Distribusi Obat Sirop Disetop, Saham Emiten Farmasi Kena Imbas

Patricia Yashinta Desy Abigail
20 Oktober 2022, 19:30
Distribusi Obat Sirop Disetop, Saham Emiten Farmasi Kena Imbas
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/aww.
Ilustrasi. Sejumlah saham emiten sektor farmasi turut terkena imbas pelemahan setelah Kemenkes menerbitkan larangan distribusi obat sirop setelah ditemukannya kasus gagal ginjal akut pada anak.

Kebijakan pemerintah melarang distribusi sementara obat sirop kepada masyarakat turut berimbas pada sejumlah emiten farmasi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kebijakan ini harus diambil Kementerian Kesehatan setelah ditemukan kasus hampir 100 anak-anak meninggal dunia karena gagal ginjal akut. 

Sentimen ini turut memberi tekanan kepada sejumlah emiten yang bergerak di sektor farmasi dan kesehatan. Misalnya saja, saham PT Soho Global Health Tbk (SOHO) terkoreksi cukup tajam 2,50% ke level Rp 5.850, saham PT Darya-Varia Laboratoria Tbk (DVLA) juga melemah 0,80% ke level Rp 2.490. Saham PT Indofarma Tbk (INAF) juga turun 1,04% ke level Rp 950. 

Sedangkan, beberapa emiten farmasi lainnya sahamnya justru mengalami kenaikan seperti saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) justru menguat 2,53% atau 50 poin ke level Rp 2.030 per saham. Volume transaksi saham KLBF tercatat 117,92 juta, dengan nilai transaksi senilai Rp 238,01 miliar.

Saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF) juga naik 2,20% atau 25 poin ke level Rp 1.160 per saham. Volume transaksi saham KAEF tercatat 493,20 juta, dengan nilai transaksi senilai Rp 573,51 miliar. Bahkan, pada penurupan perdagangan hari ini, sektor kesehatan naik 0,40%.

Emiten distributor obat-obatan terbesar, Kalbe Farma dan Kimia Farma berpotensi menjadi emiten farmasi yang paling terdampak atas penghentian distribusi dan penjualan obat cair. Aturan tersebut sudah terbit dalam Surat Kementerian Kesehatan Nomor SR.01.05/III/3461/2022 yang melarang fasillitas kesehatan hingga apotek menjual obat bebas dalam bentuk sirop kepada masyaraat sampai ada pengumuman resmi pemerintah.

Meski begitu, Analis Henan Putihrai Sekuritas Ezaridho Ibnutama menilai, dampak dari masalah ini tidak terlalu signifikan terhadap kinerja keuangan secara keseluruhan. Kinerja keuangan yang dimaksud yaitu untuk kuartal keempat dan kuartal berikutnya pada masing-masing perusahaan farmasi.

"Karena portofolio dan segmen produk masing-masing perusahaan farmasi yang beragam, dampaknya seharusnya tidak terlalu signifikan," kata Ezaridho kepada Katadata.co.id, Kamis (20/10).

Dia mengatakan, pada paruh tahun ini, misalnya Kalbe Farma, kontributor segmen pendapatan kotor terbesar kedua dan ketiga emiten berkode KLBF itu berasal dari obat resep dan kesehatan konsumen masing-masing sebesar 26% dan 21%.

"Karena Kementerian Kesehatan telah memerintahkan untuk menarik obat cair dari rak apotek, kami berpendapat segmen resep dan kesehatan konsumen masing-masing akan turun pada kuartal keempat," katanya. 

Kemudian kata Ezaridho, meskipun Kimia Farma menghentikan distribusi dan penjualan obat cair mengikuti instruksi yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan, fokus utama perusahaan yaitu menjadi market leader dalam memproduksi bahan baku obat. Hal tersebut berarti dampak akan penghentian distribusi obat cair tidak terlalu signifikan.

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...