Bank Mandiri Catat Angka Restrukturisasi Kredit Turun 94,15% di 2022
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) merestrukturisasi kredit terdampak Covid-19 senilai Rp 35,9 triliun per Desember 2022. Angka tersebut menurun hingga 94,15% dari tahun 2021 yang mencapai Rp 69,7 triliun. Penurunan seiring terjaganya tren pemulihan ekonomi nasional.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan, pihaknya terus menjaga pencadangan sebagai langkah antisipasi potensi penurunan kualitas kredit. Bank Mandiri telah membukukan biaya cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) secara bank only Rp 10,3 triliun dengan rasio NPL berada di level yang memadai.
"Bank Mandiri juga mendorong efisiensi biaya pencadangan sehingga cost of credit (CoC) membaik dari 1,91% ke level 1,21%, terendah dalam beberapa tahun terakhir," katanya dalam paparan publik, Selasa (31/1).
Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo menyampaikan rasio portfolio kredit yang berkualitas rendah yaitu kolektibilitas satu sudah turun menjadi 12,1%. Di mana 12,1% ini termasuk portfolio yang di restrukturisasi karena pandemi Covid. Angka tersebut menurun signifikan dari tahun lalu di 17,75%.
"Dan penurunan ini karena sebagian besar dari portofolio kredit yang direstruk karena pandemi Covid-19 sebagian besar sudah kembali membayar angsuran atau melunasi kewajibannya," katanya.
Sigit mengatakan jumlah CKPN yang akan Bank Mandiri bentuk di tahun 2023, CoC nya akan berkisar antara 1,3% sampai 1,5%. Bank pelat merah ini terus menerapkan prinsip prudential banking atau prinsip kehati-hatian pada seluruh tahap end to end proses penyaluran kredit.
Dirinya menyebut tren penurunan loan at risk saat ini di 12,1%, dan akan terus berlanjut sampai dengan akhir tahun 2023. Adapun, estimasi Bank Mandiri di akhir tahun 2023 loan at risk berkisar 8% sampai 9% dari total portfolio kredit. Sementara pada 2023, BMRI akan terus pertahankan level NPL yang baik tersebut di level di bawah 2%. Jadi masih sekitar mungkin 1,7%-1,8% sampai dengan akhir tahun.
Bank Mandiri meraup laba bersih Rp 41,2 triliun hingga kuartal empat 2022. Laba Bank pelat merah tersebut naik 46,9% secara tahunan.
Perolehan laba tersebut memperkuat permodalan Bank Mandiri. Hal tersebut sebagai faktor utama perusahaan untuk memiliki kemampuan dalam melakukan ekspansi bisnis, terutama mendukung fungsi intermediasi dalam menyalurkan kredit.
Darmawan menyebut, pertumbuhan laba bersih ditopang optimalisasi fungsi intermediasi perseroan. Hingga akhir 2022, kredit secara konsolidasi tercatat tumbuh 14,48% menjadi Rp 1.202,2 triliun.