Bank Mandiri Siapkan Aksi Anorganik dan Terbitkan Green Bond Tahun Ini
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menyatakan menyiapkan sejumlah aksi korporasi di tahun ini. Perusahaan sedang mempertimbangkan melakukan aksi anorganik dengan melakukan merger maupun akuisisi bank untuk dikembangkan menjadi digital hingga menerbitkan green bond.
Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Darmawan Junaidi menyampaikan pihaknya akan terus mendorong pertumbuhan secara organik sejalan dengan perubahan perilaku atau shifting behavior masyarakat ke digital. Oleh sebab itu, perusahaan fokus melakukan inisiatif transformasi digital secara internal.
Darmawan mengatakan, Bank mandiri juga mengupayakan penggunaan modal yang optimal untuk meningkatkan nilai bagi shareholders. Dirinya mengaku, Bank Mandiri selalu mengevaluasi strategi yang dapat meningkatkan bisnis dan kompetitif.
"Aksi korporasi dapat menjadi salah satu upaya untuk dilakukan mencapai hal tersebut. Memang kajian harus terus dilakukan tapi belum ada keputusan yang konkret. Apakah itu merger dan akusisi ataupun pertumbuhan inorganic," katanya saat konferensi pers, Selasa (14/3).
Selain itu, Bank Mandiri terus menjaga pemenuhan indikator rasio likuiditas dan optimalisasi pendanaan yang dimiliki. Hal tersebut disampaikan oleh Darmawan terkait dengan rencana penerbitan obligasi.
"Pada 2023 ada rencana menerbitkan green bond yang merupakan inisiatif terkait dengan sustainability dan green financing," katanya.
Menurutnya, rencana tersebut akan membentuk pendanaan yang stabil secara jangka menengah dan panjang. Serta memperluas basis investor untuk Bank Mandiri ke depan.
Sebagaimana diketahui, bank BUMN bersandi BMRI ini masih memiliki ruang cukup untuk melakukan ekspansi. Pasalnya, sepanjang tahun 2022 lalu perusahaan mengantongi perolehan laba bersih senilai Rp 41,17 triliun. Capaian ini naik 46,89% bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Selasa (14/3), laba itu diperuntukkan 60% atau sebesar Rp 24,7 triliun sebagai dividen. Sementara itu, 40% dari laba bersih konsolidasi tahun lalu atau sebesar Rp 16,46 triliun akan dialokasikan sebagai laba ditahan.