaku pemegang saham, untuk melaksanakan haknya dalam aksi rights issue.
Garuda menggunakan asumsi pemegang saham publik akan melaksanakan haknya sebesar 20% dari total saham. Menurut dia, pertimbangan ini berdasarkan asumsi awal manajemen atas jumlah pemegang saham publik yang secara individual memiliki saham 0,25%-5% dari total keseluruhan jumlah modal dan disetor penuh perusahaan.
"Asumsi tingkat partisipasi pemegang saham publik ini akan ditinjau kembali sesuai arahan yang diterima dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan) untuk menampilkan kemungkinan partisipasi pemegang saham publik, baik seluruhnya maupun tidak berpartisipasi sama sekali," kata Irfan.
Sebelumnya, pemerintah akan kembali memberikan penyertaan modal negara (PMN) pada Garuda Indonesia sebesar Rp 7,5 triliun. Dengan tambahan modal tersebut, Garuda Indonesia dan anak usahanya Citilink bisa menambah armada pesawat dari 61 unit menjadi 120 unit hingga ahir 2022.
Menteri Badan Usaha Milik Negara, Erick Thohir mengatakan, penambahan armada pesawat tersebut merupakan upaya dari instruksi presiden untuk menurunkan harga tiket pesawat. Dengan adanya penambahan armada pesawat, diharapkan terjadi keseimbangan degan permintaan sehingga harga tiket bisa ditekan.
"Nah keseimbangan ini yang kita harapkan juga bisa memperbaiki harga tiket nasional," kata Erick saat ditemui di Istana Negara, Jakarta, Rabu (24/8).
Erick mengatakan, Kementerian BUMN juga akan memastikan harga pesawat yang baru sesuai dengan pasar. Dia berharap kasus korupsi Garuda mengenai pengadaan pesawat tidak terulang kembali.
Erick mengatakan, rencana tersebut bisa dijalankan berkat keberhasilan restrukturisasi Garuda Indonesia, sehingga korporasi maskapai penerbangan tersebut bisa bergerak lebih sehat.